Chapter 19: One Way or Another

91 36 2
                                    

Author Notes:

Dan kegilaan Max masih berlanjut. Please harus banget baca sampai selesai! Dan please vote juga komen ya :)) Terima kasih

***

"Katakan dengan jelas apa maumu." Alexa sudah sampai pada batas kesabarannya.

"Dirimu."

Hanya butuh satu detik bagi Max untuk menjawab.

Sesungguhnya ini bukan hanya tentang Canis Major, atau tentang keyakinannya bahwa wanita ini adalah mata-mata Monica, atau tentang keinginan Max menginjak-injak perasaan Gale-yang terlihat jelas menatap wanita ini seperti surga di seluruh semestanya. Ada hal selain itu. Ini adalah tentang rasa penasaran Max pada seorang wanita biasa bernama Alexa. Rasa mendamba, keinginan menaklukan sesuatu yang baru. Yang mungkin tanpa Max sadari telah menjelma menjadi sebuah hasrat yang sebelumnya tidak pernah ia sadari, dan itu bernama-

Obsesi.

***

Prefektur Timur

Imperix, Valandria State

The Pavilion of Zhang & Bonhams, 04.25pm

"Lex!" Jamie berlari menghampiri Alexa, tepat setelah sahabatnya itu keluar dari kursi belakang mobil keluarga Aria. Satu-satunya hal yang ia pikirkan sekarang adalah segera memeluk Alexa dengan erat. Sesuatu yang entah Alexa butuhkan atau tidak—namun yang pasti, naluri Jamie sebagai sahabat berkata bahwa ini adalah hal yang harus dilakukan.

"Jam, m-maafkan aku..." Alexa bergetar, dia menahan air yang nyaris saja keluar dari manik matanya. Rasanya sesak—tapi dia tidak pernah ingin terlihat lemah.

Terlebih lagi hari ini Alexa merasa benar-benar bersalah pada Jamie. Bersalah karena dia gagal menjadi sahabat yang baik. Bersalah karena dia tidak mampu menyelamatkan Paviliun Zhang & Bonhams. Bersalah karena ternyata ia tidak berdaya melawan Archibald.

"Kenapa kau minta maaf?" Menyadari ada sesuatu yang salah, Jamie segera melepas pelukannya.

Dilihatnya wajah Alexa terbingkai sendu. Matanya sembab. Tidak biasanya Alexa seperti ini. Jamie mulai khawatir.

Jadi tanpa belama-lama ia langsung menangkup pipi Alexa dengan kedua tangannya. Mencoba membuat Alexa merasa nyaman karena dia ada disini membersamainya.

"Archibald menyakitimu, Lex?" Tanya Jamie khawatir.

Alexa menggeleng, tidak ingin menambah beban di pikiran Jamie.

"Lalu kenapa kau terlihat sedih?"

"Jam, a-aku gagal..." Alexa terbata dan ia bingung merangkai kata.

"Maksudmu?"

"P-paviliun seni mu..."

"Tentang paviliun. Aku benar-benar berterima kasih padamu, Lex." Kata Jamie sambil tersenyum, "Berkatmu, orang-orang itu dan alat-alat beratnya sudah pergi dari tempat ini." Hatinya terasa lega karena hari beratnya sudah berakhir.

Mendengar Jamie berkata seperti itu, Alexa menegakkan bahunya. Kesedihannya belum lenyap, tapi kini ada perasaan lain yang justru mendominasi pikiran Alexa—kebingungan.

"Maksudmu? Orang-orang Archibald sudah pergi?" Alexa kembali memastikan.

Jamie mengangguk, "Bahkan Archibald mengirimkan pengacaranya untuk memberikan surat pernyataan pencabutan perintah. Mereka juga memberitahu, jika perubahan tata letak kota karena pembangunan Dermaga Shelby hanya akan melewati hutan di belakang, dan itu tertulis dalam surat pernyataan. Singkatnya, paviliun akan aman."

Archibald: The Star, The Fire & The ShadowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang