Chapter 4: Hard to Say No

184 79 12
                                    

Valhalla 8, salah satu pangkalan militer rahasia milik Archibald—yang terbesar dan terkuat. Letaknya tidak diketahui. Petunjuk hanya satu, 'Second star to the right, and straight on till morning'. Seperti kalimat yang pernah diucapkan Peter Pan pada Wendy ketika mereka terbang menuju Neverland.

Tempat itu invisible—seakan-akan tidak pernah ada.

Dijaga dengan keamanan tingkat tinggi dan sangat ketat. Disana adalah tempat segala teknologi tempur, pesawat hingga senjata tersimpan. Disana adalah tujuannya. Seluruh strategi hidupnya. Tempat menyuapi ambisinya untuk menjadi bintang paling terang—Sirius. Mengontrol seluruh prefektur. Membalaskan dendamnya. Dengan cara pelan namun menyakitkan.

***

Prefektur Timur

Imperix, Valandria State

Aria Mansion, 5.30pm

"Chloe, kurasa daddy mu bangkrut." Alexa menyeruput tehnya. Duduk bersandar pada sofa panjang di ruang keluarga.

Ia menatap Chloe, sepupunya berusia 16 tahun—yang baru saja menarik tangannya dari tuts piano—setelah memainkan Arabesque No.1 milik Debussy.

"Ya sepertinya begitu." Chloe menjawab asal, tidak tertarik pada pembahasan itu.

"Chloe ayolah..." Alexa sebal, tidak biasanya Chloe menjawab singkat. Biasanya percakapan mereka akan berakhir dengan sebuah teori konspirasi, atau analisa-analisa aneh tak berdasar namun terdengar lucu dan menyenangkan.

"Lex, kau tahu. Kau bisa saja menolak ibumu." Chloe melangkahkan kakinya menuju Alexa, "Tapi kenapa kau malah menuruti keinginannya. Sulitkah berkata tidak?" lanjutnya menyandarkan kepala di paha kakak sepupunya itu.

"Entahlah." Helaan nafas Alexa terdengar lelah.

Isabelle, ibunda Alexa—bukan hanya mengatur kehidupannya, tapi juga sering pulang pergi sekehendaknya, meninggalkan Alexa. Tentu saja itu bisa jadi pembenaran untuk menolak dan berdebat atas ketidak inginan Alexa pindah ke Imperix—tapi Alexa tahu, dalam masa-masa rentan, ibunya berjuang sendirian. Isabelle bukan hanya menghabiskan waktu untuk menyembuhkan luka, tapi juga berjuang untuk terus mengurus usaha pelabuhan dan perkapalan kecil mereka dari kejauhan, dari tempat entah dimana itu berada. Memastikan agar Alexa tetap aman dan tidak kekurangan. Setidaknya hal itu yang Alexa harus syukuri.

"Tapi aku senang kau ada disini Lex. Adanya kau disini, mungkin akan mengurangi omelan daddy dan mommy padaku."

Alexa memicingkan matanya seraya mengelus rambut tembaga Chloe.

"Kau berencana menjadikan ku tameng?"

"Kau terlihat bisa diandalkan." Manik mata berwarna biru muda milik Chloe—berkedip-kedip menggoda Alexa.

Alexa terkekeh.

Derap langkah kaki bergerak menghampiri dua puan yang tengah hanyut dalam gurau.

"Kami mendengarmu sayang..." Henry menyapa, bersama Jane muncul dari balik pintu yang sedari tadi tidak tertutup.

Adalah Henry—adik dari Isabelle. Yang Terpilih dari keluarga Aria dengan elemen air ini menikah dengan Jane—Yang Terpilih dari salah satu keluarga elemen udara. Pernikahan mereka membentuk sebuah Keluarga Campuran yang dikarunia 2 orang anak. Chloe dan Elijah. Lucunya, dua-duanya adalah Yang Terpilih dari elemen udara. Tidak ada satupun dari keduanya yang mewarisi gen keluarga elemen air, manik mata biru muda milik mereka, menurun dari sang ibunda.

"Hmm mereka datang." Chloe memutar bola matanya, kemudian mengangkat kepalanya dan duduk dengan baik.

"Alexa, bagaimana kabarmu sayang?" Jane mencium pipi Alexa, disusul Henry selanjutnya.

Archibald: The Star, The Fire & The ShadowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang