Dua bulan sebelum kelulusan, semua orang sudah panik. Kami berkumpul di rumah Belinda. Tepatnya di halaman rumahnya dengan karpet yang dibentang dan banyak buku pelajaran. Semua orang membaca, bergumam. Orang yang paling serius adalah Arsen dan Belinda.
Julian membiarkan buku di dadanya. Dia tiduran sambil mengunyah anggur. Mirip seperti lukisan aneh zaman dulu.
Aku di sebelah Belinda dengan buku catatan usang yang sudah kugunakan sejak kelas satu SMP. Di buku inilah seluruh rangkuman matematika dihimpun. Aku menatapnya lamat-lamat, berharap bisa menghapal rumus-rumus dengan cepat.
Juwanda sudah menyerah. Dia membaca rangkuman IPA hanya sampai salam pembuka, tabel dan daftar isi. Cakra tidur di sampingnya.
Belinda mengusak rambutnya kasar, lalu melenguh keras.
Julian melirik Belinda, mengejeknya. "Jangan melenguh seperti sapi."
"Dasar anj—" Arsen segera menutup mulut Belinda.
Akhirnya aku tahu apa yang membuat Arsen berbohong tentang pacar jadi-jadiannya itu. Arsen mendatangi rumahku keesokan harinya. Sendirian. Dia mengajakku makan di sebuah warung dan menceritakan apa yang sebenarnya terjadi.
Singkatnya, Arsen menyukai Belinda. Itulah sebabnya dia selalu ada di dekat Belinda, mengurusinya. Sayangnya, sejauh ini, Belinda masih belum sadar. Arsen juga melarang Belinda pacaran dengan alasan yang sama. Sayangnya, Belinda malah pacaran dengan laki-laki tidak jelas semacam Kevin. Untuk menangani dirinya sendiri agar tidak terlihat menyedihkan, Arsen pun melakukan hal konyol itu.
Ternyata benar. Sepintar apa pun seseorang, bakal jadi bodoh saat dia jatuh cinta.
Arsen akan meminta temannya lewat chat untuk menghubunginya dalam beberapa waktu. Di saat itulah Arsen akan mengangkat telepon, berpura-pura berbicara dengan pacarnya. Padahal di seberang telepon, teman Arsen justru memakinya.
Arsen memakan mi ayam di hadapannya dengan lahap waktu itu. Dia menatapku yang menyeruput es asam. Kami duduk di kedai mi murah di dekat rumahku. Aku mendengarkan penjelasan Arsen dengan saksama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tomorrow Never Comes
JugendliteraturBerkat tembok bolong di samping rumahnya, Diah Safitri Armin menemukan lima sahabat baru. Sahabat-sahabat yang selalu ada untuk bikin kehebohan dan membuatnya jatuh cinta. Setidaknya, begitulah hingga delapan tahun kemudian. Sesuatu terjadi pada mer...