Lethian kembali ke rumah Malvin saat ia mendengar bahwa adiknya telah menjadi sandera.
"Gua temenin lo aja! " Zoe yakin bahwa temannya itu mungkin membutuhkan perlindungan darinya.
"Ga perlu, gua bakal hajar si as*u itu sendirian" Lethian langsung menarik gas di motornya dan meninggalkan Zoe yang masih khawatir dengannya.
Sesampainya di rumah, Lethian di hadang oleh beberapa anak buah Malvin, walaupun akhirnya ia tetap bisa lepas dari mereka.
"Lepaskan adikku dasar laki-laki bangsa*t" Teriak Lethian yang menggema di seluruh rumah.
Malvin tersenyum sambil menodongkan pistol ke arah kepala Raya.
"Oh ya? Sepertinya ayahmu sudah menjual adikmu juga padaku.. Bagaimana kalau aku juga mencicipinya? " Perkataan Malvin membuat Lethian mual seketika, sebajingan itu kah perbuatan Malvin yang Lethian tidak ketahui selama ini?!
"Lepaskan dia! Aku akan beri semuanya! " Lethian berteriak kala melihat sang adik menangis kencang.
"Semuanya? "
"Iya! "
Lethian terpaksa benar-benar mengikuti semua hal yang di inginkan oleh Malvin demi keselamatan adiknya, ia menelepon Zoe untuk membawa adiknya pergi dari sana.
"Lo beneran ga mau ikut pergi? " Zoe khawatir akan keadaan temannya itu.
Lethian menggeleng, kala ia mengingat bahwa Malvin akan menggunakan kakak perempuan pertamanya juga menjadi sandera bila ia pergi dari rumah.
"Gua nitip Raya ya zo, gua bakal transfer uang buat kebutuhan Raya" Lethian melambaikan tangannya saat melihat Raya menangis dalam dekapan Zoe, mereka akhirnya berpisah.
Lethian tak kuasa menahan semuanya sendirian, tubuhnya hanya terdiam di tempat tanpa bergerak sedikitpun, tak mengira bahwa Malvin akan segila ini.
Rabaan pada perut Lethian kembali ia rasakan, tubuhnya kaku di tempat saat Malvin memeluknya dari belakang, di tambah dengan gigitan di telinganya.
Jilatan ia rasakan pada tengkuk lehernya, membuat lenguhan tak sengaja keluar dari mulutnya "hngh.. "
Lethian kini berbalik, dua netra dengan warna berbeda itu kini saling memandang, dengan sang gadis yang mendongak akibat perbedaan tinggi badan.
Tangan Malvin mengelus lembut surai Lethian, sedangkan tangan Lethian hanya diam di samping tubuhnya.
Kaget, adalah hal yang dirasakan oleh Lethian di kala Malvin melumat bibirnya dengan kasar, tak memberikan sang gadis waktu untuk bernapas.
Posisi keduanya kini berbeda, di ruang kerja pribadi milik Malvin. Lethian duduk di atas kaki Malvin, menatap ke arah layar laptop Malvin yang menyala terang.
"Kenapa melakukan semua hal ini? " Tanya Lethian yang merasa bahwa Malvin aneh.
"Karena aku mau " Jawaban Malvin bukanlah jawaban yang diinginkan sang gadis.
"Kenapa?! " Sang gadis kembali bertanya dengan nada kesal.
"Tidak semua hal harus diketahui oleh orang lain" Lagi lagi, jawaban yang berbeda jauh dari pertanyaan, membuat sang gadis mengernyit kan dahinya karena kesal.
"Katakan padaku, kenapa?! " Sekali lagi sang gadis ingin mengetahui alasan mengapa sang lelaki begitu gila hingga melakukan banyak hal yang bahkan bisa membuat sang gadis membencinya.
Sang pria menghentikan kegiatannya yang tadinya sedang mengetik, menunduk melihat ke arah surai hitam sang gadis.
Tangannya terkepal kesal, mendengar semua pertanyaan sama terlontar kan dari mulut mungil sang gadis.
Tangan sang pria memegang kedua tangan sang gadis, memberikan elusan lembut di tangan mulus nan indah milik gadisnya itu.
"Karena aku, terobsesi padamu" Jawab sang pria yang membuat sang gadis merasa semakin kesal.
Bukankah ia terobsesi padanya? Lalu mengapa sang pria bisa bisanya melakukan hal hal tidak senonoh seperti memegang dada perempuan lain di depan matanya langsung?!
"Lalu, kenapa kamu memegang dada wanita lain tadi?! " Pertanyaan yang menumpuk di bilik pikiran sang gadis perlahan terlontar kan satu persatu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kelidan
RomanceSebuah pertemuan tak disengaja di masa kecil, yang bermula dari rasa kasihan dan iba nya Lethian kecil kepada Malvin remaja yang tampak penuh dengan luka. Bermula dari sebuah pemberian permen dan juga plaster luka yang berakhir membuahkan bulir bul...