Tahun 2017 adalah tahun yang paling aku ingat. Satu tahun terakhir di mana aku bersama teman-temanku. Meskipun begitu, tidak banyak yang terjadi di tahun itu.
Ulang tahun Julian. Kue berwarna ungu.
Julian mulai belajar mengendarai mobil.
Hubungan Arsen dan Belinda yang mulai canggung.
Beberapa kali menguping orang yang menyukai teman-temanku.
Hanya itu. Tidak banyak yang terjadi.
Hujan sejak pagi ternyata awet juga. Bahkan hingga sore, hujan masih turun rintik-rintik. Lapangan basah. Tanah dengan rumput hijau jadi becek. Aku duduk di gazebo, bersandar di dinding kayu sambil mencoret-coret buku.
"Diah!" panggil Belinda. Dia ada di teras kelas paling dekat dengan gazebo. Tangannya melambai-lambai heboh. Mungkin dia sudah mencariku ke mana-mana.
Julian melepaskan tas, berlari dengan tas di atas kepalanya. Baju seragam SMA yang kusut dibuka lebar. Entah ke mana rompi SMA-nya. Penampilan Julian urakan. Dia berlari menerobos hujan sampai di gazebo. Sepatunya terkena lumpur.
Dia tersenyum lebar. "Kami kira kau sudah pulang," kata Julian. "Belinda bersikap seolah anaknya sudah hilang."
"Aku di sini," jawabku pelan, memasukkan buku ke dalam tas.
Di seberang, Belinda sudah bersiap-siap. Dia mengambil ancang-ancang untuk lari. Arsen menahannya. Laki-laki itu melepaskan tas dan rompinya, lalu melepaskan kemeja SMA miliknya. Kemeja itu jelas tidak mengurangi apa pun. Cuma berkibar sedikit diterpa angin. Arsen dan Belinda berlari bersisian menuju ke arahku. Juwanda memakai tas sebagai payung. Cakra menguap, jalan di bawah rintik hujan seolah hari sedang cerah.
Belinda memasang wajah kusut. Dia mengamuk. "Kenapa di sini? Kalau kena hujan bisa sakit! Lagi pula, ini hari pertama kau masuk sekolah lagi, Diah!"
Aku berdeham, melirik payung dengan gagang lipat yang kuletakkan di ujung gazebo. "Aku pakai payung. Ibuku selalu membawakannya di tasku."
"Oh." Belinda diam, terkesiap, lalu dia mengomel lagi. "Tapi kalau kau di sini, nanti kau bisa masuk angin, Diah!"
Aku tidak ingat ada cuaca seburuk ini di bulan Juni 2017. Hujan seharian dengan petir dan angin. Juni adalah bulan kering. Musim kemarau. Rasanya pada tahun ini, tidak ada cuaca seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tomorrow Never Comes
Teen FictionBerkat tembok bolong di samping rumahnya, Diah Safitri Armin menemukan lima sahabat baru. Sahabat-sahabat yang selalu ada untuk bikin kehebohan dan membuatnya jatuh cinta. Setidaknya, begitulah hingga delapan tahun kemudian. Sesuatu terjadi pada mer...