Tidak melarang berpacaran bukan berarti bisa bertindak sembarangan.
•••
Satu tahun bukan waktu yang sebentar, tapi untuk apa Zeyan mengatakan itu kepadanya?
Apa yang harus dirinya tunggu? Menunggu Zeyan menyatakan perasaannya atau menunggu Zeyan kembali dan mereka akan berkumpul lagi?
Feiza tau jika mimpi itu bukan hanya sekedar mimpi, dia tau jika dirinya sudah terlahir kembali dan kembali ke 7 tahun sebelum kematiannya.
Dikehidupan ini sudah banyak yang berubah, ayahnya tidak meninggal, dan Allean tidak bertengkar dengan presiden yang menyebabkan dia pindah dari kediaman presiden.
Dan ada Gio yang hadir di antara mereka. Feiza hanya takut karena sudah banyak yang berubah dia takut perasaan Zeyan juga tidak sama dengan kehidupan sebelumnya.
Kemarin Zeyan dan Gio sudah kembali ke tempat mereka masing-masing, sedangkan Allean juga kembali menyibukkan diri bersama buku-bukunya.
Feiza menutup bukunya dengan kasar, seharusnya Fanya sebentar lagi datang dan mengacaukan semuanya.
Namun sebelum dia mengacau, Feiza harus lebih dulu mengambil tindakan. Jangan biarkan Fanya merebut apa yang dia miliki.
Suaminya dan anaknya bahkan nyawanya harus dia lindungi.
Tok!tok!tok!
"Ifei ini ada surat, katanya buat kamu." Sandrina masuk kekamar Feiza sambil menyerahkan amplop berwarna putih kecoklatan.
Feiza menyambut surat tersebut, dalam beberapa tahun ini sudah banyak surat yang Feiza dapatkan.
Sandrina tidak pernah bertanya surat apa itu, bukan karena Sandrina tidak peduli tapi dia tau jika remaja membutuhkan sedikit privasi untuk hidupnya.
Jadi mungkin Sandrina mengira jika surat ini diberikan dari pacar jauh Feiza kepadanya.
Setelah Sandrina keluar, Feiza membuka surat tersebut dan membacanya dengan seksama.
Senyum aneh tercetak diwajah Feiza, gadis itu meletakkan surat diatas meja. Disana tertulis : Aku menemukan mereka.
Feiza menatap koper yang terletak diatas lemari baju. Mungkin inilah saatnya untuk memutar balikkan keadaan.
Dulu Fanya membuatnya menderita, dikehidupan ini biarkan dia menderita, anggap saja sebagai pembalasan dendam karena kematian anak mereka (Jojo).
Setelah memikirkan beberapa saat, dengan tergesa-gesa Feiza membuka lemari lalu memasukkan beberapa pakaian kedalam koper.
Jika ingin menyelesaikan masalah, dia harus kesana lebih dulu, jangan membiarkan Fanya masuk kedalam kota ini.
Dia menggeret kopernya kelantai bawah dan menemukan Sandrina sedang menjahit baju milik ayahnya di kursi santai.
Melihat putrinya datang membawa sebuah koper besak, mata Sandrina membulat dan menghentikan gadis itu.
"Mau kemana kamu?" Tanya Sandrina marah.
Sandrina menatap amplop ditangan Feiza, matanya semakin menajam ketika mengira jika Feiza ingin pergi menemui pacar jauhnya.
"Bunda gak pernah larang kamu buat pacaran, tapi bukan gini caranya! Masuk kekamar atau bunda panggil ayah kamu buat pulang?" Ancam Sandrina.
Feiza mengerutkan keningnya bingung, ada apa dengan bundanya? Siapa yang sedang berpacaran?
Walaupun Sandrina marah, Feiza tetap harus pergi, kedatangan Fanya harus segera di hentikan.
Gadis itu mencekal tangan bundanya, "Bunda aku sama dia udah janjian buat ketemu, aku gak bisa ingkar janji gitu aja."
"Aku cuma nginep disana dua minggu kok."
Jika bundanya berpikir jika dia ingin berpacaran maka biarkan Sandrina berpikir seperti itu.
Sandrina dan yang lainnya tidak boleh mengetahui keberadaan Fanya, dan Fanya tidak boleh mengetahui keberadaan mereka.
Fanya hanya anak kecil yang tidak memiliki kekuatan untuk melawan keluarga mereka. Tapi gadis itu berotak licik.
Hatinya jahat dan hitam, iblis seperti itu harus dihentikan sebelum dia bertindak memakan manusia.
Dendam dihatinya tentang kematiannya dan keadaan nya di kehidupan sebelumnya masih terasa jelas dihati dan ingatan Feiza.
"Nginep? Dua minggu?! Feiza kamu mau jadi apa hah? Kamu itu perempuan, umur kamu belum sampai 18 tahun dan kamu mau pergi nemuin anak laki-laki di luar kota?!" Kali ini emosi Sandrina meledak-ledak karena ucapan Feiza.
"Bunda, kami cuma ketemuan gak lebih!" Balas Feiza ikut berteriak.
Feiza melepaskan cekalan tangan Sandrina dan berjalan pergi melewati tubuh Sandrina yang terdiam kaku ditempat.
Dia memandang putri satu-satunya dengan pandangan tak percaya dan terluka.
Sandrina berjalan ke depan untuk menyusul Feiza, namun Feiza sudah lebih dulu memasuki mobil dan pergi begitu saja.
"Nyonya!" Salah satu maid menghampiri Sandrina yang hampir terjatuh kebawah.
Sandrina menggoyangkan tangan maid tersebut sambil berkata dengan nada yang panik, "Cepat, cepat panggil tuan kembali!"
***
Gintar turun dari mobil dengan tergesa-gesa, disampingnya ada Wandi dan Kevan yang kebetulan berada bersama Gintar.
Melihat suaminya datang, Sandrina berjalan kearah Gintar, "Anak itu, dia kabur bersama pacar jauhnya!" Ucap Sandrina.
"Dia bahkan berteriak didepan wajah ibunya sendiri!" Lanjutnya kesal.
Kevan yang mendengar Feiza kabur bersama seorang laki-laki, entah mengapa dia menjadi sedikit gelisah.
"Komandan, bagaimana jika saya pergi mencari Feiza?" Celetuk Kevan berinisiatif.
Gintar menoleh, pria itu tampak berpikir sejenak lalu mengangguk setuju. Setelah mendapat persetujuan dari Gintar, Kevan langsung bergegas memasuki mobil untuk mencari keberadaan Feiza.
"Kamu bilang mereka sering berkomunikasi menggunakan surat, dari kota mana surat itu dikirim?"
Sandrina diam mencoba mengingat dari mana asalnya surat itu, "Kayaknya dari kota H?"
Wandi maju satu langkah, "Komandan, kota H tempat cucunya kakek tua bersekolah." Ujarnya.
Gintar mengangguk mengerti, "Beri kabar kepada Zeyan untuk mencari Feiza di kota H, aku tidak percaya dia bisa pergi jauh."
Gintar tidak menyangka jika putrinya akan membangkang hanya untuk seorang laki-laki yang tidak tau asal-usul nya.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
MY TIME TRAVEL [END]✓
FantasySEBELUM MEMBACA, DIMOHON UNTUK MEMFOLLOW AKUN AUTHOR ( ◜‿◝ )♡ Dosa terbesar yang Feiza lakukan adalah menggugurkan kandungan nya sendiri, membunuh anaknya yang bahkan belum sempat lahir kedunia. Suaminya membenci Feiza hingga menceraikan diri...