Hari Minggu pukul sepuluh pagi, Jimin disibukkan dengan keinginan Taehyung yang memintanya datang ke perpustakaan kota. Tidak ada pemberitahuan sebelumnya, pria tampan itu tiba-tiba meneleponnya dan memintanya datang sekarang juga. Ada apa?
Bodohnya, ia tetap mengikuti kemauan Taehyung walau dengan perasaan kesal. Niatnya, di hari Minggu ini ia akan merapihkan kamarnya, membersihkan kamar mandi juga mencuci pakaian yang sudah menumpuk di keranjang kotornya. Namun, atas permintaan mendadak Taehyung, ia dengan terpaksa melangkahkan kaki mungilnya menuju perpustakaan kota yang saat ini terlihat sedikit ramai,—mungkin karena hari Minggu.
Setelah sampai di sebuah pintu yang bertuliskan angka tiga dengan bacaan ilmu komunikasi,—persis seperti yang Taehyung katakan padanya—, Jimin segera membuka pintu itu.
Kepalanya celingak-celinguk untuk mencari sosok yang sukses membuat hari Minggu-nya kacau. Saat maniknya menangkap sosok pria dengan sweater hijau tuanya, Jimin mendekati sosok itu.
Mendudukkan bokongnya di kursi yang berhadapan dengan pria tampan yang kini tengah serius menatapnya.
Jimin menekuk wajahnya, ia benar-benar kesal dengan pria tampan yang menjadi sahabatnya ini. Maka dengan kesal ia bertanya, "Jadi, ada apa kau memintaku datang tepat di hari libur, Tuan Kim Taehyung yang terhormat?" Tangannya terlipat di depan dada.
Taehyung hanya menunjukkan deretan gigi putihnya, kemudian mencondongkan tubuhnya ke depan. Ia berbisik, "Ji, coba kau lihat ke arah jam tiga!" Perintah Taehyung yang mana langsung membuat Jimin menolehkan kepalanya, mencari tahu tentang apa yang ingin Taehyung tunjukkan padanya.
"Jangan terlalu kentara," desis Taehyung yang kini ikut melirik objek.
Jimin hanya mendengus kesal. Ia hanya melihat sosok pemuda berkacamata dengan kemeja kotak-kotak merah dan hitam yang tengah asyik menulis.
"Pria berkacamata itu?" Tanya Jimin sambil menatap Taehyung.
Pria tampan itu mengangguk, "hm, aku curiga padanya, Ji."
Sukses membuat dahi Jimin berkerut. Curiga, katanya. Hal apa yang membuat Taehyung curiga pada sosok itu.
"Curiga bagaimana?" Tanya Jimin.
"Sejak aku berada disini satu jam lalu, pria itu terus mencuri pandang padaku, Ji. Aku sedikit merasa ... risih," ungkap Taehyung. "Makanya aku memintamu datang untuk menemaniku," lanjutnya sambil menggaruk belakang lehernya.
Jimin sedikit berpikir, entah mengapa ia menduga jika pria berkacamata itu berhubungan dengan secret admirer yang selama ini memberi hadiah-hadiah kecil untuk Taehyung.
"Bagaimana jika pria itu adalah secret admirer-mu?" Jimin hanya mengungkapkan prasangka nya.
Alis Taehyung menyatu, "Secret admirer?" Tanya Taehyung tidak yakin. Ia kembali mengamati pria berkacamata itu. Wajahnya terlihat manis, tetapi jika dilihat dari penampilannya sepertinya pria itu sedikit culun. Terlihat dari kacamata bulatnya, rambut yang menutupi dahinya serta kemeja yang dikancing sampai leher. Jelas bukan tipe Taehyung sekali.
Taehyung menggeleng keras, menolak jika pria itu adalah secret admirer-nya. "Tidak, Ji. Jangan mengatakan hal aneh seperti itu," ucapnya sambil mengendikkan bahunya.
Jimin hanya terkekeh, melihat Taehyung yang seolah menolak membuatnya lucu. "Hei, kau tidak boleh seperti itu." Jimin melihat kembali pria berkacamata itu yang sialnya tengah menatapnya juga. Pandangan mereka bertemu hingga membuat Jimin menyunggingkan senyumnya. "Ia terlihat manis," jujur Jimin.
"Tidak, tidak. Aku tidak mau!" Tolak Taehyung.
Tiba-tiba satu ide cemerlang terlintas dalam pikiran Jimin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Friend
RomanceJimin hanya sebatas teman bagi Yoongi, tetapi Yoongi adalah sosok yang paling berarti bagi Jimin. Iya, Jimin menganggap Yoongi lebih dari teman, sedangkan pria itu akan selalu menganggapnya teman baik.