"Kita kembali berada dijalan yang sama, kali ini aku tidak akan mengambil jalan yang berbeda denganmu!"
•••
Dari kejauhan Zeyan masih diam mengamati perilaku Feiza yang terlihat normal. Tidak seperti sebelumnya.
Entah mengapa Zeyan selalu merasa ada sedikit perubahan dibinar mata Feiza, mata itu seakan menyimpan banyak beban dan rahasia.
Tetapi setelah melihat Feiza yang bermain dengan bahagia bersama Allean, semua pikiran nya tadi sempat dia ragukan.
Mungkin Feiza benar-benar ingin berniat membantu ayahnya dan kakek untuk memecahkan kasus? Dia masih menjadi gadis kecil yang suka bermain?
Kepala Zeyan di usap dari belakang, anak itu menoleh dan menemukan kakeknya yang sedang tersenyum menatap interaksi Feiza dan Allean.
"Anak itu sudah hidup menderita selama ini, tetapi hatinya masih seputih kaca."
Yang kakek maksud adalah Allean, benar Allean sudah sangat menderita sebelum masuk kedalam keluarga walikota.
"Senang rasanya melihat generasi muda saling menyayangi dan saling menjaga."
Zeyan masih diam mendengarkan ucapan sang kakek, "Zeyan, suatu saat kamu harus melindungi kaca itu."
"Dan lindungi Feiza seperti kamu melindungi dirimu sendiri, tidak ada yang tau seperti apa masa depan dan akan menjadi seperti apa kalian."
"Hanya waktu yang bisa menjawab, tapi kakek berharap kamu tetap akan menjadi Zeyan yang kakek kenal."
"Biarkan orang lain berubah sesuai kemauan mereka sendiri, biarkan dunia berubah dan biarkan masa berlalu, tetapi kamu jangan."
"Pertahankan dirimu yang sekarang."
"Kakek, apakah aku bisa menjadi seperti paman Gintar?" Tanya Zeyan.
Kakek tersenyum tipis, "Kamu pasti bisa menjadi apapun yang kamu mau."
"Allean masih kecil, dia belum mengerti bagaimana kerasnya dunia, dia selalu ingin membantu orang lain tapi tidak pernah mengurusi dirinya sendiri."
"Jelas anak itu sangat baik, namun sangat naif, di dunia ini mungkin hanya dia yang peduli dengan banyaknya manusia tanpa memikirkan dirinya sendiri."
Zeyan membenarkan ucapan kakek, sejak dia bertemu Allean dia juga beranggapan seperti itu. Dia sangat baik namun juga sangat naif.
Jelas-jelas Allean bukan tuhan yang bisa menyelamatkan seribu manusia sekaligus, tapi Allean masih berusaha membantu orang-orang walaupun dirinya sendiri menderita.
Lalu dia memandang Feiza, "Apa tanggapan kakek tentang Feiza?"
Kakek juga mengalihkan perhatian nya, sesaat senyum tipis muncul di matanya, "Dia pintar."
"Kakek tau semuanya?"
"Kakek tau, kamu tidak mungkin memikirkan semua masalah tentang pemberontakan itu, pasti dia yang melakukan semuanya."
"Terus kenapa kakek gak bilang ke paman Gintar?"
"Feiza mau menutupi kemampuannya dari Gintar, aku tidak berhak untuk memberitahukan ini kepada siapapun."
Zeyan terlahir didalam keluarga yang keras, ayahnya adalah seorang tentara sedangkan kakeknya orang kepercayaan komandan.
Sejak dulu walaupun dia pintar, Zeyan tidak ingin bersusah payah untuk memecahkan sebuah kasus.
Dia hanya tertarik bukan berarti ingin ikut, bagaimanapun sepintar-pintarnya dirinya dia hanya masih anak kecil yang belum cukup umur.
Otaknya tidak akan bisa menjangkau pikiran orang dewasa, tetapi Feiza berbeda. Dia tidak tertarik dengan urusan kemiliteran.
Tapi dia sangat pintar untuk memecahkan sesuatu, pikiran seluas lautan dan wawasannya tentang masalah ini luas.
"Dulu ketika Gintar masih muda, dia terlihat sama persis dengan Feiza sekarang."
"Mungkin Gintar sudah menyadari sejak awal jika Feiza yang membangunnya, bukan kamu."
Kakek dan cucu itu terdiam, keduanya sibuk menatap Feiza dan Allean yang bermain bola dilapangan ditemani beberapa prajurit yang tidak bertugas.
Ada kekaguman yang jelas dimata Zeyan terhadap Feiza hingga tanpa sadar bibirnya tercetak senyuman tipis dan hangat.
Selama ini Zeyan selalu serius dalam melakukan sesuatu, dia jarang bermain bersama Feiza maupun Allean.
Karena dia pikir dirinya sudah dewasa, tetapi ketika melihat Feiza sekarang sifat kekanak-kanakan nya tiba-tiba muncul.
Ada debaran aneh dihatinya, debaran yang tidak bisa Zeyan jelaskan dengan kata-kata dan tindakan.
Walaupun terasa aneh dia tetap menikmati debaran tersebut.
Saat ini Zeyan berumur 15 tahun, dia sudah berada dimasa pubertas. Wajar jika dia merasakan sedikit ketertarikan kepada lawan jenis.
"Setelah kasus ini selesai, kota C tidak akan mengalami kemalangan lagi, dan kita bisa hidup dengan damai."
Zeyan teringat dengan ucapan Feiza tadi pagi, gadis itu mempunyai ambisi yang besar untuk menyelesaikan kasus yang terjadi di kota C.
Kasus ini seperti obsesi tersendiri dihati Feiza.
"Kakek, apa yang membuat orang tiba-tiba ingin menyelesaikan sesuatu dengan terburu-buru?" Tanya Zeyan.
"Mungkin karena dia tidak ingin terlibat dalam lebih lama, atau dia ingin mengakhiri lebih dulu sebelum masalahnya menjadi lebih besar."
"Hati manusia tidak bisa kita mengerti, karena itulah ada pepatah 'Hanya kita sendiri yang mengerti diri sendiri."
Berarti Feiza ingin mengakhiri kasus di kota C karena tidak ingin terjadi sesuatu yang lebih besar. Tapi darimana dia tau jika akan terjadi sesuatu dimasa depan?
"Feiza, kali ini aku tidak bisa memahami tujuan kamu."
Biasanya dia akan dengan mudah mengerti apa yang ingin Feiza lakukan, dia adalah gadis yang jujur dan selalu berkata blak-blakan.
Perilakunya bisa dengan mudah dibaca, tapi sekarang Zeyan sulit untuk memahami apa tujuan Feiza yang sebenarnya.
Dia menghela nafas lalu berjalan menghampiri Feiza, "Aku jadi gawang!" Teriak Zeyan sambil mengambil bola yang tak jauh dari sana.
Feiza beserta Allean bersorak gembira, "Aku di tim Zeyan!" Teriak Feiza sambil menghampiri Zeyan.
Gadis itu berjalan kesamping tubuh Zeyan sambil tersenyum lebar.
"Zeyan, kita kembali berada dijalan yang sama, kali ini aku tidak akan mengambil jalan yang berbeda denganmu!" Ucapnya dalam hati.
Untuk sesaat Zeyan tenggelam didalam tatapan penuh arti milik Feiza. Ditatap seperti itu Zeyan merasakan kerinduan dan kepedihan yang mendalam dihatinya.
Entah mengapa Zeyan merasa jika Feiza juga merasakan hal yang sama.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
MY TIME TRAVEL [END]✓
FantasySEBELUM MEMBACA, DIMOHON UNTUK MEMFOLLOW AKUN AUTHOR ( ◜‿◝ )♡ Dosa terbesar yang Feiza lakukan adalah menggugurkan kandungan nya sendiri, membunuh anaknya yang bahkan belum sempat lahir kedunia. Suaminya membenci Feiza hingga menceraikan diri...