■40■

27 1 0
                                        

Setelah selesai makan malam, Lethian melihat Malvin yang sedang cemberut di pojok kamar.

"Ada apa ini? Iri lagi ya??? " Goda lethian yang sedang menggunakan produk perawatan wajahnya.

"Sudah sudah, kemari" Lethian menghampiri Malvin dan memberikan ciuman manis di bibir suaminya itu, ia tahu bahwa waktunya terbagi banyak karena anak anaknya, dan jarang memperhatikan bayi besarnya itu.

Hari demi hari selalu Lethian lalui dengan tawa yang indah, dirinya senang bukan main saat anak anaknya telah menjadi orang orang sukses dengan bisnis mereka masing masing.

Apalagi saat si kembar tiga membawa calon istri mereka bertemu dengan Lethian.

Lethian tentu menyambut mereka dengan baik, semua menantunya juga senang karena mendapatkan sosok mertua baik seperti Lethian.

Mata Lethian kian berlinang air, kala melihat anak anaknya satu persatu pergi untuk menikahi wanita yang mereka cintai dan sayangi, walaupun seumur hidup anak anaknya adalah miliknya, namun semuanya akan berakhir kala mereka memiliki sosok gadis yang mereka cintai.

Usia Lethian kian merentang, ia sudah sering kali sakit sakitan semenjak usianya menginjak 40 tahunan, dirinya sudah tak kuat berdiri lagi, apalagi semenjak kehilangan Malvin seumur hidupnya.

Tangan keriput Lethian mengusap usap foto pernikahannya bersama Malvin yang terlihat sudah usang dan berdebu, hidupnya kian sepi saat kehilangan satu persatu orang orang yang menjaganya.

Bibirnya tersenyum manis sambil memeluk foto pernikahannya itu, duduk di bangku taman ditemani dengan para pelayan yang senantiasa memperhatikan pergerakan nyonya rumah tersebut.

Kian lama, tubuh Lethian tak bisa dirasakannya kembali, matanya lama kelamaan terpejam seiring angin berhembus mengenai rambutnya, satu demi satu dedaunan berguguran ke arah Lethian, seekor kupu kupu mendarat di atas kepalanya.

Nafasnya terhenti dengan ekspresi wajah yang sedang tersenyum.

Semua pelayan turut berduka saat kehilangan sosok nyonya yang selalu menyayangi mereka dengan baik.

Tak ada yang bisa menahan tangisnya kala jasad sang nyonya di bawa ke TPU, di letakkan sama persis di samping makam almarhumah ibunya dahulu.

Semua orang berduka, apalagi anak anak nya yang tak terima bahwa sang ibu telah berpulang kepada tuhan.

Mereka sering kali berkunjung ke makam sang ibu, sekedar menyapa dan memberikan sebuah senyuman manis dan bercerita tentang kehidupan mereka yang sudah mandiri.

Semua pelayan langsung mengundurkan diri kala mereka kehilangan sosok yang sudah lama mereka layani.

Mengingat bagaimana sang nyonya memperlakukan mereka seperti anak sendiri.

"Ayo!! Anak anak! Hari ini kita makan makan!" Ajakan dari Lethian kepada semua pelayan yang sudah membantunya membersihkan rumah seharian ini.

"Ayo! Akan aku belikan kalian semua es krim"

"Kemari!!! "

"Shut, kita makan diam diam saja"

"Ahahaha, seharusnya tidak begitu memegang plastik krim nya"

Suasana di dalam rumah terus terasa seperti ada sang nyonya disana, membuat mereka tak dapat mengikhlaskan kepergian Lethian untuk selamanya.

Hingga kini, rumah tersebut kosong melompong, hanya beberapa orang yang di sewa oleh Luca yang datang untuk membersihkan rumah tempat ibunya dan ayahnya tinggal dulu.

"Bu, sekarang, anda sudah memiliki cucu" Ujar Luca yang membawa anaknya serta istrinya ke makam sang ibu.

"Benar, dia perempuan, bulu matanya lentik, sama seperti ibu" Menantunya itu juga menambahkan kesan baik disana, dirinya juga membantu Luca untuk menghibur diri.

Sebuah terpaan angin mengenai Luca, perlahan namun terdengar jelas, "Terima kasih" Suara sang ibu melewati telinganya begitu saja.

KelidanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang