"Menikahlah sama Ridho" kata Papa
"Boleh?"
"Boleh. Tapi tolong, pulanglah ke rumah lagi. Ajak Mama juga"
"Aku gak janji bisa ngajak Mama. Kemarin aku sempat minta Mama pulang tapi Mama sendiri yang bilang gak mau"
"Kalo kamu pulang. Mama pasti juga pulang. Papa yakin"
"Papa mau melimpahkan tugas itu sama aku?"
"Tugas?"
"Tugas membujuk Mama pulang" kata Shabrina "Sekali-kali usahalah, Pa. Jangan maunya dingertiin aja. Aku mau pulang. Tapi aku gak ngajak Mama. Mama mau pulang atau enggak itu Mama sendiri yang tentukan. Atau Papa yang harus bergerak sendiri untuk membuat Mama pulang. Aku gakmau terlibat dalam urusan Papa dan Mama. Lagian udah pada gede kenapa gak dewasa sih? Lucu kan rasanya denger kalimat kaya gitu dari aku?" kata Shabrina lagiPapa diam saja tapi kemudian mengangguk. Kali ini, Papa harus memperjuangkan kepulangan Mama ke rumah
"Kenapa tiba-tiba berubah pikiran dan membolehkan aku untuk menikah?" Shabrina mencoba bertanya
"Karena pasanganmu itu Ridho" jawab PapaDi satu sisi Shabrina bahagia karena akhirnya impiannya bisa menikah dengan Ridho sebentar lagi terwujud. Tapi Shabrina juga merasakan rasa sakit. Papa mengizinkan Shabrina menikah karena Ridho. Bukan karena Shabrina. Bukan karena Papa merasa Shabrina sudah mampu dan sanggup mengemban tugas menjadi seorang istri. Papa juga datang bukan untuk meminta maaf atas apa yang sudah beliau lakukan selama ini, tapi justru sibuk meminta Shabrina mengajak Mama pulang. Shabrina menyadari bahwa dirinya masih belum menjadi pemeran penting di hidup Papa
"Trus temen Papa itu gimana?" Tanya Shabrina
"Itu biar jadi urusan Papa"
"Yakin? Bukannya temen akrab banget?"
"Gapapa. Mas Ridho juga bukan orang yang sembarangan. Bisa dibilang mas Ridho sangat mampu mengimbangi keluarga kita"Shabrina mengangguk-angguk saja mendengar penuturan Papa. Terserah apa kata Papa. Shabrina sedang malas berdebat
"Mas Ridho sudah istirahat?" Tanya Papa
"Kenapa?"
"Mau ketemu sebentar kalo mas Ridho gak sibuk"Shabrina membuka HP dan segera mengirim pesan pada Ridho
Rizky Ridho Ramadhani
Udah tidur?
Belum. Gimana? Udah di kamar sekarang?
Shabrina memilih untuk memencet tombol telepon
"Assalamualaikum" jawab Ridho
"Waalaikumussalam. Mau tidur?"
"Belum. Mau ditemenin cerita?"
"Papa mau ngobrol. Ini masih di lobby" kata Shabrina
"Oke aku kesana sekarang" Jawab RidhoTelepon ditutup. 5 menit kemudian Ridho sudah berjalan ke arah Shabrina dan Papa. Ridho menghampiri Papa lebih dulu untuk salim
"Maaf ya mas ganggu waktunya" kata Papa pada Ridho
"Gapapa om. Kebetulan saya juga lagi gak ngapa-ngapain"
"Sini duduk" kata PapaRidho menurut dan kemudian duduk di samping Papa sesuai permintaan
"Sehat om?"
"Alhamdulillah sehat. Mas Ridho gimana?" Tanya Papa sambil menepuk-nepuk punggung Ridho, terlihat tatapan mata Papa pada Ridho yang sangat bangga
"Alhamdulillah saya juga sehat om"
"Gimana mas, masih mau serius sama Shabrina kan?" tanya PapaRidho kaget dengan pertanyaan yang dilontarkan Papa. Kenapa tiba-tiba jadi seperti ini pertanyaannya? Apa yang baru saja terjadi diantara Papa dan Shabrina? Ridho kaget, tapi selebihnya rasa bahagia menyelimuti hatinya
"Masih ada niat untuk menikahi Shabrina kan mas?" tanya Papa sekali lagi
"InsyaAllah masih om. Kalau om mengizinkan"
"Kalau gitu besok ajak Mama sama Papanya mas Ridho ke rumah. Kita silaturahmi dulu. Saya pengen lebih kenal sama keluarga mas Ridho"
"Baik, om. Nanti diatur waktunya dulu"
"Kalo pas pulang ke Surabaya main-mainlah ke rumah mas"
"InsyaAllah ya om"
"Sukses terus kariernya di timnas sama di Persija. Semoga kariernya semakin cemerlang ya"
"Mohon doa restunya om" jawab Ridho
"Yaudah kalo gitu Papa balik dulu" kata Papa pada Shabrina dan Shabrina hanya mengangguk
"Langsung ke Surabaya sekarang om?" tanya Ridho
"Besok pagi mas, naik batik jam setengah 5. Soalnya ini tadi juga cuma tiba-tiba kepikiran mau kesini"
"Nginep dimana om?"
"Di deket bandara"
"Loh trus kesananya? Mau saya anterin aja om?"
"Eh gak perlu, Nanti ada temen yang mau jemput kesini kok. Mau ketemu sama beberapa temen dulu. Yaudah kalo gitu duluan ya. Sukses pertandingannya besok" kata Papa kemudian berlalu dari hadapan Ridho dan Shabrina
KAMU SEDANG MEMBACA
Monofonir (Rizky Ridho Ramadhani)
FanfikceMonofonir adalah transmisi yang pada titik tertentu akan menghasilkan bunyi tunggal. Shabrina Faradilla Atmodjo yang sudah melupakan masa lalunya limbung karena mendadak ingatan itu kembali, tanpa sengaja. Shabrina tidak pernah bisa melupakan monofo...