Manda dan Kejujuran

7 2 0
                                    

Aku menemukan Manda di depan rumahku. Hampir pukul 5.30 sore. Motor Ayah berhenti di depan teras rumah. Pagar terbuka lebar. Aku turun dari jok motor dengan sepasang mata yang mengantuk. Angin sore menerpa wajahku selagi aku duduk di boncengan motor Ayah.

Ayah menyenggol beberapa kali, menyuruhku turun. "Teman kamu datang tuh."

            Rasa kantuk yang menyerang seluruh indra di tubuhku langsung pergi begitu aku melihat Manda

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rasa kantuk yang menyerang seluruh indra di tubuhku langsung pergi begitu aku melihat Manda. Dia duduk di teras, masih memakai seragam SMP yang kusut setelah dipakai seharian.

Ayah meninggalkan kami, masuk duluan ke dalam rumah. Aku mendekati Manda, menyapanya dengan suara pelan. "Apa sesuatu terjadi?"

Manda diam, tapi kemudian dia mengangguk.

"Mau bicara?"

Dia mengangguk lagi. "Ya," katanya. "Tapi tidak di sini."

"Di mana?"

Aku mengikuti Manda melewati pintu besi, masuk ke area perumahan yang sepi. Dari belakang rumah Julian, kami keluar dan melewati beberapa rumah lagi. Jalanan terasa panjang berangin dan hangat. Sinar matahari sore membuat bayang-bayang panjang yang indah. Langit mulai berwarna kemerahan.

            Dua minggu yang lalu aku bermain ayunan di taman kompleks perumahan bersama Julian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dua minggu yang lalu aku bermain ayunan di taman kompleks perumahan bersama Julian. Suasananya lebih cerah dan seru dibandingkan ini. Aku duduk di ayunan yang sama, tidak menggerakkan tali ayunan sedikit pun. Manda ada di sebelahku.

Setiap kali bersama Manda, aku sadar kalau usiaku jauh dari tujuh belas tahun. Manda juga tidak menyembunyikan kedewasaannya.

Aku berdeham. "Apa sekarang kau sudah berbicara dengan Belinda?" tanyaku pelan, agak ragu karena menyinggung ranah keluarga.

Manda tidak keberatan menjawabnya. Dia tenang. "Belum," jawabnya. "Aku masih belum bisa bicara padanya. Mungkin nanti."

Tidak ada baiknya untukku bertanya lebih lanjut. Manda masih belum bicara pada siapa pun yang meninggal di tahun 2017. Dia bahkan tidak memedulikan Juwanda lagi. Tidak meliriknya sedikit pun saat Juwanda ada di sekitarnya.

Tomorrow Never ComesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang