Bab 12

928 126 85
                                    

Pagi ini sangat cerah, mentari sengaja menyinari bumi dengan cahaya teriknya. Waktu sudah menunjukkan hampir pukul tujuh. Namun, ada yang membuat hati pria pucat itu gelisah. Sejak ia duduk di bangku kelas, pandangannya tidak menemukan Jimin. Kemana kah Jimin? Apakah pria mungil itu tidak masuk hari ini?

Ia menghela napas, mengetuk jari telunjuknya di atas meja, kakinya menghentak pelan di bawah meja, hatinya benar-benar gelisah. Inginnya menghampiri pria mungil itu di asrama, tetapi Jihoon sudah lebih dulu datang ke rumahnya. Maniknya sejak tadi tidak lepas menatap tajam pintu kelas berwarna cokelat itu. Berharap pria mungil itu ada dalam jangkauan maniknya.

Merasa gerak-gerik Yoongi yang terkesan tidak nyaman, Taehyung yang duduk disampingnya sambil memainkan ponsel menoleh ke arah Yoongi. "Ada apa? Kau terlihat gelisah," ujar Taehyung.

Pria pucat itu lantas menggigit bibirnya, ia ragu untuk bertanya pada Taehyung. "Taehyung, kenapa Jimin belum datang? Ini sudah jam tujuh!" Terdengar jelas nada khawatir Yoongi.

Taehyung mengendikkan bahunya acuh, "mungkin saja ia kesiangan," sahut Taehyung malas. Ia kembali melanjutkan aktivitasnya.

Yoongi terus mengeluarkan napas gusar. Sampai sosok yang ia tunggu datang dengan sweater putih bergambar sepatu, juga jeans hitam yang melekat di kakinya. Ia berjalan santai menghiraukan binar bahagia di manik Yoongi.

Pria mungil itu tersenyum menatap kedua temannya yang duduk bersebelahan dan segera menghampirinya.

Saat Jimin sudah sampai di hadapan Yoongi, pria pucat itu ingin menyapanya. Namun, baru saja ia ingin membuka mulutnya, Jimin lebih dulu memotongnya.

"Taehyung!" Panggil Jimin riang, ia berdiri tepat di hadapan Taehyung. Ia tersenyum lebar sekali seolah melupakan kejadian kemarin. Pria mungil itu terlihat baik-baik saja.

Yoongi tercengang, ia mengatupkan kembali bibirnya yang sempat terbuka. Mengapa seolah Jimin tidak melihatnya? Padahal biasanya pria mungil itu akan selalu menyapanya.

Mendapat sapaan yang begitu ceria, Taehyung dengan cepat membalasnya dengan senyuman hangat. "Hai, Ji! Sini duduk," ajak Taehyung menunjuk tempat di sebelah kirinya yang masih kosong dengan dagu.

Jimin mengangguk senang, ia berjalan cepat menuju tempat yang sempat di tunjuk Taehyung. Melihat itu semua, Yoongi menarik lengan Taehyung agar atensi pria tampan beralih padanya.

"Taehyung, bisakah kita tukar tempat? Aku perlu bicara dengan Jimin, tolong," pintanya. Yoongi yang memohon adalah hal yang mustahil. Taehyung sedikit kaget dengan ucapan Yoongi barusan pun segera bangkit untuk menukar posisinya dengan Yoongi.

Melihat pergerakan Taehyung, Jimin lekas menahan lengan pria tampan itu. "Taehyung, mau kemana?" Tanyanya dengan kepala yang mendongak, karena Taehyung sudah setengah berdiri.

Taehyung menatap Yoongi sekilas kemudian menatap Jimin. "Ia yang meminta, ingin bicara denganmu katanya," ujar Taehyung.

Jimin menggeleng cepat, kemudian ia menatap Yoongi dari balik tubuh Taehyung. Ia sedang tidak ingin berbicara dengan Yoongi, ia sedang berusaha menjauhi pria pucat itu.

"Ada hal penting yang ingin aku bicarakan dengan Taehyung. Mohon mengerti," tukas Jimin. Nada bicaranya terdengar berbeda dari biasanya, membuat Taehyung heran. Ada apa dengan kedua temannya ini?

"Ji, aku mohon," lagi dan lagi Yoongi memohon.

Namun, Jimin tetaplah Jimin.

"Tidak!" Ketus Jimin, kemudian menarik lengan Taehyung agar duduk di tempatnya.

Merasa canggung, Taehyung berdeham untuk mencairkan suasana yang menegang. Terdengar helaan napas pasrah dari Yoongi dan Jimin yang seketika menjadi diam melihat lurus ke depan. Sumpah, rasanya Taehyung ingin bertanya, tetapi ia tahu jika ini bukanlah waktu yang tepat.

Just FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang