MTT 27

2.5K 162 0
                                    

Terjebak

•••

Rifan berjalan memasuki mobil, dia menatap Fanya yang berdiri disamping mobil sambil melambaikan tangan.

"Dua hari lagi aku pasti akan menjemputmu." Ucap Rifan.

Setelah dirinya membereskan masalah Zacky, dia akan membawa Fanya ke kota bersama nya.

Fanya mengangguk setuju, "Aku akan menunggu!"

Setelah mendapatkan persetujuan dari Fanya, tanpa sadar bibir Rifan membentuk senyuman tipis.

Dia mulai menjalankan mobilnya pergi dari sana dan berjalan menuju kota.

Mobil Rifan melaju kencang hingga hilang dari pandangan Fanya, Gadis itu berbalik pergi menuju rumahnya.

Dia ingin mengambil sebuah barang di rumah, karena setelah dia pergi ke kota nanti dirinya tidak akan pulang lagi ke desa ini.

Didalam rumah, Zacky maupun bibinya tidak ada dirumah, tidak seperti biasanya.

Fanya membuka lemari pakaian dan mengambil sebuah kotak kecil dari sana, benda ini adalah satu-satunya barang peninggalan ibunya.

Walaupun ibunya seorang wanita malam, tetap saja dia wanita yang telah melahirkan dirinya.

Setelah menutup pintu lemari Fanya berjalan menuju ruang tamu, disana banyak koran yang tertumpuk.

Karena sedikit penasaran Fanya mengambil sebuah kertas, dia terdiam beberapa detik sebelum akhirnya benar-benar pergi dari sana.

Perjalanan dari rumah menuju ladang membutuhkan waktu 8 menit, ketika sudah memasuki gudang tua Fanya meletakkan seluruh barangnya kedalam tas.

Untuk beberapa menit ia termenung sesaat, entah apa yang dipikirkannya. Hingga tiba-tiba Fanya mengendong tasnya dan membawanya pergi.

***

Jarum jam menunjukkan waktu 15.20, saat ini Rifan dan Zacky sedang berada didalam gubuk yang tak jauh dari kamp.

Zacky mengeluarkan senapan panjang miliknya dari dalam tas, dan memasukkan peluru kedalam senapan tersebut.

"Apa tujuan kita membunuh komandan?" Tanya Zacky.

Rifan menoleh, "Kamu tidak tau? Orang yang menyelidiki kasus mu lima tahun lalu itu komandan."

"Jika dia tidak mati, kamu tidak akan pernah bisa bangkit lagi."

Zacky menjepit rokok disela-sela jarinya, pria itu mencekal erat senapan ditangannya.

"Benar."

Jika saja komandan tidak ikut campur, dia tidak akan hidup miskin dan menderita di desa kecil itu.

Kilat kebencian terpancar jelas dari mata tajamnya, dia memandang Rifan, "Aku akan membunuhnya."

Rifan mengangguk sambil tersenyum, dia teringat akan ucapan Feiza beberapa hari lalu, "Semakin banyak kesalahan nya, semakin mudah kita untuk menang."

Yang harus dia lakukan adalah membuat Zacky melakukan lebih banyak kesalahan, tidak hanya ingin membunuh komandan, bila perlu dia harus berencana untuk membunuh orang lain yang bisa menghukumnya lebih berat lagi.

"Aku akan memancing komandan." Ucap Rifan.

Laki-laki tersebut keluar dari gubuk diikuti Zacky dari belakang, kebetulan didepan kamp terdapat sebuah mobil yang Rifan kenal.

Zacky menghentikan Rifan dengan cara mencekal tangannya, "Mengapa ada mobil presiden disini?" Tanyanya mulai panik.

"Karena dia disini, kita harus membunuhnya juga, dengan begitu kamu bisa menjadi presiden."

Mendengar hasutan dari Rifan, mata Zacky berbinar terang. Keserakahan dihatinya membuat dia kembali bersemangat untuk membunuh.

"Aku masuk lebih dulu, kamu tunggu di sini sampai aku memberi instruksi untuk ikut masuk." Ucap Rifan dan di setujui Zacky.

Mereka berdua berpisah di sana, Zacky memandang Rifan yang masuk kedalam kamp dengan cara menyamar sebagai prajurit militer.

"Memang bos bawah tanah." Ucapnya ketika melihat kelihaian Rifan.

Bahkan tentara bisa tertipu, seharusnya rencana mereka akan berjalan dengan lancar dan dia akan menjadi presiden.

Didalam kamp, Rifan disambut tatapan heran dari Kevan, "Kenapa kamu masuk kayak pencuri?" Tanya Kevan.

Rifan yang ketahuan berdehem gugup, dia membersihkan kerah bajunya lalu berjalan menuju ruangan komandan tanpa menjawab pertanyaan Kevan.

Didalam ruangan komandan, mereka berdua berdiskusi mengenai rencana untuk menjebak Zacky.

Setelah mengetahui rencana satu sama lain Rifan kembali berjalan pergi, dia berdiri di sudut dan meniupkan peluit pertanda agar Zacky segera bergerak.

Gintar berjalan menuju lapangan, dia menyuruh beberapa prajurit untuk bersembunyi dibeberapa sudut.

Agar tidak terlihat mencurigakan dia juga mengintruksikan kepada beberapa prajurit terlatih untuk menemaninya di lapangan.

Mereka akan bersikap seolah-olah mereka lagi berlatih dan tidak mengetahui tentang rencana yang Zacky dan Rifan buat.

20 menit menunggu, sebuah mobil militer masuk, beberapa prajurit keluar dari mobil setelah memarkirkan mobil tersebut di depan lapangan.

Rifan yang sedang menyamar sebagai salah satu prajurit menatap bagasi mobil ketika menyadari Zacky sedang bersembunyi disana.

Bibirnya menyunggingkan senyum miring, tanpa Zacky ketahui jika semua ini sudah mereka rencanakan.

Didalam bagasi, Zacky mengangkat kepalanya untuk mengamati situasi, disekitar mobil tidak ada satupun prajurit yang berjaga hingga membuat nya mudah untuk keluar.

Dia berjalan mengendap-endap menuju sekumpulan prajurit yang sedang berlatih melalui semak-semak yang tidak jauh dari sana.

Tak jauh dari lapangan ada presiden yang sedang duduk meminum kopi bersama seorang kakek tua.

Dan di lapangan ada komandan yang sedang melatih prajurit nya.

Situasi ini sangat menguntungkan nya, jika dia menembak komandan lalu presiden, seharusnya tidak akan ada masalah.

Dia meletakkan senapan nya diatas rumput dan mengarahkan kepada Gintar.

Jari-jari nya bersiap untuk menekan pelatuk, hingga suara peluru ditembakkan memekakkan telinga terdengar.

Semua orang terdiam menatap komandan yang berdiri ditempat sambil memegangi dadanya.

Senyum penuh kemenangan Zacky hilang setelah menyadari jika komandan tidak berdarah atau kesakitan.

Dia tersentak panik ketika beberapa prajurit mengepungnya dari segala sisi.

Yang lebih membuat nya terkejut adalah ketika Rifan membantu komandan mengambilkan handuk bersih untuk menyeka keringat.

"Lenio!" Teriak Zacky marah.

Dia telah di jebak?

Rifan berjalan mendekat, "Anda salah mengenali orang, saya bukan Lenio tetapi Rifan."

Rifan menodongkan pistol yang diberikan Feiza kehadapan Zacky dan menembak tepat di kaki pria itu.

Zacky berteriak kesakitan, ketika merasakan semburan hangat dan pedih dari kakinya.

"Anda berencana membunuh komandan, dan membahayakan nyawa presiden, sesuai hukum anda harus di hukum mati." Celetuk Rifan.

"Kamu yang menjebak ku! Mengapa aku harus dihukum mati?!" Teriak Zacky tak terima.

TBC

MY TIME TRAVEL [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang