Chapter 20: Lions Don't Dream of Hunting, They Just Hunt

75 34 2
                                    

"Hanya sebuah penghargaan untuk mengingat-bahwa ada seseorang yang akan aku dapatkan dengan satu dan lain cara." Max kembali menatap luka gigitan pada pergelangan tangannya. Ia ingin terus mengingatnya, sebelum rasa dan bekasnya menghilang. Membuat luka ini abadi, sebagai sebuah bentuk penghargaan yang akan Max persembahkan kepada wanita keras kepala bernama Alexa.

***

Prefektur Timur

Imperix, Valandria State

Aria Mansion, 03.30pm

Keesokan harinya...

Seorang pelayan membawa sebuah bungkusan berwarna biru tua di lorong mansion Keluarga Aria, ia berjalan dengan sigap menuju sebuah kamar di lantai dua-kamar Alexa.

Pintu diketuk saat ia sampai di depannya, dan tidak perlu menunggu lama Alexa pun keluar.

"Nona, ada kiriman untukmu."

"Dari?"

"Namanya tidak tertera, disini."

"Oh baiklah, terima kasih." Alexa mengambil bungkusan tersebut, menutup pintu, kembali masuk, duduk diatas kasur-lalu membukanya.

Pikiran Alexa menebak-nebak-dari siapa bungkusan ini berasal.

Didalamnya ada sebuah ponsel. Itu ponsel miliknya.

Sebuah kertas menempel di atas bungkusan itu, berisi catatan singkat bertuliskan,

Lions don't dream of hunting.

They just hunt.

I'll see you L, soon.

-A-

Alexa menelan liur. Lalu meremas catatan itu-membuangnya ke lantai.

Archibald dan keahliannya, mampu menindas orang tanpa perlu menyentuhnya.

***

Prefektur Timur

Imperix, Valandria State

NebulatriX, 09.45pm

"Jadi, apa yang akan kita lakukan di tempat ini? Apakah kita akan melihat bintang?" Tanya Alexa antusias, terakhir kali Nate membawanya ke tempat seperti ini-itu karena Nate ingin mengajak Alexa melihat bintang, dan bagi Alexa itu menyenangkan.

"Nate?"Alexa sekali lagi bertanya, namun reaksi Nate masih sama.

Pria itu hanya tersenyum, memandu Alexa untuk berjalan mengikutinya. Langkah mereka terhenti ketika sampai di tempat yang sedikit gelap, dan Alexa pikir ini adalah sebuah hall.

Sesaat kemudian, lampu menyala otomatis.

Alexa dan Nate berdiri bersebelahan, memandang sebuah mobil berwarna silver bergaya futuristik, yang berada di tengah hall.

Alexa terpukau. Ia berlari mendekati benda dengan roda empat itu, karena ini pertama kalinya ia melihat mobil yang bentuknya-seperti baru datang dari masa depan.

"Ini benar-benar sangat bagus! Kau yang membuatnya?" Alexa mengelilingi mobil, menelitinya dengan seksama. Alexa memang tidak tahu banyak tentang otomotif, tapi menurutnya ini sempurna.

Nate mengangguk mengiyakan, kemudian menatap Alexa yang sangat antusias melihat apa yang ia ciptakan.

"Aku menyukainya! Apakah kau berencana memberikan mobil ini padaku?"

Nate tertawa. Alexa benar-benar menggemaskan. Dia mengeluarkan isi pikirannya begitu saja-tanpa basa-basi. Dan Nate menyukai hal itu.

Alexa ikut tertawa. "Aku bercanda!" Lanjutnya mengklarifikasi.

"Awal tahun, kami akan merilis mobil ini. Mobil listrik tanpa kemudi paling mutakhir. Penyempurnaan dari teknologi sebelumnya." Jelas Nate.

"Temanku ini memang hebat sekali!"

Untuk sekian kalinya, menyesakan sekali mendengar Alexa memanggil Nate dengan sebutan teman-dan hari ini adalah batas terakhir untuk menahan isi hatinya. Nate sudah bertekad. Setelah hari ini, ia akan menanggung apapun risiko yang mungkin harus ia tanggung-atas segala hal yang ingin diungkapkannya.

Tentang pengakuannya, hasratnya, keinginannya.

"Mobil ini adalah salah satu mimpiku yang terwujud. Konsepnya sederhana-menjaga orang yang sangat berarti bagi hidup kita agar selalu aman," Nate terus menatap Alexa dengan lembut. "...Atau bahkan mewujudkan mimpi seseorang yang ingin mengemudi, tapi takut mengemudi." Dadanya berdegup kencang tapi Nate masih bisa mengontrol dirinya untuk bersikap tenang.

Alexa terdiam. Nate tahu kalau Alexa tidak bisa mengemudi karena takut-tapi apakah cerita tadi diciptakan untuk Alexa? Tidak mungkin. Alexa merasa dirinya tidak seistimewa itu.

"Aku pasti akan datang ke peluncuran mobilmu." Buru-buru Alexa mengalihkan ke pembicaraan lain. "Oh ya, kau namakan apa mobil ciptaanmu ini, hmm?"

"Alexa..." Nate matanya tidak melepaskan Alexa sedikitpun. "Mobil ini bernama, Alexa..."

Sesuatu yang hangat menjalar dada Alexa.

"Nate..."

"Lex... Ini batas terakhirku. Aku rasa, aku tidak bisa lagi jadi temanmu, bukan karena aku tidak menyukainya, tapi bagiku rasanya ini menyesakan." Ekspresi Nate sulit di tebak-ia hanya memandangi wajah Alexa dengan tenang, seolah-olah wanita itu adalah pusat dunianya.

Alexa menegang.

"Kau tahu mimpiku-berpetualang bebas, mengamati bintang dengan cara yang aku inginkan, dan sekarang aku sadar, tidak peduli sejauh dan sebebas apa aku berpetualang, your presence is my favorite place to be because you are the star, you are my star. You are what I want, what I need, ever since the day we first met." Suara Nate serak, bercampur dengan nafasnya yang sedikit terengah.

Bibir Alexa kelu. Pria yang berdiri di depannya saat ini, perasaannya begitu murni dan Alexa bisa merasakan itu. Dia adalah pria yang Alexa kagumi, yang membuatnya nyaman bahkan di hari pertama mereka bertemu. Pria ini mungkin adalah laki-laki terbaik di alam semesta, keajaiban yang dimiliki dunia, karena kebaikan dan kemurahan hatinya tiada dua. Dia pria yang bukan hanya tampan dan pintar, tapi juga hangat dan mulia. Jika ada kata lain yang lebih paripurna daripada kata sempurna, kata itu mungkin bernama Nathaniel Gale-tapi entah kenapa, seluruh keindahan tanpa cela itu justru membuat perasaan Alexa kebingungan.

"Sebelumnya, aku merasa punya kendali atas perasaan ini. Namun, ketika kau tiba-tiba mengakhiri panggilan kemarin dan tidak bisa dihubungi setelahnya, aku sadar bahwa perasaan ini tidak dapat ku kontrol. Aku merasa gelisah dan mungkin hampir gila karena tidak tahu kabar dan keberadaanmu, Lex."

Katakan dengan jelas apa maumu.

Dirimu.

Saat ini perasaan Alexa benar-benar bercampur aduk. Baru kemarin dia menghadapi Archibald dan kegilaannya. Hari ini dia dihadapkan dengan perasaan Nate yang begitu tulus. Alexa benar-benar tidak bisa berpikir, bibirnya terkunci dan dia masih belum bisa menyuarakan isi hati.

"Kau tidak perlu merasa terbebani." Nate kembali membuka suara. "Perasaan ini bisa ku pikul sendiri-sampai kau siap nanti. Aku akan menunggu."

"Nate, aku..." Alexa menggeleng. Dia tidak setuju dengan pernyataan Nate soal menunggu. Rasanya hal itu tidak benar-tapi belum sempat Alexa melanjutkan penjelasannya, Nate memotong.

"I love you Lex, even if you don't."

***

Author Notes:

Nate itu sempurna. Terlalu sempurna. Kalau ada cowok in real life kayak gitu sih aku pasti meleleh. Suamiku aja cuek banget wkwkkwwkkw

Archibald: The Star, The Fire & The ShadowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang