◆17◆

9 2 0
                                    

Malvin membuka pintu kamar, mendapati Lethian yang sudah duduk bersandar pada dinding.

Matanya memerah dan sembab akibat terlalu banyak menangis dan berteriak.

"Bagaimana keadaanmu? " Tanya Malvin sambil menyisipkan poni yang menutupi wajah Lethian di telinga Lethian.

Secara tiba tiba, Lethian menangis yang tak kunjung berhenti.

"Kamu bilang! Pelan pelan! " Lethian menangis dengan sekencang mungkin.

Ia baru saja tertipu oleh sang adam yang menjanjikan akan bermain secara pelan pelan, walaupun berakhir ganas seperti pertama kalinya.

"Maaf, maaf" Malvin meminta maaf, mengingat bahwa ia benar-benar menjanjikan akan bermain dengan sedikit lebih lembut.

Malvin bingung harus melakukan apa, ia tak pernah menghibur orang lain seumur hidupnya.

"Sakit... " Lirih Lethian sambil memegang I perutnya yang terasa sedikit kram.

"Mal—vin, sakit" Panggil Lethian sambil meringkuk kesakitan di atas kasur.

Malvin langsung membuka ponselnya, menelepon dokter pribadi keluarganya untuk memeriksa keadaan Lethian saat ini.

Malvin menggenggam tangan Lethian erat, baru kali ini ia merasakan panik saat melihat seseorang kesakitan.

⋇⋆✦⋆⋇ 

"Ada apa dengannya? " Tanya Malvin yang duduk di pinggir kasur, tangannya menggenggam erat tangan Lethian yang terasa sedikit dingin.

"Ehm... Nona muda hanya kelelahan, anda harus bermain secara lembut pak" Ujar sang dokter sambil menghela nafas kesal.

Bagaimana bisa Malvin bermain dengan kasar kepada ibu hamil?

"Nona sedang dalam keadaan hamil 1 minggu, janinnya masih rapuh" Sang dokter tak habis pikir dengan kebiasaan kasar Malvin tersebut.

"Lagian, dia baru kedua kalinya, vin. Gila amat lu" Sindir Wendy yang ternyata sudah bersandar pada headboard di kasur dan mengelus elus dahi Lethian yang terlihat lembut.

"Wendy, jangan ucapkan seperti itu" Tegas Kaifan kepada istrinya itu.

Kaifan tau kebiasaan Wendy yang selalu mengikuti gaya bicara anak anak zaman sekarang, semua orang bahkan memanggil Wendy sebagai gen Z.

"Iya iya, pak su" Kesal Wendy.

"Kamu dapat burung kecil kaya gini dari mana, vin? " Tanya Wendy, menunjuk Lethian sebagai burung kecil yang tak dapat lepas dari sangkarnya.

"Jamal, tau kan? Yang biasanya ambil slot tapi kalah, dia ngejual anaknya ke Malvin" Ujar Malvin sambil menyulut api ke rokoknya.

Rokok yang tadinya telah terbakar ujungnya, di potong begitu saja oleh Kaifan.

"Istrimu lagi hamil, kurangin ngerokok, atau itu bakal ngaruh ke anakmu besok" Tegas Kaifan sambil berdecak kesal.

Kelopak mata yang indah itu kian terbuka, memperlihatkan netra berwarna coklat yang indah di baliknya.

"Gimana keadaan mu, Thian? Apa masih ada yang sakit? " Tanya Wendy dengan nada sedikit khawatir.

Wendy sangat menyukai Lethian, padahal mereka baru saja bertemu untuk pertama kalinya, entah kenapa Wendy merasakan bahwa Lethian adalah anak perempuan manis yang sangat lembut.

Dan Wendy yakin 100% bahwa Lethian tidak pernah berbohong sama sekali, seumur hidupnya.

Lethian membalas pertanyaan Wendy dengan gelengan kepala, ia merasa sudah cukup baik kan.

"Nona, anda harus banyak memakan nasi, jangan lewatkan sarapan pagi" Ujar sang dokter yang membuat Lethian kaget.

"Apa asam lambung ku naik? " Tanya Lethian bingung, sebenarnya kejadian sakit perut itu senantiasa Lethian alami setiap harinya, kebiasaannya untuk tidak pernah sarapan membuatnya sering sakit.

"Bukan, anda sedang mengandung janin berusia 1 minggu, perhatikan pola makan dan juga isi pikiran anda sendiri, dilarang stress dan terlalu banyak beraktivitas"

Lethian kaget bukan main, apa? Mengandung? Apalagi usianya masih satu minggu.

KelidanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang