Hampir Akhir Tahun

13 2 1
                                    

Akhir pekan sepi. Tidak ada siapa pun yang muncul dan pintu besi ditutup rapat-rapat. Aku menghabiskan waktu seharian membahas rangkuman, menanamkan prinsip distribusi daya hantar listrik dari buku fisika ke kepalaku. Di pesan Whatsapp, ada beberapa foto yang dikirim oleh Julian. Isinya cuma memamerkan apa yang terjadi di Eropa di akhir tahun; salju pertama, Julian dengan syal cokelat, jalanan yang licin dan pesan-pesan singkat soal apa yang terjadi di sana.

 Isinya cuma memamerkan apa yang terjadi di Eropa di akhir tahun; salju pertama, Julian dengan syal cokelat, jalanan yang licin dan pesan-pesan singkat soal apa yang terjadi di sana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semester ganjil baru saja selesai. Aku berhasil maju dua langkah. Ranking 40 berubah menjadi ranking 38 seangkatan. Juwanda banyak membantuku dalam mengumpulkan rangkuman.

Libur semester ganjil cukup lama karena bersamaan dengan libur akhir tahun. Semua orang sibuk dengan caranya masing-masing. Aku tidak punya rencana khusus. Hanya ingin mempersiapkan semester genap dengan lebih serius. Menurut kabarnya, sudah ada bimbingan karir di semester genap nanti.

Aku belum memutuskan apa yang ingin kulakukan.

Sepanjang siang di hari Senin, rumahku sepi. Kedua orang tuaku berada di pabrik dan Abang pergi entah ke mana. Aku berada di rumah, sendirian. Suara ketukan di pintu kayu rumahku terdengar beruntun. Aku mengintip dari jendela.

 Aku mengintip dari jendela

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Belinda datang.

Dia muncul dengan pakaian santai, tapi dengan satu keranjang buah. Dia menunggu dengan sabar ketika aku buru-buru mencari kunci rumah yang diletakkan di antara benda-benda lain di dalam laci. Aku membuka pintu, berhadapan dengan Belinda. Dia tersenyum. "H-hai," katanya. Entah kenapa dia tampak gugup. "Boleh aku masuk?"

Aku mempersilakan.

Senin. Hari pertama di minggu liburan. Aku tidak menyangka Belinda akan datang. Aku segera membuat minuman, menyuguhkannya pada Belinda. Kami tidak duduk di ruang tamu, melainkan langsung berada di kamarku. Belinda duduk di sisi kasur, melihat buku yang terbuka di meja belajarku.

Dia berdeham. "Kau rajin belajar, Diah," katanya.

"Ya, begitulah," jawabku. Rasanya aneh karena tiba-tiba saja Belinda menyebutkan hal itu. Kami sering belajar bersama. "Aku mau mempersiapkan semester genap. Setidaknya, rangkuman pelajarannya dulu."

Tomorrow Never ComesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang