"Apa kamu sudah tidak sabar? " Malvin kini memojokkan Lethian pada dinding.
"Tuhan, bukan seperti ini yang aku mau... " Teriakan batin Lethian dapat terdengar dengan jelas saat ini.
"Tunggu! Dengar dulu penjelasanku! "
Belum sempat menjelaskan, Malvin menghirup udara di sekitar leher Lethian, membuat sang hawa merasa geli dan mengeluarkan suara erangan.
"Hngh~"
"Lihat? Bukankah kamu menyukainya? " Lethian tersenyum tipis, apakah semua perempuan memang kadang memiliki dua sisi seperti ini?.
"Tunggu malvinhh~" Suara Lethian merendah kala di akhir kalimatnya, saat Malvin benar-benar berada di bahunya.
"Malvin! Malvin! Dengarkan aku dulu!!! " Lethian sontak berteriak, kala jari jemari Malvin kini berhasil masuk ke dalam pakaiannya.
Suara teriakan tersebut begitu keras hingga terdengar sampai ke luar kamar, bahkan menggema di ruang tengah.
"Apa anak muda memang begitu bersemangat?" Celetuk Wendy yang sudah ada di ruang tamu bersama suaminya, sedang menonton anime yang tadi.
"Biarkan saja mereka, kita lanjut menonton anime saja" Bukannya memikirkan nasib akhir dari sang menantu, justru Kaifan selalu ayah Malvin malah membiarkan anaknya.
⋇⋆✦⋆⋇
Tangan Malvin menekan dengan keras pada bagian perut Lethian, membuat sang hawa meronta kesakitan.
"Malvin... Sakit" Lirihnya saat tekanan tersebut semakin keras.
Yang tadinya tekanan, berubah menjadi sebuah elusan manis, di tambah dengan kecupan kecupan kecil dari bibir sang adam.
"Hnghh~" Suara desahan tak terhentikan, kala Lethian merasakan geli karena nafas Malvin yang bertabrakan dengan kulitnya secara langsung.
Kini, sang hawa berada dalam kukungan sang adam di kasur.
Setengah dari tubuh sang hawa telah terbuka, memperlihatkan bagian perutnya yang datar, putih, nan mulus.
Air mata turun membasahi sebagian wajah, keluar melalui sela pada matanya.
Sedangkan sang adam mengusap satu demi satu tetesan tersebut, seolah-olah memberi tahu pada sang hawa bahwa hal tersebut tak begitu menakutkan.
"Tenang, tidak akan sakit" Bujuk Malvin.
"Benar? Tapi, terakhir kali aku tidak bisa berjalan"
"Kali ini, aku akan melakukannya perlahan"
"Benar?"
"Tentu"
"Janji ya? "
Walau ada sedikit perasaan curiga, sang hawa akhirnya memasrahkan semuanya pada sang adam, memberikan segenap jiwa dan raganya untuk digunakan oleh sang adam.
Malvin mencium dengan lembut bibir ranum Lethian.
Kedua lidah saling beradu satu sama lain, tak mengecualikan gigi gigi yang di absen satu persatu.
Benang saliva terputus kala mereka menghentikan ciuman panas tersebut.
Sang adam memilih untuk turun, beralih pada leher dan tulang selangka sang hawa yang terlihat begitu indah nan berseri.
Memberikan satu demi satu tanda akan kepemilikannya kepada sang hawa.
"Angh~" Satu demi satu desahan nikmat terdengar dari mulut sang hawa.
Membuahkan senyum kemenangan di wajah sang adam.
Malvin membuka kemeja yang ia kenakan, memperlihatkan betapa keren dan tampannya otot perutnya yang begitu berbentuk.
Salah satu kaki sang hawa di angkat, kini berada pada bahu sang adam.
Sedangkan sang hawa memilih untuk membenamkan wajahnya dengan bantal, menahan suara desahannya yang terasa tak dapat ia tahan itu.
Tubuhnya kian gemetaran, merasakan bahwa ada sesuatu yang sedang menunggu untuk menerobos masuk ke dalam tubuhnya saat ini.
Satu hentakan.
Jari jemari Lethian yang tadinya menggenggam erat bantal kini melemah.
Tangisnya tak dapat ia tentukan saat itu juga, rasanya sakit bukan main.
"Ma—malvinhh" Rintih Lethian yang langsung menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kelidan
عاطفيةSebuah pertemuan tak disengaja di masa kecil, yang bermula dari rasa kasihan dan iba nya Lethian kecil kepada Malvin remaja yang tampak penuh dengan luka. Bermula dari sebuah pemberian permen dan juga plaster luka yang berakhir membuahkan bulir bul...
