Chapter 94 : Pernikahan

49 16 6
                                    

Shabrina sudah siap dengan dress polos berwarna nude yang sengaja ia siapkan untuk acara akad nikah Zela. Seragam yang dipesan Ibu akan menjadi seragam keluarga dalam acara resepsi. Shabrina sedang merapikan hijab yang sedang ia pakai ketika ada telepon masuk dari Ridho

"Assalamualaikum" jawab Shabrina
"Waalaikumussalam" jawab Ridho "Sudah siap? Aku udah di depan kamar kamu"
"Oke bentar, 5 menit lagi ya" jawab Shabrina sambil merapikan hijabnya

Setelah selesai, Shabrina keluar kamar dan Ridho sudah siap menunggu Shabrina di luar. Ridho tersenyum menatap betapa cantiknya calon istrinya ini. Ridho mengulurkan tangannya di depan Shabrina dan Shabrina menyambut uluran tangan Ridho. Mereka menuju ke lift dan naik ke ballroom. Mereka berdua masuk dan duduk disamping Althaf sedangkan Ayah berada di samping penghulu. Ibu berada di depan bersama Mama Nanda

"Dek kenapa?" tanya Ridho pada adiknya yang terlihat berkaca-kaca
"Adek sedih mas"
"Lho kok sedih? Harus seneng dong"
"Nanti kalo mbak Ela gak sama adek lagi gimana?"
"Gak bakalan. Kamu bakalan tetep jadi adek kesayangan mbak. Kamu bukan kehilangan mbak, tapi nambah kakak laki-laki"

Tidak berapa lama kemudian pintu ballroom dibuka. Zela dan Nanda masuk berdampingan. Mereka berdua duduk di depan penghulu dan Ayah. Ayah terlihat sudah menahan tangisnya. Semoga Ayah sanggup menikahkan anak perempuan satu-satunya didepan sana.

Saksi-saksi dari masing-masing pengantin diminta untuk menuju ke kursi. Ridho yang diminta menjadi saksi juga ikut duduk disana. Zela terlihat sangat tegang, beberapa kali menoleh ke arah Ridho dengan penuh khawatir. Ridhopun juga merasakan perasaan yang tidak bisa dia definisikan. Memori-memorinya bersama Zela tiba-tiba terlintas di kepalanya. Memori masa kecil saat mereka masih serba kekurangan sampai sekarang alhamdulillah mereka berdua bisa mengangkat derajat keluarga. Perjuangan yang tidak mudah. Penuh tangis dan air mata, tapi mereka berdua mampu

"Saudara Gustiawan Hernanda bin Bapak Gustiawan"
"Ya saya"
"Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau dengan anak perempuan saya yang bernama Nurzela Eka Juniarfa binti Suyoto dengan mas kawin logam mulia seberat 25 gram dan uang tunai 25.092.024 rupiah dibayar tunai"
"Saya terima nikah dan kawinnya Nurzela Eka Juniarfa binti bapak Suyoto untuk saya sendiri dengan mas kawin tersebut dibayar tunai"
"Saksi sah?" Tanya penghulu
"Sah" jawab Ridho dan saksi dari pihak mas Nanda bersamaan

Zela meneteskan air mata begitu kata sah diucapkan. Mata Ridho juga berkaca-kaca melihat tetesan air mata Zela. Setelah selesai urusan persuratan, Ridho kembali menuju ke arah Shabrina dan Althaf. Shabrina menyerahkan lipatan tissue pada Ridho

"Makasih" jawab Ridho

Shabrina tersenyum dan mengangguk. Sedari tadi Shabrina juga sibuk mengusap-usap pundak Althaf karena ada lumayan banyak bulir air mata tumpah dipipinya.

Ayah dan Ibu duduk di kursi pelaminan. Saatnya Zela dan Nanda melakukan tradisi sungkem kepada kedua orangtua. Ayah dan Ibu berlinang air mata sekarang. Mungkin akan sama rasanya ketika nanti Ridho dan Shabrina menjalankan prosesi yang sama

Sesi foto-foto dimulai. Ridho mengajak Shabrina berfoto bersama Zela dan Nanda. Ridho juga menyerahkan ponselnya ke salah satu tim WO untuk mengabadikan momen. Mereka berdua kemudian turun panggung. Setelah selesai berfoto, Ridho mengunggah foto mereka berempat tadi

 Setelah selesai berfoto, Ridho mengunggah foto mereka berempat tadi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 9 hours ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Monofonir (Rizky Ridho Ramadhani)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang