Serayu perlahan menyapu lembut kulit mulus nan putih Jihoon. Ia memakai kaos biru lengan pendek dengan celana dasar hitam. Ia duduk canggung di sebelah Yoongi. Pria cantik itu menyunggingkan senyum yang terkesan dipaksakan. Hatinya bertanya-tanya, ada apa dengan Yoongi yang mengajaknya bertemu di tempat yang hening seperti ini. Tidak, bukan hening– hanya tidak terlalu ramai.
Ingin menyuarakan isi hatinya, dan bertanya hal penting apa yang ingin Yoongi bicarakan sampai pria pucat itu terlihat begitu serius. Namun, ia urungkan niatnya saat Yoongi yang tiba-tiba saja menatap wajahnya.
Tidak bisa dipungkiri bahwa pipinya bersemu merah kala manik hitam itu menatapnya lembut, sangat lembut– sarat akan penyesalan. Ada apa ini? Batinnya sudah tidak nyaman saat Yoongi mengajaknya lewat panggilan telepon. Suara Yoongi terdengar dingin, berbeda dari biasanya.
"Jihoon," panggil Yoongi pelan.
Jihoon bisa merasakan ada hal yang mengganjal diantara mereka.
"Ya?" Jawab Jihoon dengan pandangan teduh menatap wajah Yoongi. "Katakan saja, Yoongi," pinta Jihoon. Sejujurnya ia tidak sabar menanti apa yang akan Yoongi katakan padanya. Namun, ia merasakan jika ini bukanlah hal yang baik.
Sebelumnya, Yoongi menarik napas dalam kemudian mengembuskannya gusar. Ia benar-benar dilema saat ini. Haruskah ia mengatakannya sekarang? Namun, pria cantik di sampingnya ini terlewat baik sampai ia tidak sanggup untuk mengatakannya.
Melihat Yoongi yang terlihat gusar, Jihoon memegang telapak tangan Yoongi yang terlihat lebih besar dari miliknya. Mengusap lembut jemari kekar itu, kemudian menatap Yoongi, mengangguk sekali untuk meyakinkan pria pucat itu.
Yoongi balas menggenggam erat jemari Jihoon. Terasa hangat sampai rasanya Yoongi bisa merasakan hangat itu berpindah ke tangannya.
"Aku tahu kau orang baik, sangat baik. Tetapi rasanya, aku tidak bisa melanjutkan hubungan ini." Mau bagaimanapun, siap tidak siap ia harus mengatakan hal ini pada Jihoon.
Mendengar hal itu, Jihoon tentu saja terkejut. Ia sampai memundurkan kepalanya saat kalimat Yoongi seolah menusuk jantungnya. Udara di sekitarnya seakan meluap entah kemana, ia menjadi sesak, karena kalimat itu. Yoongi sedang tidak memberikan prank padanya, bukan?
Rasanya begitu sesak. Namun, sekuat tenaga ia membalas ucapan Yoongi. "Mengapa tiba-tiba?" Tanyanya dengan lirih.
Suasana yang cukup hening membuat Yoongi dapat mendengar jelas pertanyaan Jihoon.
"Maaf, tapi sepertinya rasa yang aku miliki padamu hanya sekedar kekaguman semata." Ia pun menyadari jika bersama Jihoon ia hanya akan menemukan dirinya yang kagum pada sosok Jihoon. Pria cantik itu cerdas, berbakat baik, sopan, lembut, dan jangan lupakan senyumnya yang manis. Yoongi menyadari jika ia mengagumi sosok Jihoon.
Jihoon mengangguk kecil, mencoba menerima hal yang dikatakan Yoongi padanya. Ia tersenyum simpul, "lalu, untuk siapakah rasa yang kau miliki sebenarnya?"
Tepat sasaran.
Pertanyaan itu tepat sekali dilontarkan oleh Jihoon. Yoongi menelan salivanya, menimbang apakah ia harus jujur pada Jihoon? Apakah Jihoon tidak sakit hati akan kejujurannya kali ini?
"Katakan saja, aku akan mencoba menerimanya," ucap Jihoon meyakinkan bahwa semuanya akan baik-baik saja.
Pria pucat itu berdeham. Menguatkan hatinya agar tidak goyah lagi. Keputusan sudah bulat untuk melepaskan Jihoon dan mengejar Jimin.
"Jimin," singkatnya.
Hanya karena satu nama itu disebut oleh Yoongi, Jihoon bisa merasakan perbedaan wajah Yoongi saat nama Jimin terucap. Senyum yang Yoongi tunjukkan benar-benar hangat. Pandangan pria pucat itu berbinar bahagia seolah ia tengah melihat Jimin dihadapannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/360596897-288-k380465.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Friend
RomanceJimin hanya sebatas teman bagi Yoongi, tetapi Yoongi adalah sosok yang paling berarti bagi Jimin. Iya, Jimin menganggap Yoongi lebih dari teman, sedangkan pria itu akan selalu menganggapnya teman baik.