Chapter 30: Disappear for A While

76 31 0
                                    

Tangannya mengepal. Ia merasakan kemarahan.

Sejak dulu, Nate tidak pernah berambisi, dan tidak suka berkompetisi. Namun hari ini, untuk pertama kalinya-dia benar-benar menginginkan sesuatu dalam hidupnya dan itu akan ia perjuangkan.

Alexa akan jadi hal pertama yang ia perjuangkan.

***

Prefektur Timur

Imperix, Valandria State

Aria Mansion, 8.30pm

"Aku mengirim Alexa ke Imperix agar kau bisa menjaganya! Kenapa malah berakhir seperti ini!" Isabella meradang. Ia geram.

Itu terdengar cukup jelas di telinga Jane, Elijah juga Chloe yang berada di ruang keluarga-tempat yang sama saat Henry berbicara dengan kakaknya melalui sambungan ponsel.

"Maafkan aku Isabell. Aku berjanji akan menyelesaikannya."

"Bagaimana kau menyelesaikannya? Kau tahu keluarga Archibald tidak pernah muncul di media-tapi dia malah mengumumkan pernikahannya dengan putriku pada wartawan ke seluruh dunia!"

Isabella tidak dalam kondisi stabil untuk berbicara-dia terdengar cukup histeris, tapi Henry paham. Kakaknya ini sangat terkejut dengan apa yang terjadi pada putrinya.

Kali ini Henry memberikan Isabella waktu untuk mencurahkan isi hati, jadi ia memilih untuk diam dan mendengarkan.

"Sudah ku katakan, Archibald berbahaya. Kenapa kalian malah mengirim putriku kepadanya. Archibald bukan orang yang bisa kita lawan..." Suara retak Isabella terdengar. Henry tahu saat ini kakaknya sedang menangis.

"Aku benar-benar minta maaf Isabell..."

"Belum waktunya dia tahu Henry..." Isabella tahu, semua ini bukan karena Henry lalai, tapi tetap saja dia butuh orang mendengarkan kesakitannya. "Aku akan terbang ke Imperix dalam dua hari. Mom dan Dad berkata bahwa mereka juga akan menyusul." Lanjutnya saat tangis dan marahnya mulai reda.

Sesaat kemudian panggilan ditutup.

Henry berbalik dan tertunduk. Hari ini dia merasa gagal menjadi orang tua. Alexa yang sudah dianggapnya seperti anak sendiri, harus menanggung sebuah beban yang tidak seharusnya ia tanggung.

"Aku gagal melindunginya. Aku bukan orang tua yang baik." Henry mengusap wajahnya. Marah sudah pasti-tapi yang membuatnya semakin frustasi adalah karena ia merasa tidak memiliki kontrol dan kemampuan untuk mengubah situasi saat ini.

"Kau tidak gagal Dad. Kau sudah melakukan yang terbaik untuk Alexa dan keluarga kita. Hanya saja, mungkin Alexa punya pemikirannya sendiri." Klise, tapi Elijah berharap ini bisa jadi penghiburan bagi ayahnya yang terlihat sangat tertekan.

"Besok seluruh keluarga akan berkumpul. Aku akan menyelamatkan Alexa meski harus kehilangan reputasi dan perusahaan." Henry bertekad. Sudah terlalu banyak hal pahit yang Alexa lewati. Anak itu lahir sebagai sebuah berkah sekaligus bencana, dia tidak tahu apa-apa dan tidak pernah memilih terlahir untuk jadi apa dan siapa-tapi begitulah hidup, seringkali mempermainkannya.

Jane memeluk Henry, menenangkannya. "Apapun langkah yang kau ambil, kami akan mendukungmu, sayang. Bukan hanya karena kau adalah suamiku dan ayah dari anak-anakku, tapi karena Alexa adalah keluarga kita." No matter what, family comes first, dan itulah fundamental Jane dalam bekeluarga.

Elijah yang membatalkan kepergiannya ke Vanguard City-mengangguk menyetujui. Ibunya benar, bagaimana pun Alexa adalah salah satu orang terpenting dalam hidup mereka.

Seluruh keluarga tahu, Alexa melakukan hal itu-menikah dengan Archibald-karena ia ingin menyelamatkan perusahaan dan reputasi keluarga mereka.

"Alexa..." Chloe berseru saat menangkap sosok Alexa yang baru saja datang.

Wanita itu berdiri di ambang ruang. Menatap keluarga yang tengah berduka pada sesuatu yang ia tahu karena apa, tapi kali ini ia berpura-pura bodoh karena tidak ingin ini di bahas sekarang.

