Chapter 14: To Love is To Burn, To be on Fire

117 46 5
                                    

Author Notes:

Hai halo apa kabar? Semoga kalian dalam keadaan baik. Hari ini aku berencana posting 2 episode, dan ceritanya aku jamin makin seru. Kamu harus baca betapa gilanya dan obsessednya seorang Archibald. Tapiiii bolehkah aku minta komen dan votenya. Sungguh komen, vote kalian berarti sekali buat aku.

Terima kasih ya.

***

Perasaan senang merayapi Nate, tapi itu tidak berlangsung lama. Pikiran Nate tiba-tiba melayang. Bagaimana jika ada orang yang tiba-tiba mulai mengenalnya? Bagaimana jika ada orang yang sadar bahwa wanita ini punya senyuman paling hangat di dunia? Bagaimana jika ada yang tahu bahwa wanita ini bukan hanya sangat cantik, tapi ada sesuatu yang lebih besar lagi dari ini—yang juga ia miliki. Bukan hanya kebaikan hatinya. Bukan juga karena matanya yang berkilau seperti bintang. Tapi karena–

You are easy to love, Alexa...

Too easy...

Sekali lagi Nate menatap mata Alexa dalam-dalam. Mengulang kalimat itu bagai mantra di dalam hati.

***

Prefektur Timur

Imperix, Valandria State, 10.30pm

Max fokus memeriksa dokumen pada tabletnya, sementara Rolls Royce Cullinan Klassen membawanya membelah kota Imperix—menuju Archibald Penthouse. Hanya butuh waktu 15 menit berkendara, tapi prosedur pengamanan selalu diterapkan. Lima mobil Mercedes-Benz G-Class Brabus yang ditumpangi para pengawalnya terbagi di depan dan di belakang—mengapit mobilnya demi keamanan. Mobil-mobil yang dipakai Archibald bukan hanya mewah, tapi harus memiliki standar tertentu—berlapis baja, anti peluru.

Isaac Phoenix, panglima militer tertinggi elemen api—yang mengatur standar dan prosedur keamanan Keluarga Archibald. Semua itu perlu dilakukan karena musuh elemen api ada dimana-mana, dan Max satu-satunya pewaris tunggal—terlebih lagi setelah peristiwa 10 tahun lalu terjadi.

Iring-iringan mobil berhenti dilampu merah dekat pusat perbelanjaan.

Max memijat dahinya, lalu sesaat menoleh ke arah luar. Tanpa sengaja, ia menangkap sebuah layar besar yang memuat sebuah iklan Observatorium terbesar di Imperix dengan menampilkan indahnya rasi bintang Canis Major.

Alexa.

Sistem di otaknya tiba-tiba bergerak tanpa perintah, karena tiba-tiba Max menyebut nama wanita itu di dalam hati.

"Kapan kau akan membawanya padaku?" Mata Max masih menatap layar besar diluar sana.

Ethan duduk—di sebelah Dylan yang tengah memegang kemudi—mengintip tuannya dari spion tengah, ikut melihat apa yang di tatap sang elemen api, penguasa Prefektur Timur, di luar sana. Canis Major.

Ethan mengerti, siapa subjek yang dimaksud. Itu pasti tentang Nona Aria, tentang sekumpulan lukisan wanita itu yang tuannya beli seharga 500 juta Elyrium, dan tentang lukisan Canis Major yang masih tuannya incar hingga detik ini.

"Aku sudah mengundangnya melalui Nona Zhang—dan sampai saat ini masih belum ada tanggapan."

Max menyeringai. "Menarik."

Tentu saja menarik. Baru kali ini ada orang yang berani mengabaikan undangan Archibald—dan itu datang dari seorang wanita biasa, bertubuh mungil, keras kepala, yang dengan terang-terangan menolaknya.

"Kalau undanganku tidak dihiraukan. Mungkin kau bisa pakai cara yang berarti untuknya."

Seluruh dunia tahu, permintaan Max adalah sabda, maka itu harus terjadi.

Archibald: The Star, The Fire & The ShadowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang