Chapter 15: Right Now, That's Enough

139 51 5
                                    

"Alexa bertugas di kantor pusat, kau bisa mengandalkannya jika butuh bantuan."

Alexa mengangguk, sementara satu sudut bibir Nate sedikit terangkat. Ada rona gembira dalam ketenangannya. Rasanya seperti diberi hadiah di hari perayaan.

"Sepertinya, aku akan sering merepotkanmu-Nona Aria..." Tutup Nate, menyeruput kembali sodanya, menatap Alexa yang sekali lagi mengangguk sambil tersenyum ke arahnya.

***

Prefektur Timur

Imperix, Valandria State

Akhir tahun.

Imperix memasuki musim dingin. Hampir enam bulan Nate berada di Prefektur Timur-dan hari-harinya selalu ditemani oleh Alexa. Pertemuan mereka selalu terjadi, entah itu karena Nate mengajak Alexa makan malam, melakukan perjalanan bisnis atau saat Nate beralasan butuh bantuannya terkait kerjasama mereka.

Nate suka menghabiskan waktu bersama Alexa. Walaupun itu hanya sekedar mengajaknya pergi melihat bintang, membaca buku di ruangan yang sama bahkan tanpa suara, atau berdiskusi tentang makanan, film, dan lukisan. Nate menyukai semua hal yang ada pada diri Alexa. Melihatnya menyantap makanan, melihatnya tertawa, atau bertengkar dengan Elijah dan Jamie hanya karena berdebat masalah Pluto-bagian dari planet atau bukan.

"Kau punya cita-cita, Alexa?"

"Waktu kecil aku ingin jadi superhero karena aku pikir mataku punya kemampuan seperti Superman atau Cyclops, ternyata tidak." Alexa tertawa mengingatnya. "Lalu ketika dewasa-itu berubah menjadi seorang koki. Kemudian sebelum aku pindah kesini, aku bercita-cita ingin memiliki studio lukis sendiri." Matanya kemudian menerawang. "Tapi seringkali hidup menghempas kita ke tempat yang tak terduga. Jadi aku rasa-cita-citaku adalah bisa hidup dengan caraku sendiri. Dengan tenang dan bebas. Kalau kau?"

"Sama sepertimu. Aku hanya ingin berpetualang, dan mengamati bintang dengan cara yang aku inginkan."

Nate merasa sedang bercermin-Alexa sangat mirip dirinya.

Hari-hari berikutnya, pertemuan mereka adalah hal yang selalu Nate nantikan-karena dari situ Nate bisa mengenal Alexa lebih dalam. Nate jadi tahu, kalau Alexa suka menari dan melukis. Mimpi wanita itu teramat sederhana. Ia ingin memiliki galeri kecilnya sendiri, dan menghabiskan waktunya yang tenang dengan melukis-di padang rumput, berlatar awan, dekat sebuah danau yang airnya sebening kristal.

Nate jadi tahu, kalau Alexa sangat suka menari-menghabiskan waktu senggangnya untuk bergerak, berputar sesuka hati, berkontemplasi dalam tarian.

Nate jadi tahu, sebab kenapa si anak topi biru bernama Gavin dapat pelukan paling hangat sedunia-karena Alexa menyukai anak-anak. Wanita itu bahkan mendirikan yayasan demi memberikan akses pendidikan dan makanan bagi anak-anak dan wanita di negara konflik juga miskin.

Nate jadi tahu, Alexa adalah sekumpulan mimpinya yang hidup. Seperti musim panas dalam senyumnya, dan kilau bintang yang tak pernah pudar pada manik matanya.

Nate jadi tahu, kalau ia adalah manusia yang paling beruntung. Setiap kali mendengar Alexa merangkai kata-kata dalam ceritanya, sementara Nate menjadi pembaca setianya.

Dan disinilah mereka-saling mengisi satu sama lain-menjadi teman baik. Sebuah anugerah sekaligus bencana dalam satu cerita yang menggambarkan kerumitan relasi manusia.

Karena bagi Nate, menyematkan kata teman dalam hubungan mereka adalah kesalahan besar yang harus segera diakhiri.

Ya kesalahan ini harus diakhiri.

Nate bersiap menghadapi konsekuensi dari pengakuan hatinya.

***

Prefektur Timur

Archibald: The Star, The Fire & The ShadowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang