Bab 15

1K 120 61
                                    

Berakhir di restoran yang buka dua puluh empat jam dengan suasana romantis ditambah lampu remang-remang dan juga live music sebagai pengiring suasana romantis malam ini. Meja kaca yang terlihat mengkilap, vas bunga yang berisi bunga hidup serta lilin aroma kecil di atas meja. Lantai marmer yang mengkilap menandakan pegawai yang rajin membersihkannya. Terdapat hiasan bunga-bunga buatan di dinding yang menambah kesan romantis. Hal itu membuat Jimin sedikit tidak nyaman. Bukannya apa-apa, selama ini Yoongi akan mengajaknya makan di tempat sederhana yang terkesan biasa saja, bukan restoran elit yang hampir memiliki rating bintang lima seperti ini.

Jimin masih setia mengamati setiap detail restoran tersebut. Ini terlalu mewah, jika hanya sekedar makan sup di malam hari. Jimin akui jika sup ini sangat enak, tetapi tidak worth it untuk harganya yang begitu fantastis. Jimin bisa membayangkan Yoongi yang merogoh koceknya hanya untuk membayar makanan seperti ini, yang bisa saja Jimin buat di rumah. Memang, rasanya pasti sangat berbeda, tetapi perut terasa kenyang itu sudah lebih dari cukup, kan?

"Ji, ingin makan apalagi?" Tanya Yoongi begitu lembut menyapa rungu Jimin.

Jimin yang semula meminum air dengan bibir menempel di pinggiran gelas, segera melepas gelas tersebut dan meletakkannya, kemudian menatap Yoongi.

Entah mengapa, ia merasa canggung sejak Yoongi mengatakan ingin meyakinkan hatinya untuk Jimin. Ia hanya merasa ... Yoongi tidak membohonginya, bukan? Ah, ia pun masih teringat akan hubungan Yoongi dengan Jihoon. Ingin menanyakan tentang Jihoon, tetapi terkesan ia memburu-buru Yoongi. Namun, hatinya ingin bertanya.

"Aku sudah kenyang," singkatnya. Ia mengusap bibirnya dengan punggung tangan.

Yoongi tersenyum, sedikit mencondongkan tubuhnya ke depan. "Bagaimana dengan ice cream?" Tawar Yoongi. Jujur saja, ia ingin menghabiskan waktu lebih lama bersama Jimin. Apalagi, sejak Jimin memintanya untuk tidak lagi tinggal di asramanya, membuat Yoongi pusing tujuh keliling. Ia terbiasa memeluk tubuh mungil Jimin sebelum tidur. Kini, ia hanya memeluk guling yang baginya berbeda dengan Jimin.

Sedikit menimbang akan tawaran Yoongi. Ia suka ice cream, memang. Namun, mengingat kocek yang akan Yoongi keluarkan nantinya besar, ia mengurungkan niatnya. Sudah cukup ia menghabiskan uang Yoongi walaupun ia tidak pernah memintanya.

"Tidak usah, aku benar-benar kenyang," tolak Jimin.

Hal itu membuat Yoongi mendesah kecewa. Ia hanya ingin membuat Jimin bahagia dengan memberikan sebuah ice cream kesukaan Jimin. Namun, pria mungil itu justru menolaknya. Yasudah, mau bagaimana lagi.

Melihat wajah Yoongi yang murung, membuat Jimin merasa bersalah.

"Maaf," cicitnya.

Permintaan maaf Jimin sontak membuat dada Yoongi berdesir hangat. Entah mengapa, semua tentang Jimin kini membuatnya gila, benar-benar hilang akal. Hal sekecil apapun yang Jimin lakukan selalu membuat hatinya berdesir hangat.

Yoongi tersenyum, ia tidak bisa marah dengan pria mungil di hadapannya ini.

"Tidak apa-apa," ujar Yoongi. "Setelah ini, mau kemana?" Tanya Yoongi.

Jimin mengerjapkan maniknya. Apa Yoongi baru saja mengajaknya pergi lagi? Sudah tengah malam begini? Ah, ia lupa jika besok Minggu, jelas saja pria pucat itu mengajaknya kesana kemari.

Perihal ice cream yang sempat ia tolak, akhirnya ia memutuskan untuk menerima tawaran Yoongi. Berkeliling di tengah malam dengan mobil sepertinya bukan hal buruk.

"Berkeliling kota saja, bagaimana?" Jimin menyuarakan pendapatnya. Membuat bibir Yoongi sumringah.

"Call!" Riangnya. Ia merasa senang saat Jimin ingin menghabiskan waktu bersamanya.

Just FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang