Chapter 1: Everyone's Dreams Are Not My Dreams

346 95 18
                                    

Prefektur Barat

Bartu, Istunya State

Aria Manor, 07.00am

Ini sudah ketiga kalinya ponsel Alexa terus berdering-dan berhasil mengganggu tidurnya di pagi yang tenang ini. Dengan kantuk yang masih bergelayut dan kesadaran yang setipis tissue, Alexa meraba benda kecil itu di atas nakas, lalu menempelkannya asal di daun telinga.

"Lex! Kau masih tidur?!" Ucap seorang wanita yang tengah panik di seberang sana. "Bukankah penerbanganmu ke Prefektur Timur pukul 1 siang ini?!" Lanjutnya terengah-engah, nafasnya terdengar naik turun.

Tanpa perlu melihat layar ponsel, Alexa tahu persis siapa suara di seberang sana-yang meneleponnya sepagi ini-dengan suara seperti meriam, bersiap akan meledak. Siapa lagi kalau bukan ibundanya. Isabella Aria.

"Halo, siapa ini? Maaf, mungkin kau salah sambung..."

"Alexa Aubrielle Aria!"

"Kalau tidak ada yang penting, ku tutup teleponnya ya, aku mengantuk..."

"LEX! INI BUKAN WAKTUNYA TIDUR! SEGERA ANGKAT TUBUHMU DARI KASUR DAN PERGI BERSIAP!" Suara Isabella naik 3 oktaf.

Alexa mengusap wajahnya. Setengahnya mengantuk, setengah lainnya frustasi.

"Kalau tahu begini, aku pasti sudah menyuruh orang untuk menjemputmu, Lex!"

Alexa menghela nafas, "Jangan berlebihan mom.."

Belum selesai Alexa menjelaskan, Isabella langsung memotong. "Oh jadi sekarang kau mengakuiku sebagai ibumu? Kemana orang yang tadi salah sambung menelponmu?"

Alexa memutar bola matanya.

"Baik Mrs. Aria, cukup berdebatnya pagi ini. Aku tidak lupa dengan penerbanganku hari ini-dan itu masih 6 jam lagi. Waktu sebanyak itu masih cukup untuk memancing beberapa ekor ikan di danau belakang mansion grandpa." Alexa duduk, dengan kesadarannya yang mulai terisi. "Omong-omong, aku lebih suka kau yang menjemputku daripada kau menyuruh orangmu menjemputku."

"Lex-" Belum sempat Isabella melanjutkan kata-katanya, Alexa sudah memotong dengan cepat.

"OH AKU LUPA... Aku bahkan tidak tahu mommy ku ini sekarang berada dimana. Di Isar, Prefektur Selatan? Durith, Prefektur Utara? Atau Burg? Thalassia? Tentu saja kau sangat sibuk mengurus perusahan? Umm atau jangan-jangan kau sedang membuat pesta penyambutanku di Imperix, Prefektur Timur?" Alexa meluapkan kekesalannya, menyebutkan nama-nama kota di seluruh dunia, menebak-nebak dimana sang ibunda berada.

Kekesalan itu bercampur dengan kerinduan yang sangat dalam-dan rasanya terlalu menyesakan.

Ia tahu persis hanya keajaiban yang bisa membuat ibunya datang kesini, atau menyambutnya ketika Alexa sampai di Imperix nanti.

Semenjak ayahnya menghilang entah kemana, Alexa tidak pernah tahu kemana Isabella pergi. Isabelle masih mengurus perusahaan kecil mereka, dia bahkan lebih giat bekerja, tapi entah dari mana ia mengontrolnya. Berkas-berkas perusahaan selalu dikirim daring. Selain itu, Isabella pun rutin menelepon dan memonitor hidup Alexa-tentu saja melalui sambungan telepon. Tapi, setiap telepon yang datang pada Alexa, selalu bertuliskan PRIVATE NUMBER. Tidak tahu apa yang Isabella sembunyikan, atau mungkin sebenarnya dialah yang justru bersembunyi dari sesuatu, yang jelas bagi Alexa hal ini sangat menyebalkan.

Sesekali Isabelle memang pulang ke rumah. Tapi hari kepulangannya bisa dihitung dengan jari. Itu adalah hari yang tak bisa dinanti. Bisa jadi ia pulang di musim semi atau di awal bulan Januari. Kedatangan dan kepulangannya pun sembunyi-sembunyi, kadang malam hari, kadang dini hari.

Archibald: The Star, The Fire & The ShadowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang