Chapter 36: You Want Battle? I'll Give You War

90 34 2
                                    

Author Notes:

Kita ternyata bisa bertahan dan melanjutkan hidup hanya karena setitik hal paling sepele. Ucapan selamat pagi dari satpam komplek, senyuman si tukang siomay, udara yang bersih, nasi hangat yang beruap, suara anak-anak tertawa, bahkan melihat sekelompok semut membawa sisa-sisa makanan untuk koloninya.

Jadi part ini merupakan appreciate post, yang dipersembahkan untuk salah satu reader ku paling baik dwimei87, thank you for always support me. Your vote and comment bikin aku punya kekuatan, dan rasa percaya diri, kalau ternyata tulisan ini worth it buat terus dilanjutkan.

Thank you!

***

"Kau pikir ayahku menjadikan keluargamu sekutu hanya karena dana kampanye? Kau pikir kami benar-benar kekurangan uang? Dasar bodoh!" Irina tertawa remeh, lalu menghempaskan air di udara yang sedari tadi ia tahan.

Tentu saja itu membuat Elaine dan para pengawalnya kebasahan.

"Kau!" Elaine berteriak. Rasanya ia ingin membalas Irina dengan pengendalian tanahnya-tapi ia menahan. Karena jika ayahnya sampai tahu, ini bisa jadi keributan besar.

"Pergilah. Jangan tunjukan wajahmu di hadapanku lagi-atau aku akan membuatmu menangis lebih cepat."

Elaine menelan liurnya. Lalu berjalan melewati Irina, bergegas masuk ke dalam rumah mode Vivienne.

***

Prefektur Selatan

Qianlai, Republik Tianxia

Dragon Golf Course, 07.30am

Cuaca cerah dan angin sepoi-sepoi. Suasananya tampak sempurna untuk bermain golf. Kong Yi Qin menantang Maximillian Archibald untuk berkompetisi. Peraturannya sederhana, pemenang akan ditentukan berdasarkan jumlah pukulan keseluruhan, atau stroke play. Jadi, siapa pun yang memiliki jumlah pukulan paling sedikit setelah 18 hole, dialah pemenangnya-dan tentu saja Max menyambut tantangan itu dengan senang hati.

"Ada satu hal yang aku sukai darimu Tuan Archibald." Yi Qin membuka suara, sambil memukul bola dengan kuat dan lurus.

Max tidak menanggapi, dia hanya diam mengobservasi.

"Kesombonganmu." Ucap Yi Qin, melihat bolanya mendarat di rough.

Max menyeringai. Sekarang gilirannya memukul bola. Dengan tenang ia mengayunkan stiknya, dan bolanya mendarat di fairway.

Mereka melanjutkan kembali permainan dengan penuh konsentrasi. Hole demi hole dilalui, skor keduanya masih saling berkejaran.

"Kau merasa lebih unggul, padahal itu hanya ilusi yang rapuh." Ucap Yi Qin di hole ke-9, saat mereka beristirahat sejenak.

Kong berada di posisi unggul dengan 43 pukulan, sementara Archibald berada sedikit di belakang dengan 45 pukulan.

Max masih memilih untuk tidak merespon. Ia kembali memukul bola dengan gerak yang tetap terkontrol, tidak ada tindakan yang impulsif atau agresif. Hasilnya ketika mereka mencapai hole ke-18, skor menjadi sangat ketat. Yi Qin memiliki total 85 pukulan dan Max 86 pukulan.

Kemenangan sudah di depan matanya, Yi Qin tersenyum dengan lebar.

"Sombong bukan kata yang tepat." Kali ini Max merespon, bersiap dengan satu hole yang tersisa.

Yi Qin mengerutkan dahinya.

"Tapi-percaya diri." Max tidak perlu menjadi sombong untuk merendahkan dan membandingkan dirinya dengan orang lain-karena sejak awal tidak ada pembanding yang berada pada level yang sama dengan dirinya. Jadi kenapa ia repot-repot harus bersikap sombong.

Rahang Yi Qin mengeras.

Di hole terakhir, konsentrasi Kong Yi Qin runtuh. Dia memukul bolanya terlalu kuat, sehingga mendarat di bunker. Sementara itu, Max melakukan pukulan yang sempurna, mengirim bolanya ke green dengan satu pukulan.

Yi Qin akhirnya berhasil keluar dari bunker dengan dua pukulan tambahan, tetapi ketegangan dan rasa lebih rendah dari seorang Archibald membuatnya membutuhkan tiga pukulan lagi untuk memasukkan bola ke lubang, menambah total pukulannya menjadi 90. Max selalu bergerak dengan strategis, hasilnya ia hanya membutuhkan dua pukulan lagi untuk memasukkan bola, sehingga total pukulannya menjadi 88.

Tentu saja skor akhir sesuai yang diharapkan. Max menjadi pemenangnya dengan skor akhir 88-sementara Yi Qin 90.

Emosi Kong meluap. Ia muak. Rumput-rumput tercabut dari akarnya, tanah bergerak seperti air bersiap menghantam si elemen api.

Max punya refleks yang sangat baik, jadi sebelum pengendalian tanah itu menghancurkannya, ia sudah memasang perisai api.

"Kau akan mati Archibald! Kursi Sirius akan jadi milikku!"

"You want battle? I'll give you war."

Tiba-tiba Kong mengingat sesuatu-Archibald terlalu kuat untuk dihadapi dengan perang terbuka. Ini akan merusak rencananya.

Sialan! Kong berteriak, emosinya masih meledak, tapi ia harus meredam. Ia segera menarik pengendaliannya, namun perisai api Archibald yang cukup kuat justru membuatnya terpental beberapa meter ke belakang.

Boom! Seperempat bagian Dragon Golf Course milik Keluarga Kong hangus terbakar.

Max berjalan ke arah Yi Qin. Mata berwarna amber itu telah berubah menjadi merah dan gelap menatap Kong dengan nyalang. Tatapan itu persis seperti kobaran api yang menghanguskan sekelilingnya.

Setitik ketakutan merayap pada diri Kong-dan Max bisa merasakan itu.

Dengan suara rendah, Max berkata penuh peringatan dan intimidasi "Aku anggap tidak terjadi apa-apa hari ini."

Yi Qin menggertakan gigi, sebagai pertahanan terakhir.

"Jika kau mengulangnya lagi, tidak peduli dengan Perjanjian Crux dan Dewan Penasihat Sirius. Aku akan menjadikanmu abu di tanahmu sendiri."

***


Archibald: The Star, The Fire & The ShadowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang