Percakapan ini harus dicukupkan. Sesungguhnya Alexa tidak ingin menyakiti Nate lebih dalam.
"Forgive me, i'm so sorry, Nate..." Ucap Alexa dengan suara setengah berbisik, lalu pergi perlahan meninggalkan Nate yang tertegun di belakang.
Nate masih berdiri disana, menunggu penghiburan yang mungkin tak akan pernah datang. Alexa tidak merasakan apa yang dia rasakan. Wanita itu memikirkan jalan lain, jalan yang tidak termasuk dirinya.
Saat ini memang menyakitkan, tapi Nate sudah memutuskan, bahwa ini bukanlah akhirnya. Dia akan kembali lagi untuk mempertanyakan kembali cintanya. Mungkin... hanya mungkin... suatu saat, entah kapan, Nate akan merengkuh Alexa ke dalam pelukannya.
***
Prefektur Timur
Imperix, Valandria State
Archibald Empire, 04.30pm
"Nona Aria datang." Lapor Dylan, setelah beberapa saat lalu ia mendapat laporan dari keamanan dan para pengawal-bahwa Alexa sudah sampai di lobi dan kini sedang naik ke lantai atas.
Dylan undur diri, meninggalkan ruangan. Membiarkan tuannya sendirian.
Max bersandar di kursinya sambil memejamkan mata, sementara telunjuknya mengetuk-ngetuk pelan ujung pelipis, dengan interval stabil serupa ketukan metronom.
Perkiraan Max tepat, Alexa kembali padanya. Gale kalah telak. Namun entah kenapa hatinya merasa tidak senang. Bayangan Alexa yang kabur bersama Gale, membuatnya merasa tersingkir-dan perasaan itu tidak bisa di abaikan. Ini seperti sebuah peringatan konstan bahwa Max tidak sepenuhnya menang. Wanita itu dengan berani memercikan api kecil, yang kini menyala, membakar tubuh dan pikiran Max.
Klik.
Suara pintu terbuka. Langkah kecil itu berjalan masuk dengan perlahan. Seketika aroma citrus dan lavender di musim panas-yang sangat ia kenal-memenuhi setiap sudut ruangan.
Alexa disini.
Ia mendapati Max duduk di kursi kebesarannya. Mata pria itu terpejam. Alexa tahu itu bukan karena dia tertidur. Ada sesuatu yang sedang memenuhi pikirannya.
Max pasti sudah mendapat laporan tentang kejadian hari ini. Mungkin itu juga jadi sebab udara di ruangan ini terasa sangat sesak-dan Alexa sudah memperkirakannya.
Untuk itu ia memikirkan beberapa skenario, demi meredam kekacauan yang mungkin terjadi hari ini.
"Umm maaf karena kita perlu menjadwalkan ulang pemilihan buket bunga. Aku tahu jadwalmu sangat padat, jadi kau tidak perlu khawatir-pemilihan selanjutnya aku pastikan tidak akan mengganggumu." Skenario pertama adalah meminta maaf, tentu saja Alexa sedikit gugup, tapi ia berusaha menjelaskannya dengan tenang.
Max membuka matanya, menatap Alexa dengan tatapan remeh-dan tiba-tiba saja senyum kosong terbit di bibirnya.
Kabur dengan seorang Gale lalu tanpa merasa bersalah hanya menjelaskan soal buket bunga. Wanita di depannya ini benar-benar tidak punya rasa takut, dan itu membuatnya gila.
Semesta tahu, Archibald bisa dengan mudahnya mengintimidasi orang-tapi hari ini, Alexa merasa ada yang berbeda-dan untuk pertama kalinya ia merasa sangat cemas. Sikap Max saat ini menunjukan ketenangan yang begitu dalam, tapi emosinya berkata sebaliknya. Max terlihat begitu rumit, kompleks dan gelap.
"Oh ya. Maaf juga aku tidak mengabarimu. Aku meninggalkan ponsel di toilet restaurant. Cerobohnya diriku ha-ha-ha." Skenario kedua, berkata jujur tentang ponsel, tanpa perlu menjelaskannya lebih detail.
Alexa benar-benar mencoba mencairkan suasana.
Situasinya jadi aneh, selain tertawanya dibuat-buat, rasanya mereka tidak pernah dalam kondisi suasana yang cair, jadi Alexa merasa sedikit menyesal melakukan skenario ini.
Respon Max tetap sama, hanya diam dan menatap Alexa, dengan tatapan tajam menguliti.
"Max..." Alexa menarik nafas panjang. Bersiap atas penghakiman yang mungkin akan diberikan. "Hari ini aku bertemu dengan Nate..." Skenario ketiga, jujur tentang pertemuan dengan Nate.
Kali ini Max bergerak. Ia bangkit dari tempat duduk, lalu berjalan mendekati Alexa.
Mereka saling berhadapan. Jantung Alexa berdegup kencang. Pikir Alexa, Max pasti akan meledak.
"Aku lapar." Ucap Max setengah berbisik.
Suara bariton itu menggema di telinga Alexa dengan rendah dan menindas.
Lapar?
Tanpa aba-aba Max menarik lengan Alexa, menggenggamnya erat, lalu berjalan dengan cepat keluar ruangan, melewati staff yang memberi hormat tanpa menghiraukan satu pun dari mereka.
Alexa yang terlihat canggung tetap berusaha mengikuti Max karena ia tidak punya ruang untuk berkeberatan. Satu hal pasti yang Alexa bisa rasakan-suasana hati Max sepertinya sedang buruk.
***
Prefektur Timur
Imperix, Valandria State
Archibald Private Airport, 05.10pm
"Kenapa kita ada disini? Kau bilang, kau lapar?" Tanya Alexa saat mobil yang mereka tumpangi masuk ke landasan udara pribadi milik Archibald.
Max tidak menjawab, sampai mobil berhenti tepat di depan pesawat jet dengan lambang segitiga emas di sayapnya. Lambang keluarga elemen api.
"Max..." Alexa kembali bertanya.
"Kita akan makan malam, dalam perjalanan ke Maverick."
"Maverick? Bukankah kita baru aku akan berangkat lusa. Aku belum menyiapkan apapun. Bagaimana dengan keluargaku?"
Max tidak berencana menjawab, dan itu bertepatan dengan pintu mobil mereka yang terbuka. Pria itu turun lebih dahulu lalu kembali menangkap lengan Alexa dalam genggamannya. Mereka berjalan menuju tangga, disambut Dylan, Ethan dan Irina yang sudah berada lebih awal di depan pintu pesawat.
Tunggu.
Irina tiba-tiba memotong rambut panjang pirangnya yang indah dan berkilau? Alexa terkejut. Tadi siang rambut wanita itu masih terlihat panjang, tapi malam ini ia memotong pendek rambutnya.
Sangat pendek.
Untuk saat ini Alexa tidak punya waktu menebak apa yang dipikirkan Irina, sampai-sampai ia memotong rambutnya sependek itu. Alasan keberadaan mereka disini saja dan mempercepat keberangkatan ke Maverick sudah berdesakan sesak di pikiran Alexa.
***
Author Notes:
Hmmmmmmm........... habis ini akan makin njelimet dan menyakitkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Archibald: The Star, The Fire & The Shadow
Romance#1 Dendam 28 Sep 2024 #1 Conspiracy 24 Sept 2024 #1 Saham 28 Sept 2024 #1 Obsesif 13 Okt 2024 #2 Politics 13 Okt 2024 #7 War 24 Sep 2024 *** Max mendekap Alexa dan membawanya ke dalam pangkuan. Melarikan diri-mungkin Max punya perhitungan yang lebih...