"Apakah kalian sudah makan malam?" Wajah Alexa begitu lelah tapi ia masih memaksa melempar senyuman pada keluarganya-dan itu membuat Chloe menjadi marah sekaligus sedih.

Bisa-bisanya wanita ini bersikap seolah-olah tidak terjadi apa-apa, padahal Chloe tahu bahwa sepupunya ini telah melewati hari yang panjang, dan dia sedang tidak baik-baik saja.

"Ingat yang aku katakan padamu saat pertama kali kau memutuskan pindah ke rumah ini-padahal saat itu kau enggan?" Tanya Chloe dengan nada sinis, tapi bibirnya bergetar.

Alexa tidak menjawab, bukan karena ia tidak tahu jawabannya. Pertama ia sangat lelah merespon apapun saat ini, dan kedua dia tengah memberi waktu pada Chloe untuk mengekspresikan perasaannya.

"Berkali-kali aku bilang padamu, BERKATALAH TIDAK SAAT KAU TIDAK MENGINGINKAN SESUATU!" Chloe marah. "Kami juga bisa berjuang untukmu! Kenapa kau malah memutuskannya sendiri dan membuat lompatan sejauh ini?!" Kali ini Chloe benar-benar meledak.

"Chloe!" Jane membentak putrinya.

Orang bilang emosi remaja memang tidak stabil-tapi Alexa melihat sebaliknya. Dibalik sifatnya yang kekanak-kanakan, Chloe adalah remaja paling rasional dan bijaksana yang pernah ia temui, pemikirannya sangat dewasa-jauh berbeda dengan orang-orang seusianya. Itulah kenapa seluruh pernyataan yang disampaikan Jamie tadi merupakan sebuah kebenaran-dan Alexa setuju dengan sepupunya ini.

"Aku benci dirimu, Lex!" Chloe menangis, ia berlari ke arah kamar karena sedih dan jengkel melihat Alexa yang tidak berdaya-dan itu membuat Elijah mengejarnya.

Dalam kondisi normal, Alexa mungkin akan ikut Elijah mengejar Chloe, ikut menangis, lalu berdebat dengan sepupunya itu sampai pagi. Setelahnya mereka akan segera berbaikan, tidur bersama dan saling berpelukan.

Namun kali ini lain. Alexa sedang dalam situasi dimana dia bisa retak kapan saja, dan dia tidak ingin itu terlihat oleh siapapun. Keluarganya harus mendapatkan kesan, bahwa keputusannya adalah yang terbaik bagi semua orang, bahwa dia tidak tersiksa apalagi berduka, dan dia tidak berkorban untuk siapapun. Pernikahannya dengan Archibald bukan hal besar yang perlu diperdebatkan. Dia tidak ingin terlihat rapuh. Jadi malam ini dia akan menjaga jarak dengan Chloe, agar semuanya ini terlihat normal.

"Alexa..." Henry memanggil keponakannya dengan lembut.

"Uncle, boleh kah kita bicarakan ini nanti? Aku benar-benar lelah." Pinta Alexa dengan suara serak. Matanya juga terlihat sembab.

Air yang menggenang di matanya nyaris runtuh tapi Alexa benar-benar kehabisan tenaga-bahkan hanya untuk sekedar meneteskannya.

Tanpa berkata, Jane berjalan ke arah Alexa, lalu memeluk keponakannya itu sebentar.

Rasanya nyaman dan ini yang Alexa butuhkan.

Detik selanjutnya, Alexa melepas pelukan Jane. Jane yang mengerti, membiarkan Alexa pergi.

Ia memberi waktu untuk Alexa menyendiri dan pulih.

***

Alexa hanya ingin merebahkan tubuhnya, tapi itu terganggu karena panggilan dan pesan yang tidak henti-hentinya masuk ke dalam ponselnya.

Isabella, Jamie, Oliver, Olivia, bahkan Nate. Semua panggilan dan pesan dari mereka berdesakan menunggu untuk di jawab-tapi sayangnya Alexa tidak punya tenaga untuk melakukan itu.

Jadi, Alexa memutuskan untuk mematikan ponselnya dan segera memejamkan mata. Ia butuh waktu untuk menghilang sebentar dari dunia.

***

Author Notes:

Emotionally, mentally and physically drained banget Alexa. Jangan kesel ya sama Chloe, dia tuh cuma gak mau Alexa jadi people pleaser, karena Chloe tau, Alexa tuh bukan superhero. :')

Archibald: The Star, The Fire & The ShadowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang