✚✙

23 1 0
                                        

Letta kini sedang bermain sendirian di halaman depan  rumahnya yang sudah ia beli dari Luca, hingga datang seorang balita berlari ke arahnya, yang membuatnya refleks langsung memeluknya agar tidak terjatuh.

"Tuan Luca? Apa ada sesuatu sampai anda datang kemari? " Letta memandang dengan sedikit mendongak ke arah Luca, karena usia mereka yang jauh berbeda.

Letta hanyalah gadis kelas 3 SMA yang sedang menempuh pelajarannya di daerah sana, sehingga ia memutuskan untuk membeli rumah seharga 1 miliar dengan tabungannya sedari kecil.

"Apa kamu menyingkirkan foto orang tuaku? " Tanya Luca dengan suara datarnya.

"Foto? Ah, tidak, semuanya masih terpajang" Letta mempersilahkan Luca dan istrinya masuk ke dalam rumah, terlihat Luca merasa nostalgia dengan hal hal yang masih terletak di tempat yang sama.

Secara tiba tiba, Luca juga membawa Raya kesana.

Raya yang seperti melihat bayangan kakaknya dalam tubuh Letta langsung memeluk gadis kecil tersebut.

Raya menangis dalam pelukannya, mengapa bisa ada seseorang yang benar benar menyerupai almarhumah kakaknya di sana.

"Eh? Apa anda biak baik saja, nona? " Letta kaget bukan main saat raya langsung memeluknya secara tiba tiba.

"Ah, maaf, dirimu sama persis seperti almarhumah kakakku" Raya melepaskan pelukannya dari Letta dan langsung duduk di sofa.

"Anda semua ingin minum apa? " Tanya Letta sambil menawarkan minuman yang ada di rumahnya.

Letta berakhir membawakan es teh untuk mereka semua, dan satu buah jus untuk dirinya sendiri.

"Boleh aku tau siapa namamu? " Tanya Luca.

"Nama saya Letta, Narendra Letta Galendra" Balas Letta.

"Apa yang anda minum? " Tanya Luca bingung.

"Ah, saya sangat menyukai buah apel, jadi saya membuatnya menjadi jus, apa anda juga mau? Saya masih memiliki stok buah apel satu kulkas " Letta tersenyum kecil.

"Apa Luca mau ibu buatkan jus apel? Ibu sudah membeli stok apel satu kulkas! "

Perkataan mereka sama persis bukan? Itulah yang dirasakan oleh Luca saat ini, apakah mungkin  bahwa Letta adalah sosok Lethian  yang terlahir kembali?.

Luca segera pulang ke rumahnya begitu selesai berbincang dengan Letta, Letta mengantar mereka sampai ke luar rumah dan sampai mereka menaiki mobil menjauh dari rumah.

"Hidupku disini juga singkat, tubuh Letta tak kuat, semoga hidupmu akan terus berjalan baik, anak anakku" 

Perlahan lahan, tubuh Letta yang sedang berdiri di depan taman mulai mengurai bagaikan sahaya yang mulai berpisah satu persatu.

Tangannya terus melambai untuk menghantarkan kepergian Luca dari sisi-Nya.

"Aku mencintaimu, anakku" Ucapnya sebelum kini tubuhnya benar benar hilang dari tempat.

***

Luca kembali ke sana hari ini, semuanya kembali terasa kosong, kemana perginya Letta dari sana?

Beberapa timpuk surat Luca temukan di atas meja, ia membukanya satu persatu.

Hai, Luca.
Ibu titipkan salam untuk adik adikmu ya, waktu ibu di tubuh Letta juga tak lama, setelah kamu pergi kemarin, perlahan ibu kembali menghilang.
Katakan pada adik adik mu untuk terus hidup bahagia dan terus menjadi orang orang sukses.

Ibu sangat bangga pada kalian, Terima kasih sudah mau menjadi anak anak kesayangan ibu selama ini, maaf bila ibu sering salah dalam mengurus kalian.

Bagaimanapun ibu membesarkan kalian sesuka hati ibu sendiri, ibu tak tahu apakah ibu sudah adil dalam memberikan kasih saya pada kalian berempat.

Tapi, ibu yakin bahwa kalian saling menyayangi satu sama lain. Dan, ibu juga menyayangi kalian, jauh lebih menyayangi kalian dibandingkan ibu menyayangi ayah.

Ibu harap, kalian bisa memberikan kasih sayang yang belum pernah ibu berikan pada kalian semasa kecil kepada anak anak kalian, ibu harap kalian semua bisa menjadi orang tua dan suami yang baik bagi anak serta istri kalian.

Jauh di atas sana, ibu akan terus memperhatikan kalian, jaga diri baik baik dan susul ibu bila waktunya sudah tepat, tinggalkan kesan baik pada istri dan anak anak kalian sebelum kalian menyusul ibu, jangan membuat istri kalian sedih dan menangis. Kalau sampai menantu ibu menangis, kelak saat di akhirat ibu akan memukuli kalian dengan sapu!

Intinya, jaga diri kalian masing masing, ibu menyayangi kalian sebanyak banyaknya.

Luca menangis tak henti henti kala ia melihat surat yang di tulis oleh Letta, yang ternyata adalah jelmaan sementara dari ibunya.

Seharusnya Luca memperlihatkan sisi baiknya pada Letta kemarin, dan bukan sikap buruk seperti sikap dinginnya.

"Ibu, maaf, maaf" Luca menangis kejar, dirinya memandang ke arah foto pernikahan sang ibu bersama ayahnya yang terpajang di dinding besar.

Terlihat mesra dan cantik sekali, membuat Luca semakin merindukan mereka berdua.

Hingga saat ini, Luca dan adik adiknya sering membagi waktu untuk sekedar kembali tinggal bersama di rumah ibunya itu, untuk menghilangkan bosan dan juga rindu kepada almarhum dan almarhumah orang tuanya.


































END—







































— segala sesuatu yang diciptakan oleh Tuhan akan kembali kepada tuhan

KelidanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang