Kaki mungil itu melangkah cepat menuju ruang kelas dimana tempat barang-barangnya tersimpan. Ia hanya tidak ingin melihat interaksi antara Yoongi dan Jihoon yang mungkin saja kelewat mesra. Walaupun Yoongi bilang tidak lagi memiliki hubungan dengan Jihoon, tetapi jika itu menyangkut Jihoon, maka Yoongi akan menjadi yang paling ada di samping pria cantik itu.
Ia cemburu, tetapi ia tidak punya hak untuk itu. Ia sendiri yang meminta Yoongi untuk tidak buru-buru menjadikannya kekasih sebab Yoongi masih harus meyakinkan hatinya. Perasaan Yoongi padanya itu murni rasa cinta atau karena kasihan melihat dirinya. Jimin hanya ingin memastikan itu. Ia tidak mau dikasihani, apalagi oleh Yoongi.
Jika memang benar Yoongi mencintainya, pria pucat itu pasti memperjuangkannya, kan? Hal itu yang terus ia tanamkan dalam hatinya. Mencoba untuk tidak sakit hati ataupun memikirkan Yoongi terus-menerus. Sebab jika memikirkan Yoongi terus-menerus maka hidupnya akan stuck pada Yoongi dan ia tidak bisa melanjutkan aktivitas seperti biasanya. Ia tidak mau terlihat lemah hanya masalah percintaan yang belum jelas.
Sesampainya di ruang kelas, ia menutup pintunya dan berjalan menuju tas dan juga barang-barang lainnya diletakkan. Ia tidak mengambil barang-barang dekorasi lainnya, lebih memilih duduk di kursi dan menenggelamkan wajahnya pada lengannya. Kepalanya sedikit terasa sakit saat ini, padahal ia tidak mengerjakan pekerjaan terlalu berat. Ia juga sudah menjaga pola makannya agar tidak sakit saat akan menghadapi event nanti.
Ia mengembuskan napasnya pelan, "Kenapa semakin aku tidak ingin memikirkan Yoongi, tetapi bayangan dirinya dan Jihoon terus berputar di kepalaku, sih!" gerutunya. Ia juga kesal, niatnya pergi untuk menghindari Yoongi tetapi justru pria pucat itu memenuhi pikirannya.
Ia menghentakkan kakinya kesal di bawah meja. Sangat kesal karena bayangan Yoongi yang tertawa bersama Jihoon semakin jelas dalam benaknya.
"Sialan," umpatnya.
Tak lama, langkah kaki cepat memenuhi ruangan yang sunyi. Semakin dekat dengan Jimin hingga berhenti tepat di samping tubuh mungil itu. Jimin mendengarnya, tetapi memilih acuh. Mungkin saja orang iseng yang menumpang duduk di sampingnya. Ia tidak perduli akan hal itu, selama tidak mengganggu dirinya maka semua baik-baik saja.
Sampai sosok di samping tubuhnya bersuara yang membuat manik yang semula memejam kini terbuka.
"Ji, kau menghindariku, ya?" Tanya Yoongi dengan menatap Jimin yang masih meletakkan kepalanya di atas meja.
"Tidak," jawab Jimin dengan suara yang teredam.
Dalam hati, Jimin mengumpat saat Yoongi yang justru ada di dekatnya saat ini. Bukannya apa-apa, ia kan sedang tidak ingin melihat Yoongi. Bibirnya ia gigit kecil, maniknya berputar seolah mencari alasan yang tepat.
"Kalau begitu, mengapa kau pergi kesini?"
Benar saja, ia sudah menduga Yoongi akan menanyakan hal ini.
Hening beberapa saat, Jimin masih sibuk memikirkan jawaban yang tepat. "Aku hanya ingin beristirahat sebentar."
Berharap Yoongi tidak bertanya lagi, tetapi justru pria itu mengangkat kepalanya dan menghadapkannya pada Yoongi. "Ji, kau baik-baik saja? Kau sakit?" Tanya Yoongi sangat khawatir.
Masih dengan mengulum bibirnya, Jimin bingung harus menjawab apa. Jantungnya berdegup cepat kala melihat tatapan Yoongi yang begitu khawatir padanya. Apa benar Yoongi khawatir padanya?
Ia berdeham kecil, mengalihkan pandanganya dari Yoongi. Namun, pria pucat itu menahan kepala Jimin agar terus menatapnya. Kedua tangannya menangkup wajah Jimin.
Jimin menggeleng dalam tangkupan tangan Yoongi. "Aku baik-baik saja, hanya sedikit pusing." Jimin memilih jujur dengan apa yang ia rasakan.
"Kau terlalu memaksakan diri, Ji. Istirahatlah, aku akan menemanimu disini." Yoongi tahu sekeras apa Jimin membuat stan photoboothnya agar berjalan lancar. Ia tahu Jimin tidak melewatkan makannya, tetapi jika hanya sepotong roti memangnya cukup untuk mengisi energi yang mungkin saja cepat terkuras habis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Friend
RomanceJimin hanya sebatas teman bagi Yoongi, tetapi Yoongi adalah sosok yang paling berarti bagi Jimin. Iya, Jimin menganggap Yoongi lebih dari teman, sedangkan pria itu akan selalu menganggapnya teman baik.