Chapter 26: Delusion

101 42 2
                                    

Cahaya musim panas kali ini begitu menyilaukan. Cahaya yang sinarnya entah akan menghangatkan atau justru membakarnya.

Botol berisi air putih di ambilnya dari atas nakas. Dua butir antidepresan kembali di masukan ke mulutnya.

Ketergantungannya akan terus berulang-mungkin sampai akhir kehidupannya.

***

Prefektur Timur

Bellaville, Solhaven State

Gale Yacht, 07.40pm

Matahari sudah berada pada garis ufuk, tepat diantara langit dan laut. Yacht milik keluarga Gale berlayar sedikit ke tengah, kemudian melepas jangkarnya agar tetap ditempat. Cahaya keemasan yang menghias angkasa nyaris tenggelam. Dalam hitungan detik langit berubah menjadi gelap dan bintang-bintang mulai bermunculan. Meskipun pekat merayap, bagi Nate malam ini seterang dan sejelas siang karena wanita yang duduk di sampingnya saat ini, bersinar dengan tenang seperti sebuah kebenaran.

"Kau benar, ikan panggang tadi sangat lezat!" Ucap Alexa. Rambut panjangnya yang terikat asal tertiup angin dan bergoyang kesana kemari.

"Kau menyukainya?" Nate bertanya seraya menatap mata Alexa.

Alexa mengangguk sambil tersenyum.

"Sepertinya aku bisa memakan itu seminggu penuh."

Nate tertawa, diikuti Alexa setelahnya.

"Nate... Ada yang ingin ku sampaikan padamu." Alexa pikir, ia perlu segera berbicara mengenai perasaannya pada hubungan mereka. "Ini tentang kita..."

Oksigen di sekitar Nate seperti seolah-olah terhisap. Rasanya mulai sesak, tubuhnya nyaris hilang dari tempatnya, tapi Nate berusaha untuk tetap berpijak.

"Lex, tidak hari ini..." Pinta Nate.

Ia memang belum tahu apa yang akan dikatakan Alexa padanya, tapi untuk hari ini saja, Nate hanya ingin menghabiskan waktunya bersama Alexa dengan tenang-tanpa harus merasa khawatir, kecewa dan berakhir hampa.

"Tapi..."

"Biarkan aku menikmati malam ini bersamamu, tanpa memikirkan apapun." Nate masih menatap Alexa, kali ini dengan pandangan memohon.

Keheningan muncul setelahnya. Hanya ada suara ombak kecil yang memecah kesunyian diantara mereka.

"Sirius sudah mulai terlihat jelas." Nate melihat ke atas, ke bintang paling terang dilangit malam.

"Ah iya. Bintang itu..." Memori Alexa kembali pada momen saat ia bersama ayahnya, melukis konstelasi-berisikan seorang anak perempuan digendong sang ayah yang entahlah sedang memetik atau justru menempatkan bintang di angkasa.

Bintang itu adalah Sirius, pada lukisan Canis Major yang sekarang dimiliki Archibald.

Walau bukan Yang Terpilih, kau harus ingat bagiku kau adalah keseimbangan. Sebuah awal dan akhir, kehancuran sekaligus kehidupan. Kau adalah yang paling terang-lebih terang dari Sirius dan seluruh benda yang bersinar di alam semesta.

Alexa mengingat kembali ucapan ayahnya.

"Sirius, bintang paling terang di alam semesta." Nate masih mengamati bintang itu diatas sana.

Aku pikir, aku tidak perlu jadi Yang Terpilih, atau yang paling terang di alam semesta, aku hanya ingin tetap disampingmu, dan selalu jadi gadis kecilmu sementara kau tetap menjadi penggemarku. Okay?

Okay.

Bagi Alexa, ayahnya adalah pembohong.

"Bagiku, Sirius terlalu menyilaukan." Sekarang, Sirius bukan lagi lambang keindahan seperti saat Alexa melukisnya dengan sang ayah. Berkat sang ayah juga, kini Alexa tidak lagi melihat bintang dengan cara yang sama.

Archibald: The Star, The Fire & The ShadowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang