Chapter 91 : Papa

308 47 23
                                    

"Lagi sibuk gak?" kata Papa pada Shabrina
"Enggak" jawab Shabrina
"Kalo Papa mau ngomong sebentar apa kamu keberatan?"

Shabrina hanya mengangguk kemudian menarik kopernya dan duduk di sofa lobby. Papa duduk di sofa di depan Shabrina

"Sehat?" tanya Papa
"Seperti yang bisa dilihat" jawab Shabrina

Hening diantara keduanya. Papa juga bingung mau mulai darimana. Shabrina sendiri juga enggan memulai lebih dulu

"Kamu udah tahu kalo Mama pergi dari rumah?"
"Iya. Mas Rendy cerita" jawab Shabrina
"Kamu tahu Mama dimana?" tanya Papa
"Udah coba hubungin Mama belum?"

Papa diam saja. Shabrina menunggu jawaban dari Papa

"Kalo memang Papa butuh Mama kenapa gak nyoba hubungin Mama dulu daripada sibuk menebak-nebak dan nyari tahu Mama dimana?" Kata Shabrina
"Mama gak bales chat Papa, gak angkat telepon juga"
"Udah nyoba nyamperin Mama?" Tanya Shabrina dan Papa menggeleng "Kenapa gak nemuin langsung? Hanya karena gak angkat telepon sama gak bales chat trus udah gitu aja? Padahal satu rumah sakit. Tapi gak ada effort. Perasaan gedung bagian Anestesi itu deket deh sama bagian Kandungan"

Shabrina tersenyum getir. Kenapa jadi dia yang menasihati tentang percintaan Papa dan Mama?

"Sebenernya simpel sih. Perempuan tuh cuma pengen diperjuangkan aja. Kalo Papa effort pasti Mama juga luluh" kata Shabrina lagi "Masa kaya gitu harus dikasih tahu"

Papa diam saja. Tapi Papa menyetujui apa yang dibilang Shabrina

"Kamu gakmau pulang?" Tanya Papa tiba-tiba
"Enggak"
"Kenapa?"
"Kan udah diusir" jawab Shabrina lagi

Papa sudah kehabisan akal rasanya. Shabrina begitu jujur menjawab pertanyaan-pertanyaan Papa. Tidak ada basa-basi sama sekali

"Kamu jadi nikah gak?" Tanya Papa lagi
"Enggak. Percuma nikah kalo gak sama pacarku. Kalo pacarku disuruh nungguin juga kasihan. Soalnya pacarku gak mau kalo gak ada restu. Nungguin aku kan jadinya malah buang waktunya dia. Gak nikah juga gapapa sih. Kaya gini enak juga rasanya. Bebas" jawab Shabrina satir
"Kamu boleh nikah sama pacarmu" kata Papa yang membuat Shabrina kaget
"Tiba-tiba?"

FLASHBACK PAPA's POV

"Gimana?" tanya Papa begitu sampai di IGD
"Fraktur skapula sama luka terbuka di kaki dok, tadi sudah saya sampaikan ke spesialis orthopedi dan beliau bilang dahulukan yang lebih parah dulu"
"Apa yang lebih parah?"
"Liver injury dok. Untungnya gak ada cidera kepala" jawab Erika, residen obgyn
"Ya panggil dokter bedah aja kalo gitu" kata Papa kemudian berbalik badan
"Tapi pasien lagi hamil juga dok"

Papa yang awalnya berencana kembali ke ruangan berbalik mengecek pasien karena Erika bilang kalau pasien sedang hamil

"Udah USG?" tanya Papa sambil memeriksa pasien
"Sudah. Dari ukuran janin perkiraan usia kandungan 20 sampai 25 minggu. Solusio plasenta" jawab residennya lagi

Papa menuju ke komputer dan memeriksa hasil USG pasien. Dokter bedah datang ke IGD 7 menit kemudian. Terlihat lebih muda dari Papa

"Siapa yang mau mulai lebih dulu?" Tanya Papa
"Mana yang lebih parah, dok?"
"Udah USG abdomen dan lihat liver injurynya? Bisa ditangani sementara pakai injeksi atau harus segera operasi?"
"Harus segera operasi dok. Ada banyak pendarahan di perutnya"
"Butuh waktu berapa lama operasinya?"
"Minimal 1,5 jam dok"
"Terlalu lama. Pasien sedang hamil dan plasentanya lepas dari dinding rahim. Kalau gak segera dioperasi, taruhannya nyawa keduanya"
"Atau mau dokter yang mulai lebih dulu? Tapi saya minta residen saya ikut operasi sama dokter, untuk memantau kondisi pendarahan perutnya. Kalau pendarahan perutnya memburuk, mau tidak mau saya minta gantian duluan operasinya"
"Butuh waktu tunggu berapa lama? Satu jam cukup?" Tanya Papa
"Semoga bisa ya dok. Nanti kami pantau lagi kondisi lanjutannya"
"Boleh. Saya usahakan satu jam selesai. Syukur-syukur bisa lebih cepat. Wali pasien ada?" Tanya Papa pada siapapun yang ada di sana
"Tadi pasien dateng diantar ambulans dok. Untung saja ada dokter yang menemani di ambulans tadi. Kalo tadi waktu kesadarannya menurun gak ada dokter itu dan gak dibantu PCR, mungkin ceritanya akan lain" jawab dokter IGD yang berjaga
"Dokter yang ada di dalam ambulans itu dokter Shabrina, dok" kata Erika menambahkan
"Shabrina? Anak saya?" Papa kaget

Monofonir (Rizky Ridho Ramadhani)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang