Rumor Jahat

10 2 0
                                    

Juwanda tidak pernah punya pacar lagi sejak kelas 3 SMP. Tepatnya sekitar empat bulan sebelum kelulusan. Pacar terakhirnya adalah pacar ketiga belas. Bayangkan. Dalam satu setengah tahun, Juwanda punya tiga belas mantan pacar. Dia ditembak tiga belas kali dan diputuskan tiga belas kali pula.

            Setelah putus dari mantannya yang ketiga belas, Juwanda menolak orang-orang yang mengajaknya berpacaran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah putus dari mantannya yang ketiga belas, Juwanda menolak orang-orang yang mengajaknya berpacaran. Awalnya aku kira Juwanda sangat menyukai mantan terakhirnya dan butuh waktu yang lama untuk move on, tapi ternyata bukan itu alasannya. Sebuah rumor tersebar di sekolah kalau Juwanda adalah pacar bergilir.

Ya. Mirip seperti piala bergilir, tapi Juwanda adalah pacar. Pacar setiap orang untuk siapa saja yang mau berpacaran dengannya.

Aku ingat bagaimana Belinda mengatakannya. Dia bercerita padaku dengan mata yang sendu. "Aku dengar mereka bicara soal Juwanda di kamar mandi. Jahat. Mereka kayak ... menjadikan Juwanda boneka yang mereka bawa ke mana-mana untuk ditertawakan."

"Apa Juwanda tahu?"

"Awalnya dia tidak tahu, tapi pada akhirnya dia tahu." Belinda menyeka wajahnya. "Ada orang-orang yang sengaja bilang kalau dia suka pada Juwanda, lalu memutuskannya. Lalu setelah putus, temannya akan menembak Juwanda. Seperti itu."

"Tapi, kenapa mereka melakukannya?"

Belinda menarik napas. "Cuma untuk bersenang-senang."

"Kenapa Juwanda tidak menolaknya?"

Belinda diam. Sulit mengatakan yang sebenarnya. Rumor tentang Juwanda sebagai anak tanpa ibu yang kekurangan kasih sayang. Orang-orang bilang kalau mereka suka pada Juwanda hanya untuk melihat Juwanda bersikap manis pada mereka. Setelah mereka bosan, mereka akan mencampakkan Juwanda. Begitu saja.

Juwanda sendiri pun sebenarnya termasuk orang yang sulit dipahami. Dia tidak ingin menolak orang lain dan cepat merasa kasihan. Dia takut menyakiti orang lain dengan menolak permintaan mereka. Hasilnya, semua orang yang menembak Juwanda akan diterima olehnya. Dia juga terima-terima saja saat diputuskan oleh pacar-pacarnya. Pada akhirnya pun, Juwanda sendiri yang menerima rumor tidak mengenakkan itu.

Sepulang sekolah, kami berlima bersembunyi di balik tembok. Menguping. Belinda memegang tanganku erat. Arsen di belakangnya memasang wajah serius. Kami diam, mendengarkan pernyataan cinta yang aneh.

"Aku menyukaimu dan aku ingin kau jadi pacarku."

Lelucon Julian soal pacaran saja terdengar lebih sopan daripada kalimat itu. Bagaimana bisa seseorang meminta orang lain menjadi pacarnya dengan kalimat yang arogan begitu? Rasanya tak masuk akal.

Julian ada di depan kami, melihat dari arah lain. Wajah kesalnya tampak jelas.

Setengah menit. Tidak ada jawaban dari Juwanda. Cuma hening di taman belakang sekolah yang kosong—kecuali Juwanda, perempuan itu dan kami yang sedang menguping.

Tomorrow Never ComesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang