◍32◍

17 2 0
                                        

Wajah Lethian bersemu merah, ia sangat malu kala mengingat dirinya yang tak terkendali akibat Malvin semalaman.

"Makan dulu" Malvin mengangkat sendok ke arah mulut Lethian, Lethian juga membalasnya dengan baik karena keberadaan Luca yang masih ada di pangkuannya.
"Ibu, apa Luca bisa belajar? " Tanya Luca sambil bersandar pada sang ibu.

Lethian  segera mengunyah dan juga menelan makanan di mulutnya, "tentu, kenapa tidak boleh? " Tanya Lethian heran, ia selalu menunggu detik detik anaknya meminta untuk masuk ke sekolah.
Mata Luca terlihat berbinar saat Lethian mengizinkannya pergi ke sekolah.
"Ayah, aku ingin pergi ke sekolah"

Lethian tersedak kala mendengar Luca memanggil Malvin dengan julukan ayah, membuat Malvin tersenyum karena merasa bahwa itu adalah saat kemenangannya.
"Tentu saja, kamu tanyakan dulu pada yang lainnya, ingin bersekolah tidak" Malvin meminta Luca bertanya pada lucas dan juga Leo mengenai pergi ke sekolah.

Luca dengan cepat langsung turun dari pangkuan Lethian dan berlari menuju ke arah adik adiknya itu, meninggalkan sang ibu bersama ayahnya.
"Bagaimana? Mereka mengakui ku menjadi ayah, bukan? " Malvin merasa tinggi hati, dirinya langsung merasa tinggi ketika ketiga anaknya mau memanggil nya ayah.

"Sedari dulu mereka memanggilku ibu" Lethian tak mau mengalah pada Malvin, kini visi dan misi Lethian yang tadinya menjadi orang sukses langsung berganti menjadi tak ingin kalah dari Malvin.
"Itu semua karena kamu melarikan diri dariku! Katakan padaku kemana perginya kamu selama 5 tahun? " Malvin bertanya.

Lethian hanya diam dan mengunyah makanannya dengan cepat, "Australia" Balas Lethian singkat sebelum akhirnya ia mengambil suapan baru dari Malvin.
"Bagaimana aku bisa tidak mengetahui keberadaan mu? " Tanya Malvin, kala ia mengingat bahwa dirinya sudah pergi selama beberapa kali ke Australia dan tak kunjung menemukan kabar bahwa Lethian tinggal di sana.

"Aku tidak sebodoh itu, tuan"

"Apa anda pikir saya tidak bisa membuat identitas baru? " Ucapan yang keluar dari mulut Lethian kini berubah menjadi sangat formal karena ia tak ingin terlibat apapun dengan Malvin.

"Kenapa kamu menggunakan kata kata formal? "

"Entah, aku terbiasa seperti ini di Australia"

"Sepertinya aku harus benar-benar mengurung mu sekarang"

Lethian segera meminum air putih yang di sodorkan oleh Malvin.

"Apa disini ada pil kontrasepsi? "

Kenapa Lethian  menanyakan pil kontrasepsi?

"Untuk apa? "

"Aku tak ingin memiliki anak lagi"

"Sebenci itukah kamu denganku? "

Malvin tertegun seketika, ia tak perpikir bahwa istri kecilnya itu sangat berpikiran sempit.

"Bukan masalah benci denganmu atau tidak, aku belum siap memiliki anak lagi, mengurus bayi bukan hal yang mudah "

Lethian terlihat sibuk membuka laci nakas untuk mencari obat obatan tersebut, mengingat bahwa Lethian  dulu pernah menaruh satu tablet pil kontrasepsi.

"Tidak perlu, kalau kau hamil lagi, aku akan turut membantu " Malvin mencoba meyakinkan Lethian  yang sedari tadi sibuk mencari kesana dan kemari.

"Bukan masalah turut membantunya! Melahirkan juga menyakitkan bodoh! " Lethian berteriak keras kepada malvin, mengingat kejadian dirinya melakukan persalinan di Australia yang berlangsung selama 6 jam sendirian bersama dokter dan suster.
Lethian melipat tangannya di depan dada, ia merasa kesal dengan Malvin sekarang, mengapa Malvin sangat terobsesi memiliki anka darinya? Apakah tiga anak kembar masih belum cukup?!

"A-apa ibu akan punya anak lagi" Terdengar suara Leo dari balik pintu, Leo yang mendengar bahwa Lethian  akan melahirkan kembali langsung menangis.
"Apa yang kamu lihat! Cepat gendong Leo kemari! " Lethian kembali berteriak pada Malvin yang hanya diam terpaku saat ia mendengar suara tangisan Leo.

KelidanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang