Chapter 25: Big Wave is Coming

109 42 4
                                    

"Monica?" Sekali lagi ia memanggil.

Tiba-tiba telepon terputus.

Malam itu, Alexa kembali lagi pada hari-hari dimana ia berharap Monica menjawab panggilan atau sekedar membalas pesannya. Dia kembali lagi. Pada hari-hari ketika ia menunggu.

***

Prefektur Timur

Nouvelleham, Valandria State

Bridle Path Mansion, 03.45am

Wanita itu-Diana yang memiliki identitas baru bernama Monica-duduk menghisap rokok dengan wajah pucat setengah gemetar. Ia tertekan tapi masih mencoba bersikap tenang. Jalannya kabur sudah hilang. Rumahnya sudah dikepung oleh puluhan orang berpakaian serba hitam, yang di kerahnya tersemat pin segitiga emas.

Menyedihkan, kelahirannya sebagai Monica sepuluh tahun lalu berakhir sia-sia.

Sepucuk pistol senyap menempel pada dahi Diana, ditodong oleh salah satu pengawal Archibald paling setia, Dylan.

Max duduk dengan segaris senyum samar yang menghias raut wajah dinginnya. Ia menyilangkan kaki, menatap Diana penuh perhitungan dan intimidasi.

"99% menuju pelepasan kripto." Ethan menerima laporan dari ponselnya. Sebuah perintah yang pernah di titahkan Archibald pada kedua sekretarisnya-memporak-porandakan sistem crypto, untuk menekan wanita yang mengganti identitasnya ini, demi mencari satu nama sebagai bukti yang tuannya yakini benar.

"Tanpa kau bicara pun, aku akan menemukan dalang di balik kejadian 10 tahun lalu." Max memperingatkan Diana. "Dan lebih dari 50 juta Elyrium di rekening kriptomu akan menguap begitu saja." Lanjutnya menarik satu sudut bibirnya.

Crypto. Seluruh aset Diana ada disana. Ditempat yang dia pikir aman. Sialnya Diana salah. Ia lupa siapa orang yang dihadapinya.

Diana tertawa. Tertawa begitu keras, hingga air matanya menetes, membasahi wajah pucatnya yang menggambarkan kekalahan telak. Dia pikir ini rokok terakhirnya. Dia pikir ini akan menjadi akhir hidupnya.

Setelah hisapan yang terakhir, Diana mematikan rokok yang tadi tersemat dibibirnya, lalu menatap mata Max dalam-dalam.

"Kirimkan uang itu kepada anakku di Selatan. Katakan padanya aku pergi ke bulan dan tidak akan pernah pulang." Tiba-tiba Diana mengigit dan menelan sebuah pil yang ternyata ia sembunyikan disela mulutnya.

Max sadar hal yang tengah dilakukan Diana. Tanpa perlu berkata ia pun memerintah Ethan dengan satu gerakan mata untuk mengeluarkan benda sialan itu dari mulut Diana.

Ethan berjalan cepat ke arah Diana, lalu menepuk keras punggung si saksi mata, mencoba mengeluarkan pil itu dari dalam mulut.

Percuma, pil itu menghilang seiring dengan kesadaran Monica yang semakin menurun, nafasnya tersenggal.

Dia menelan racun.

"Siapa dia-penyokong danamu dan pembunuh orang tuaku?" Max berusaha tetap tenang, walau ada nada frustasi dalam suaranya. Ia mencengkram pundak Diana dengan keras, sementara kesadaran wanita itu sudah semakin menipis.

Bulir-bulir keringat menempel di dahi Diana, susah payah ia menggerakan bibir.

"Siapa!" Ketenangan Max hilang. Ia berteriak kencang.

Mulut Diana terbuka, bergerak dengan susah.

"Haa-vik..."

Menjadi satu kata terakhir yang Diana ucapkan sebelum tubuhnya berakhir menjadi dingin.

Diana pergi, bunuh diri.

Max melangkah mundur. Lalu duduk menunduk. Urat-urat di kepalanya bermunculan-tanda ia geram. Kemarahan pecah dalam pikiran. Dalam keheningan.

Archibald: The Star, The Fire & The ShadowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang