Chapter 2: The Fire

280 86 19
                                    

"Ah tolong jangan marah. Maafkan aku ya? Kau selalu yang terbaik, Grandpa. Aku tidak bisa hidup tanpamu. Oh aku pasti akan merindukan ocehanmu. Kau juga pasti akan merindukanku." Alexa melepaskan pelukan dari neneknya, lalu memeluk kakeknya dengan manja.

Sesuatu hal yang menyebalkan, tapi disaat bersamaan Alexa tahu Oliver menyukainya.

"Tidaaak, aku tidak akan merindukanmu sedetik pun. "

"Ahhhh aku tidak percaya, kau pasti akan merindukanku!"

"Tidakkkk!"

***

Prefektur Timur

Imperix, Valandria State

Archibald Empire, 9.00pm

"Sir, ini laporan mengenai kesepakatan Dark Sea Grain Initiative antara Moskva dan Kyvie." Dylan menunduk, lalu menyerahkan dokumen mengenai kesepakatan kolaboratif pengiriman bahan pangan dan biji-bijian di wilayah Laut Gelap ke meja atasannya—Maximillian Archibald.

Dia yang paling berkuasa di Prefektur Timur itu duduk di singgasananya, berlatar pilar segitiga yang membingkai dinding kaca—simbol identitas penguasa dari elemen api-membelakangi pemandangan kota Imperix di waktu malam.

"Sepertinya akan gagal. Selain pupuk, harga komoditas pangan dunia akan meroket, terlebih gandum." Dylan melanjutkan.

Max membuka dokumen-dokumen yang diberikan asisten pribadinya, memutar kursi, menatap kota Imperix dari lantai 165, The A Tower, salah satu gedung—diantara 19 gedung lainnya—yang berada di tengah komplek Archibald Empire dan merupakan gedung nomor satu paling tinggi di dunia.

Komplek gedung pencakar langit ini dibangun oleh keluarga Archibald sekitar tahun 1930an, dengan luas 9 hektar dan terletak di pusat Midtown Metroville. Letaknya membentang dari Fifth Avenue dan Six Avenue-disebut-sebut sebagai wilayah termahal dan termewah di Imperix.

"Aku tahu Caspian itu bodoh, tapi aku tidak menyangka mereka sebodoh itu." Max berkomentar dingin dengan seringai meremehkan.

Bagaimana bisa—Keluarga Caspian—si elemen air itu bermimpi ingin memimpin seluruh dunia, kalau memimpin Prefektur Baratnya sendiri saja tidak becus. Setelah memicu ketegangan geopolitik demi meraup keuntungan pribadi, sekarang mereka malah 'menyulut api' di tengah ancaman gagal panen dunia yang tergerus akibat El Nino.

"Hubungi Kong. Minta dia bentuk komite untuk menekan kegilaan Caspian." Langkah Max sangat tepat.

Melibatkan keluarga Kong dari Prefektur Selatan bisa jadi solusi. Keluarga dengan elemen tanah itu merupakan salah satu pemasok bahan pangan terbesar di dunia—mungkin dengan memberikan ultimatum untuk melakukan embargo bahan pangan ke seluruh Prefektur Barat, si bodoh Caspian akan tersudut, pikir Max.

"Satu lagi. Adakan rapat dengan para petinggi kita di UFWP, suruh mereka terjunkan pasukan di sepanjang zona demiliterisasi kedua negara itu. Sisanya biar aku yang urus." Perintah Max, jelas dan menekan.

"Apakah perlu kita libatkan juga keluarga Gale, Sir? Mengingat—" belum sempat Dylan meneruskan kalimatnya, Max sudah memutar kursi dengan perlahan, menghadap ke arah Dylan.

Mata berwarna amber itu menyala seperti api yang bersiap menghanguskan—menatap Dylan tajam, mengintimidasinya dalam diam. Dylan tahu itu adalah tatapan peringatan, tatapan ketidaksukaan, tatapan untuk hal yang tidak perlu dikompromikan. Dylan juga tahu, dia terlalu banyak bicara hari ini, sampai-sampai nama yang seharusnya tidak disebutkan, justru keluar dengan entengnya.

Dasar mulut bodoh. Dylan merutuki dirinya dalam hati.

"I sincerely apologize, Sir." Dylan kembali menunduk kemudian undur diri-hal yang seharusnya ia lakukan sejak tadi.

Archibald: The Star, The Fire & The ShadowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang