Chapter 5: Second Star to The Right, and Straight on Till Morning

199 83 11
                                    

"Hmm aku tahu kau miskin, tapi jangan terlalu jelas diperlihatkan, Lex..."

BUGGGHH!

"APA YANG KAU LAKUKAN!" Elijah terkejut. Alexa menendang bokongnya tiba-tiba.

"Menendangmu! Sini kemari kau! Aku belum selesai!" Wanita yang saat ini lebih terlihat seperti singa itu mulai mengambil ancang-ancang-berlari menghajar Elijah.

***

Location Unknown

Valhalla 8, 11.55pm

Satu jam lebih berlalu. Rapat dengan para petinggi militer, yang jumlahnya sekitar 15 orang masih belum selesai. Mereka adalah jenderal tertinggi di masing-masing negara yang berada di dalam Prefektur Timur-dan dipastikan loyal pada Archibald. Para jenderal itu duduk di kursi besar, mengelilingi sebuah meja panjang, dimana Max sang penguasa, duduk di bagian paling ujung-menjadi pusatnya.

"Phantom Submarine kita sudah siap, Sir. Teknologi Radar Stealth, seperti yang kita gunakan di tempat ini sudah terkonfigurasi dengan sempurna, kapal dipastikan tidak akan terdeteksi oleh kapal lainnya." Seorang pria paruh baya dengan seragam militer berwarna hijau tua dengan 5 bintang di pundaknya-menjelaskan.

"Caspian punya teknologi yang sama?" Max mengingat kalau si elemen air ini punya keunggulan di bidang kemaritiman.

"Tidak, Sir."

Alis Max terangkat. Raut wajahnya sulit ditebak. Sedari tadi tangan kanannya terus memegang pulpen, mengetuk-ngetuk pelan permukaan meja-seperti ada sesuatu yang mengganggu pikirannya.

"Sir, smelter nikel terbesar di dunia milik keluarga Kong akan mulai beroperasi. Proyeksinya, menghasilkan 300 ton nikel per tahun. Tapi-" Pria berbeda dengan seragam dan pangkat yang sama-melapor dengan hati-hati, tahu kalau berita ini akan mengusik sang penguasa.

Max mengernyit.

"Mereka menawarkan kontrak kepada Gale. 60% hasil tambang akan diekspor ke Prefektur Utara-sebagai bahan baku baterai kendaraan listrik yang tengah gencar elemen udara kembangkan." lanjut pria itu menjelaskan.

"Enam puluh persen?" Max bertanya. Nadanya rendah. Penuh penekan.

Brengsek! Itu sangat jauh lebih besar dari yang diekspor Kong ke Prefektur Timur. Apakah Kong sedang berdonasi pada pada Gale-atau justru sedang memberikan tambang nikelnya secara cuma-cuma.

Max menerka-nerka isi pikiran Kong.

Kilatan tajam tergambar jelas di manik mata Max. Merasa kalah dari si musuh bebuyutan.

Jika Kong mengirim 60% hasil tambangnya ke Prefektur Utara, bisa dipastikan Gale akan memonopoli industri kendaraan listrik. Kalau itu terjadi, hal yang mungkin akan Max lakukan adalah meledakan smelter Kong dan pabrik Gale-yang tentu saja itu akan memicu berakhirnya Winter War. Perang terbuka akan pecah.

"Buat itu jadi 20%. Sisanya harus kita yang serap."

"Maaf, Sir. Saya punya pendapat lain. Saya rasa Kong sedang menekan anda." Pria lainnya berpendapat.

"Maksud mu?"

"Mengenai lamaran Tuan Kong Yi Qin pada anda. Untuk anak perempuannya-Elaine Kong."

Bedebah Yi benar-benar sinting! Yi, si elemen tanah ini tahu betul kalau Archibald adalah yang terkuat. Beberapa tahun ini, tua bangka itu memang gencar mengirim lamaran pada Max. Ambisinya untuk menyatukan dua kekuatan demi bisa bersanding dengan Archibald-mencari Stardust dan menduduki kursi Sirius-membuat dia nekat mengorbankan anak perempuannya sendiri dalam proyek perjodohan.

Archibald: The Star, The Fire & The ShadowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang