■23■

6 2 0
                                    

Pernyataan Brenda membuat Lethian kembali berpikir, apakah dirinya akan terlihat bahagia jika tetap tinggal bersama Malvin, bagaimanapun Lethian juga sudah begitu merepotkan.
Dan, apakah Malvin akan senang jika tahu bahwa Lethian sedang mengandung anak kembar 3.

Semua pertanyaan itu terus menghantui isi kepala Lethian saat ini, bahkan saat dirinya sudah berada di rumah sepi miliknya.

Terlihat banyak sekali stok camilan yang dimilikinya, bahkan beberapa buah buahan yang memang selalu dirinya sukai.

"Apa aku harus kembali bersama Malvin? " Satu pertanyaan demi pertanyaan terus terpikirkan oleh Lethian, dirinya terus berpikir bagaimana jadinya jika ia bisa melihat Malvin bermain dengan anak anaknya.

Ponsel Lethian berdering, memperlihatkan nama kontak sang adik.

"Halo? "

"Halo, bagaimana kabar kakak di Australia? "

"Baik kok, tadi juga sudah cek kandungan"

"Waah, katanya kembar 3 kan ya? Ehehe, gasabar jadi aunty"

"Eleh eleh"

"Gimana pelajaran mu hari ini? Semuanya baik baik aja kan? "

"Baik kok, gampang juga, makasih buat kakak karena udah selalu nge biayain Raya"

"Sama sama, namanya juga tanggung jawab sebagai kakak"

"Tau ga? Tadi, Raya lihat cowo tampan banget!! Pengen jadi istrinya deh.. "

"Hush, sekolah dulu yang bener"

"Iya iya, udah dulu ya kak, masih ada kelas habis ini"

"Iya, hati hati"

Lethian mematikan telepon tersebut secara sepihak, tubuhnya kembali ia sandarkan pada sofa biru kesayangannya, matanya menuju ke arah televisi yang sedang menyiarkan berita.
Sial, itu berita yang meliput tentang Malvin.

"Dikabarkan, seorang CEO kaya bernama Diratama Malvin Rajendra, akan membuka cabang perusahaannya di Australia, berikut adalah percakapan antara tuan muda Malvin dan juga tuan muda Gilang"

Lethian melirik sekilas pada ekspresi Malvin melalui televisi, matanya terlihat seperti kurang tidur dan berantakan, bahkan dasinya sedikit miring. Apa kehilangan Lethian memang merupakan kesulitan baginya?

Lethian mengupas apel yang ada di meja ruang tamu, tangannya lihai saat mengupasnya, seolah olah ia memang sudah terbiasa.
Pintu rumah diketuk dari luar, membuat Lethian harus bangun dari posisi duduknya dan melihat siapa yang mencarinya.

"Sebentar" Ucap Lethian sebelum akhirnya membuka pintu.
Berdiri seorang nenek nenek yang sedang membawa satu buah kresek hitam di tangannya.
"Nenek? Ada apa datang kemari? " Tanya Lethian dengan tersenyum.

"Kamu baik kan? Gimana kabar kamu? " Tanya sang nenek yang ternyata tetangga Lethian saat ini.
Lethian cukup aktif dalam membangun kehidupan sosialnya di Australia, mengingat bahwa dirinya adalah anak ekstrovert di setiap saat.

"Ini, nenek bawakan makanan dan juga camilan" Sang nenek memperlihatkan isi kantong kresek yang ia bawa, terdapat beberapa buah yang terlihat segar, serta beberapa makanan yang memang terlihat lezat.

"Waah, Terima kasih, nenek" Balas Lethian dengan senyuman.
"Hari ini, cucu dan juga menantuku pulang, jadi aku bawakan makanan untukmu juga, menjadi ibu tunggal pasti sulit untuk anak muda sepertimu" Ujar sang nenek.

Lethian terharu akan perlakuan nenek tetangga yang selalu khawatir dan memberikan perhatian padanya.
Sang nenek adalah nenek tua yang biasanya tinggal sendirian di sana, semenjak datang nya Lethian ke sana, membuat sang nenek senang karena akhirnya memiliki seorang tetangga muda.

"Nenek mau mampir sebentar? " Tawar Lethian yang hendak mengambilkan sandal rumahnya yang ada pada rak sepatunya.
"Tidak perlu, Terima dulu ini, nenek mau pulang, nanti malam nenek bawakan ayam untukmu ya" Ujar sang nenek.

Jujur, Lethian suka dengan kehidupannya yang damai seperti ini, tak ada tekanan dari seseorang, dan hidup bebas untuk berinteraksi dengan siapapun.

KelidanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang