Bab 37

501 87 32
                                    

Yoongi mulai merasa jengah saat Jihoon enggan melepasnya. Ia tahu jika pria cantik itu mencintainya tetapi ia yakin jika Jihoon bisa melepaskannya untuk kebahagiaan dirinya sendiri. Yoongi hanya ingin lepas dari Jihoon dan bahagia bersama Jimin, itu saja. Namun, mengapa rasanya begitu sulit. Seolah Jihoon sengaja membuatnya berlama-lama bersamanya.

Yoongi melepaskan tangan Jihoon yang menggenggam tangannya. Ia tidak ingin lagi berhubungan dengan Jihoon walaupun hanya sebentar. "Jihoon, ku mohon lepaskan aku. Biarkan aku bahagia bersama Jimin." Entah dengan cara apalagi agar ia bisa lepas dari Jihoon. Memohon sudah ia lakukan, begitu pun dengan cara lembut sudah ia lakukan.

Jika tidak dengan cara keduanya, maka satu-satunya yang bisa ia lakukan adalah dengan cara kasar. Yoongi tidak memiliki pilihan, hal ini harus ia lakukan. Maka, ia menghempaskan tangan Jihoon yang masih setia menggenggam tangannya.

"Ku peringatkan padamu, Jihoon. Jangan bersikap semaumu hanya karena aku tidak akan bertindak kasar padamu!"

Bibir Jihoon terbuka, ia begitu terkejut dengan perlakuan Yoongi yang begitu berbeda dari biasanya. Yoongi tidak pernah kasar sedikitpun padanya selama ini. Namun, entah mengapa pria pucat itu bisa bersikap kasar padanya.

"Yoongi, tapi aku tidak bisa tanpamu. Aku mencintaimu, Yoongi." Air mata itu kembali membasahi wajah cantik Jihoon.

"Berapa kali aku bilang kalau aku mencintai Jimin! Mengapa kau bebal sekali, huh?!" Bentak Yoongi. Sungguh, ini pertama kalinya Yoongi bersikap seperti ini pada orang lain. Selama ini, ia selalu menjaga perkataannya agar tidak menyakiti orang lain. Namun kali ini, ia benar-benar jengah. Ia lelah dengan sikap Jihoon yang seperti ini. Setahunya, Jihoon bukan tipe orang yang merengek jika permintaannya tidak dituruti. Ia tahu Jihoon adalah sosok yang dewasa. Apakah itu bukan sifat aslinya, melainkan kamuflase semata?

"Jika aku tidak bisa bersamamu, maka Jimin juga tidak akan bisa bersamamu, Yoongi!" Nada bicara Jihoon juga ikut meninggi. Ia benar-benar tidak akan pernah rela jika Jimin memiliki Yoongi. Yoongi itu miliknya.

"Jangan egois, Jihoon! Aku sudah tidak memiliki perasaan apapun lagi padamu." Kalimat Yoongi begitu jujur.

"Aku tidak perduli. Kau milikku, Yoongi!"

Yoongi muak, ia memilih pergi meninggalkan Jihoon. Namun, belum sempat Yoongi membalik tubuhnya, Jihoon lebih dulu memeluk tubuh Yoongi. Membuat pria pucat itu diam membisu. Apa maksudnya ini?

Pria cantik itu mengetahui keberadaan Jimin, itu sebabnya ia langsung memeluk Yoongi dan tersenyum puas. Ia berpura-pura menangis di rengkuhan Yoongi, sambil bergumam, "Aku mencintaimu, Yoongi."

Yoongi yang masih diam mematung, mendengar langkak kaki yang perlahan menjauh. Ia menolehkan pandangannya pada pintu, tidak menemukan siapa-siapa selain pintu yang sedikit bergerak. Pikirannya langsung tertuju pada Jimin. Satu yang dapat ia sinpulkan, Jimin salah paham.

Maka dengan paksa ia melepaskan rengkuhan Jihoon padanya, dan pergi meninggalkan pria cantik itu sendiri. Berlari secepat yang ia bisa untuk bisa menemui Jimin. Ia akan menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi sehingga pria mungil itu tidak lagi salah paham.

***

Taehyung berjalan berdampingan dengan Jungkook. Langkah kaki yang pelan, tak lupa kedua tangan yang dimasukkan ke dalam saku celana. Ia sibuk memperhatikan sosok di sampingnya yang tidak ada hentinya berceloteh tentang langit, burung, dan gedung-gedung seram yang mereka melewati sepanjang jalan.

Bibirnya membuat simpul kurva ke atas. Memperhatikan bagaimana Jungkook bercerita cukup membuatnya tertarik. Bukan pada ceritanya, tapi tentang bagaimana excited-nya pria cantik itu bercerita.

Just FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang