Chapter 3: The Spy & Ten Minutes

187 77 20
                                    

Pembicaraan dengan Isaac memang selalu menarik. Max lagi-lagi tersenyum. Ia menyapu bibir dengan lidahnya, lalu mulai memutar gelas berisi minuman yang telah diperam sejak 1922, kemudian mencium aromanya yang menguap keluar-sebentar. Dengan perlahan dan sengaja. Menumpahkan cairan bernilai lebih dari 2 juta Elyrium itu ke lantai.

"Archibald tidak butuh keuntungan dari siapapun."

Isaac mengangguk pelan dan ikut tersenyum, kemudian menghisap lagi cerutunya.

***

Prefektur Timur

Imperix, Valandria State

Archibald International Airport, 11.00am

"Jamieee! Oh penerbanganku tertunda 10 jam, sekarang aku sudah sampai di Imperix." Alexa mengenakan legging hitam-yang biasanya ia pakai untuk yoga-dan crop jacket berwarna abu-abu. Ia mulai menyeret kopernya, sembari menjawab telepon melalui earbuds di telinga.

Rambutnya kini digulung keatas dengan asal, riasan No Makeup Makeup Look-nya pun sudah menghilang, menampilkan wajah bare face. Bukti dari 15 jam penerbangan ditambah 15 jam transitnya yang sangat panjang dan melelahkan.

"Walaupun kau lelah dan mungkin jetlag, aku akan tetap memaksamu untuk datang ke galeri besok!" Ucap Jamie di seberang sana penuh semangat. "Aku punya kejutan untukmu!"

Alexa berjalan terengah-engah mengikuti arus manusia yang akan keluar dari airport, sementara Jamie masih saja mengoceh tentang banyak hal.

Tiga puluh menit telah berlalu, Alexa mulai bingung-kenapa ia terus berjalan dan tidak melihat adanya tanda-tanda pintu keluar. Lalu kemana manusia-manusia yang tadi ada di depannya?

"Oh ya soal berkunjung ke galeri mu besok. Apakah tidak bisa lusa saja, besok aku-" belum sempat Alexa melanjutkan, Jamie sudah memotongnya.

"Oh ayolah, tega sekali kau. Aku sudah menunggumu seumur hidupku. Apakah kau tidak rindu padaku?"

Seumur hidup? Jamie dan kata-kata hiperbolanya selalu sukses membuat Alexa tertawa. Selain itu, sahabatnya itu memang handal dalam memohon dan memaksa-dan untuk ke ratusan kalinya Alexa selalu luluh.

"Ya ya-baiklah besok aku akan datang!"

"Hmm tapi kenapa kau tidak menjawab pertanyaanku?"

"Pertanyaan yang mana?"

"OH JADI KAU TIDAK MERINDUKANKU!"

"Ya ampunnnn Jamie! Haruskah sejelas itu?!"

***

Rapat mendadak dengan dewan penasihat the secret emperor yang dilakukan-di sebuah ruangan rahasia-di Archibald International Airport, dilakukan dengan cepat. Informasi mengenai Stardust masih samar. Lembar petunjuknya pada Perjanjian Crux yang hilang masih belum ditemukan. Selesai rapat, Max buru-buru pergi bersama kedua sekretaris pribadinya, Dylan dan Ethan.

Ekspresinya dingin dan tenang, tapi Dylan dan Ethan tahu kalau sang penguasa benar-benar geram.

Bagi Max kebijaksanaan para dewan penasihat ini terlihat seperti kelambanan sekelompok orang tua yang terlalu banyak pertimbangan. Benar-benar memuakkan. Kalau saja Perjanjian Crux tidak pernah ada, mungkin dia sendiri yang akan menarik pelatuk dan menembakannya ke kepala para dewan-atau yang pasti lebih menyenangkan-menjadikan mereka abu dengan tangannya sendiri.

"Sambungkan dengan agen khusus yang mengurus sabotase roket E-I." Frustasi dengan dewan penasihat The Secret Emperor, Max langsung mengalihkan fokusnya pada salah satu rencana besarnya yang lain-menggagalkan peluncuran roket milik Nebula X yang dikembangkan oleh Keluarga Gale.

Archibald: The Star, The Fire & The ShadowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang