Bahagia, adalah yang dirasakan Jimin saat ini. Bagaimana tidak? Sejak ia menerima Yoongi menjadi kekasihnya, pria pucat itu jauh memperlakukannya dengan baik. Tidak sedikitpun Yoongi membiarkan Jimin sendirian apalagi melakukan pekerjaan berat. Hey, Jimin hanya menjadi kekasihnya bukan sakit parah. Lalu, mengapa Yoongi memperlakukan dirinya bagai orang yang sakit? Jimin bahagia, tetapi juga kesal dibuatnya.
Yoongi yang sejak tadi membuntuti Jimin kemanapun pria mungil itu melangkah. Membuat Jimin sedikit jengah, "Gi, berhenti mengikutiku!" Kesal Jimin.
"Aku hanya ingin menjagamu!" Tukas Yoongi.
Jimin menghela napasnya, maniknya terpejam sesaat. "Aku hanya membuat sarapan dan membersihkan lantai saja, mengapa kau terus mengikutiku?" Jimin yang kesal melempar vacum cleaner yang sejak tadi ia pegang.
Yoongi berjengit kaget, Jimin yang seperti ini terlihat begitu seram, Yoongi kan jadi takut. Bibirnya melengkung ke bawah, "Aku kan hanya ingin menjagamu saja, Ji. Aku khawatir kau kenapa-kenapa," cicit Yoongi.
Mengembuskan napasnya berat, Jimin menatap Yoongi dengan tatapan tegas. "Ini asramaku, kau tidak perlu menjagaku seperti itu!" Jimin menjeda kalimatnya. "Lebih baik kau mandi dulu, lalu bersiap. Setelahnya kita sarapan bersama."
Yoongi masih diam, sedangkan Jimin mengambil vacum cleaner di lantai dan mulai melanjutkan aktivitasnya. "Biar aku yang mencuci piring setelahnya, ok?" Tanya Yoongi begitu riang yang dibalas deheman singkat oleh Jimin.
Melihat Jimin yang sibuk dengan kegiatannya, Yoongi yang iseng mengecup singkat bibir Jimin.
"Min Yoongi!" Teriak Jimin sambil melebarkan maniknya, seakan keluar dari kelopak mata.
Yoongi tertawa kecil sembari mengangkat jari telunjuk dan jari tengah bersamaan. "Morning kiss," cicitnya dengan gigi yang ia tampilkan.
"Cepat pergi mandi!" Perintah Jimin dan langsung saja pria pucat itu berlari ke kamar mandi.
Jimin menghela napasnya, "Ya Tuhan, belum ada sehari dia sudah begitu." Jimin menutup wajahnya dengan kedua tangannya, pipinya sudah semerah tomat.
***
Hari kedua menjaga stand, tetapi hari ini berbeda dengan hari sebelumnya. Tidak seramai kemarin, tetapi tetap banyak pengunjung yang datang ke stand photobooth. Semua melakukan tugasnya masing-masing.
Namun di sela-sela kesibukan, Yoongi sempat menyuapi Jimin roti. Ia tahu betul jika Jimin tidak bisa menahan lapar, sebab itu ia dengan senang hati menyuapi pria kesayangannya dengan roti cokelat kesukaan Jimin. Tak lupa sekotak susu cokelat yang bergantian Yoongi masukkan ke mulut Jimin.
"Pacaran saja terus!" Celetuk Taehyung yang sejak tadi memperhatikan kebersamaan Jimin dan Yoongi.
Kalimat itu sukses membuat Eunwoo yang sejak tadi fokus pada objek menolehkan kepalanya. Benar, ia melihat bagaimana Yoongi yang begitu memperhatikan Jimin, menjaga pria mungil itu. Boleh tidak jika ia katakan cemburu dengan Yoongi? Hatinya sakit sekali saat Jimin menerima suap demi suap roti dari tangan Yoongi. Apakah itu artinya ia tidak memiliki kesempatan sedikitpun?
"Permisi?" Panggil pengunjung yang menjadi objek kamera Eunwoo.
Eunwoo tersentak, ia melupakan pengunjung dan membuatnya menunggu. "Maafkan aku. Baik, sekarang coba posisi ini," ucap Eunwoo kemudian. Ia ingin melupakan apa yang baru saja ia lihat dan fokus pada pekerjaannya saat ini.
Kembali pada Taehyung yang sejak tadi memperhatikan kedua sahabatnya. Ia tidak lagi cemburu pada Yoongi, hanya saja saat ini sedang bekerja. Bisakah kedua manusia itu fokus pada pekerjaan? Terlebih keduanya belum memiliki status apapun, lalu mengapa semesra itu, sih?
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Friend
RomansaJimin hanya sebatas teman bagi Yoongi, tetapi Yoongi adalah sosok yang paling berarti bagi Jimin. Iya, Jimin menganggap Yoongi lebih dari teman, sedangkan pria itu akan selalu menganggapnya teman baik.