"Malvin, bagaimana kalauu suatu hari nanti, kamu berhadapan dengan pilihan berat? " Tanya Lethian.
"Pilihan berat? Pilihan seperti apa itu? "
Lethian menghela nafas kasar, kini ia duduk dengan bersandar pada kursi mobil.
"Seperti, memilih antara aku atau anak ku? " Tanya Lethian sambil mengelus elus perutnya.
Dahi Malvin mengerut tak senang, mengapa gadis ini tiba tiba membahas sesuatu seperti ini?.
"Aku akan memilihmu"
"Kenapa? "
Kenapa pilihan ini semakin berlanjut? Bukankah seharusnya Lethian senang karena dirinya dipilih?.
"Karna aku tidak mau kehilanganmu"
Malvin memandang ke arah luar jendela, enggan untuk melirik kepada istrinya.
"Kalau aku kabur? "
"Aku akan mendapatkan mu, lalu mengurung mu"
Lethian hanya bisa menghela nafasnya sendiri, mengapa dirinya sekarang berada di ambang keputusasaannya.
Suasana di dalam mobil berakhir hening, tak ada ucapan satu pun yang keluar dari mulut dua orang tersebut.
Hingga kini, Lethian turun dari mobil, dirinya tak percaya bahwa ternyata hanya ada sekitar 10 orang yang akan memberinya pengawalan.
Lethian langsung masuk ke dalam kampusnya, di aula sudah ramai dengan orang orang lain, bahkan teman teman Lethian juga hadir.
"Thian, mereka yang mengawalmu? " Tanya Zoe sambil melirik ke arah 10 orang yang ada di belakang Lethian.
Di balas dengan anggukan, semuanya duduk pada kursi yang disediakan, menunggu nama mereka di panggil untuk segera mengambil sertifikat lulus.
"Semuanya sudah jadi? " Tanya Lethian dengan suara berbisik.
Zoe dan dua orang temannya mengangguk, kini hanya tinggal menunggu Lethian mengambil buku sertifikatnya.
⋇⋆✦⋆⋇
Khanza menghampiri 5 orang yang berjaga pada pintu depan aula, mereka terlihat berbadan kekar dan tegap, sungguh seperti pria mapan dengan banyak uang.
Khanza berpura pura terjatuh untuk mengambil perhatian mereka.
"Aduh, maaf maaf" Khanza dengan sengaja menumpahkan es yang ada pada baskom yang sedang ia bawa, membuat kelima orang itu dalam keadaan basah kuyup saat ini.
"Maaf ya" Khanza meminta maaf atas perbuatannya, sambil mencoba menghilangkan noda pada jas hitam mereka.
"Tidak apa apa, nona" Jawab salah seorang dari mereka.
"Sebaiknya kalian pergi ke kamar mandi dulu, biar aku gantikan kalian menjaga disini. Tenang, aku memiliki medali karate" Ucap Khanza dengan panik.
Dan gilanya, mereka semua mempercayainya.
Sedangkan di dalam aula, ada Zoe dan juga Melody di sana, bersiap untuk melancarkan aksi mereka yang selanjutnya.
"Apa anda seorang pengawal? Waaah, hebat sekali" Puji Zoe kepada 3 orang laki laki berbadan kekar tersebut.
Mendengar pujian dari seorang gadis, membuat ketiganya menjadi sedikit gusar dan hampir termakan oleh godaan Zoe.
"Apa kalian bisa mengajariku cara bela diri? Aku sering sekali di goda oleh laki laki, aku takut" Zoe terus berusaha untuk menggoyahkan iman mereka dengan terus menggoda.
"Kami bisa mengajarinya, nona".
Akhirnya, godaan nya yang berhasil membuahkan hasil yang cukup baik, semuanya terus berjalan dengan lancar.
Sedangkan Melody masih diam di tempat, ia tak tahu bagaimana cara menggoda laki laki, walaupun dirinya yang paling tua di antara ketiga temannya.
Melody tak sengaja menjatuhkan cincin tunangannya, membuatnya panik sendirian di tengah tengah keramaian.
"Tuan, bisa bantu aku mencari cincin ku? " Tanya Melody dengan wajah yang memelas, membuat dua orang yang tersisa langsung tergoda dan kini sibuk membantu Melody mencari cincinnya.
Padahal, cincin Melody ada di dalam tasnya sendiri, dengan sengaja mengambil alasan kehilangan cincin.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kelidan
RomanceSebuah pertemuan tak disengaja di masa kecil, yang bermula dari rasa kasihan dan iba nya Lethian kecil kepada Malvin remaja yang tampak penuh dengan luka. Bermula dari sebuah pemberian permen dan juga plaster luka yang berakhir membuahkan bulir bul...