Tubuhnya menegang kala ia terkejut dengan benda besar yang menerobos masuk.
"Ma—lvin... " Lirih Lethian yang kaget.
"Tenang dulu, sebentar lagi akan nyaman" Malvin menghentikan pergerakannya, membiarkan sang hawa membiasakan tubuhnya.
"Sa—kit"
Tangis tak berhenti begitu saja, rasa perih dan kaget tetap dirasakan oleh sang hawa.
Bagaimana tidak kaget jika tiba tiba ada benda asing yang menerobos masuk ke dalam tubuhnya?!
Malvin mencium dengan lembut bibir ranum sang gadis dengan upaya membuat sang hawa merasa sedikit tenang.
Sedikit demi sedikit, Malvin mulai menggerakkan pinggulnya, menghentakkan miliknya ke dalam tubuh sang hawa secara perlahan.
"Ha—hangh" Tangis dan juga desahan tak terhentikan saat itu juga.
Sang hawa kehabisan nafasnya, benda yang begitu mengganjal pada tubuhnya membuatnya kesulitan mengambil nafas.
Malvin memeluknya erat, tanpa mengeluarkan miliknya dari tubuh sang hawa, membiarkan sang hawa semakin terbiasa dengan benda miliknya itu.
Malvin mengubah posisi mereka berdua, dalam posisi duduk.
Membuat benda miliknya semakin menusuk jauh ke dalam tubuh sang hawa.
"Malvinh" Lirih sang hawa dengan mata sembab dan suara yang hampir habis.
Perlahan, ia menggerakkan tubuh sang hawa demi melanjutkan keadaan klimaks pada tubuhnya, membuat sang hawa semakin kesulitan dan merasakan sakit.
Suara kulit yang saling bertabrakan begitu menggema di dalam kamar, apalagi beberapa pembantu yang sudah malu karena tak sengaja mendengar suara tersebut.
Hingga akhirnya, sudah ke 6 kalinya sang adam melepaskan cairan tubuhnya, membiarkan sang hawa beristirahat setelah lelahnya melakukan olahraga di pagi hari.
Malvin berjalan keluar kamar menggunakan celana pendek dan juga kaos hitam yang sudah biasa Lethian siapkan setiap pagi.
Melihat ayah dan ibunya yang sedang sibuk menonton adegan pembunuhan di anime tersebut.
"Kalian ga bosen liat anime? Udah tua loh, inget umur" Sindir malvin kepada ayah dan ibunya.
"Eh, kecebong! Lo juga tuh ya, ga bosen nyiksa anak orang?" Sindir Wendy kepada anak semata wayangnya itu.
Mengingat betapa kasarnya perlakuan Malvin yang sedari tadi terdengar hingga ke luar kamar.
"Lain kali, pasang pengendap suara, biar Lethian ga malu kalau ada orang yang denger dia desah" Ujar Kaifan sambil memakan camilan yang ternyata ada di laci meja.
"Suka suka Malvin lah" Ujar Malvin dengan sombong.
"Oh iya, ibu lihat lihat. Lethian kayaknya udah berisi, emang iya? " Tanya Wendy dengan penasaran.
Malvin yang sedang duduk dan meminum soda di samping ayahnya itupun mengangguk, "iya, emang udah ada isinya" Celetuknya dengan santai.
"Buset, topcer bet lu, bong" Wendy dengan senyuman menghadap ke arah anaknya itu.
"Apaan? Bong bong, ganti gak panggilannya" Teriak Malvin kesal.
"Gimana keadaan Lethian sekarang? " Tanya Kaifan sambil terus fokus memakan camilan yang seharusnya di makan oleh Lethian selama ini.
"Tidur"
"Tidur lah, habis di gempur noh" Sahut Wendy dengan tawa yang puas.
Sedangkan yang sedari tadi di panggil panggil namanya, tengah menikmati tidur nyenyak nya.
Tidur? Lebih ke, pingsan.
Semua orang menghabiskan waktu di saat itu juga, bagaikan keluarga harmonis yang sedang berkumpul.
"Tuan, nona sudah bangun" Sang bibi berjalan ke arah Malvin, memberi tahu bahwa Lethian kini sudah bangun dari tidurnya.
"Lihat dulu kondisinya, vin." Ujar Kaifan kepada Malvin.
Bagaimanapun, Kaifan tidak ingin di cap sebagai orang tua yang gagal mendidik anak laki lakinya.
![](https://img.wattpad.com/cover/375692417-288-k434453.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kelidan
Storie d'amoreSebuah pertemuan tak disengaja di masa kecil, yang bermula dari rasa kasihan dan iba nya Lethian kecil kepada Malvin remaja yang tampak penuh dengan luka. Bermula dari sebuah pemberian permen dan juga plaster luka yang berakhir membuahkan bulir bul...