Bab 25

552 82 29
                                    

Suasana kantin fakultas seni rupa dan desain cukup ramai, tidak seperti biasanya yang terlihat sepi. Apakah semua jurusan sedang jam istirahat saat ini, sehingga semua orang berkumpul di kantin untuk mengisi perut kosong mereka, ya, mungkin saja.

Setelah menjalani kelas yang cukup menguras energi, lebih baik jika mengisi asupan di kantin dengan berbagai makanan kalori tinggi.  Butuh makanan berat untuk mengisi energi yang terkuras habis. Menegak minuman isotonik juga akan menambah ion dalam tubuh.

Jimin bersama Yoongi, Taehyung juga satu sosok yang masih begitu asing bagi ketiganya. Eunwoo, pria tampan dengan hidung mancung itu tersenyum kecil kala menatap Jimin yang bersendawa keras tepat setelah meneguk cairan isotonik miliknya.

Saat melihat noda di sudut bibir Jimin, lengan kekarnya dengan sigap mengambil tissue dan memberikannya pada Jimin. Pria mungil itu diam, termenung dengan sikap siaga yang dilakukan Eunwoo padanya. Menatap ragu pada tissue itu, maniknya menatap Eunwoo yang kini tepat berada di hadapannya. Pria mancung itu mengangguk, memberi gestur bahwa Jimin bisa mengambil tissue dari tangannya.

Pria mungil itu mengambilnya cepat sambil bergumam terimakasih. Ia tidak tahu harus bersikap bagaimana. Sebab, selama ini ia tidak pernah diperlakukan istimewa bahkan dengan Yoongi sekalipun. Mungkin, beberapa kali Taehyung pernah melakukannya. Namun, Taehyung kan sahabatnya dan akan wajar melakukan hal seperti itu. Namun, ini Eunwoo, yang notabene-nya orang asing bagi Jimin.

Taehyung yang duduk berhadapan dengan Yoongi menatap pria pucat itu iseng. Kakinya dibawah sana menendang kecil kaki Yoongi, membuat perhatian Yoongi pada Jimin teralihkan pada sosok Taehyung yang kini tersenyum remeh.

Pria tampan itu mencondongkan tubuhnya. "Hati-hati, bung! Kau memiliki saingan lagi." Nadanya terdengar sekali mengejek Yoongi, membuat pria pucat itu mendengus sebal.

Ia pun tahu, sangat tahu bahwa ada maksud lain dari pria bernama Eunwoo. Ia pun bisa merasakan persaingan antara dirinya dan si pria mancung itu.

"Tetap aku pemenangnya!" Tegas Yoongi menatap nyalang Taehyung.

Bibir bawah Taehyung maju ke depan, pertanda ia benar-benar meremehkan Yoongi. "Bahkan sampai saat ini kau belum bisa mengambil hati Jimin kembali. Kau yakin pemenangnya?" Satu alis Taehyung terangkat, kemudian maniknya melirik Eunwoo yang masih tersenyum menatap Jimin. "Aku rasa Eunwoo lebih baik untuk Jimin," ucap Taehyung kembali menatap Yoongi.

Pria pucat itu menggeram, rahangnya mengeras saat mendengar ucapan Taehyung. "Brengsek kau, Taehyung!" Geraman yang masih bisa terdengar oleh Jimin membuat pria mungil itu menoleh padanya.

"Ada apa, Gi?" Tanyanya sambil menatap Yoongi heran. Mengapa pria pucat itu tiba-tiba mengumpat seperti itu.

"Ah itu ... aku tidak sengaja menginjak kakinya, Ji," celetuk Taehyung dengan kekehan. "Maaf, Gi. Aku tidak sengaja," lanjut Taehyung menatap Yoongi yang masih memasang wajah kesalnya.

Merasakan atmosfer yang tidak enak, Eunwoo memecahnya dengan topik yang sejatinya memang ingin mereka bahas. Apalagi kalau bukan bazar tahunan yang akan diadakan minggu depan.

"Jadi teman-teman, apa yang akan kita jual untuk menarik pelanggan?" Tanyanya dengan serius.

Pertanyaan itu membuat Jimin ikut berpikir keras. Ia menggigit bibir bawahnya, bola matanya berputar ke atas, jari telunjuknya ia ketuk pelan pada meja. Kegiatan sederhana itu membuat ketiga dominan disana memekik gemas. Bagaimana bisa Jimin bertingkah lucu dan menggemaskan seperti itu dihadapan tiga pria yang menyukainya?

Bukannya ikut berpikir, ketiganya justru hanya memperhatikan bagaimana wajah menggemaskan itu terlihat lebih menarik dari apapun. Bahkan, Taehyung sampai membuka mulutnya lebar. Jimin benar-benar terlihat cantik dan menggemaskan disaat sedang berpikir seperti ini.

Just FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang