MTT 26

8.5K 541 5
                                    

"Mau pergi ke kota bersamaku?"

•••

Gintar berjalan kedepan sambil bersedekap dada, dia memandang Feiza dari atas kebawah dengan mata yang tajam.

"Apakah kamu puas?" Tanya Gintar.

Feiza menundukkan kepalanya kebawah, kali ini ayahnya benar-benar marah.

"Ayah bukannya aku udah bilang, aku mau-"

"Meifeiza, berapa umur kamu sekarang? Kamu bahkan belum delapan belas tahun, kamu belum memiliki SIM! Kamu berani mengendarai mobil ke kota J?" Potong Gintar.

"Ayah, aku-"

"Apakah kamu tau bahaya seperti apa yang kamu hadapi sekarang? Kamu tidak takut mati?!"

Feiza terperanjat kaget ketika mendengar bentakan dari ayahnya, ini untuk pertama kalinya Feiza mendengar suara keras milik Gintar.

Mata Feiza memerah menahan tangis dan takut, "Aku takut! Karena aku takut mati aku harus lakuin ini! Kalian gak akan pernah rasain gimana rasanya jadi aku!"

"Aku berusaha keras untuk diriku sendiri, kenapa aku tidak boleh berjuang untuk hidupku? Karena aku belum cukup umur? Apa masalahnya dengan umur tujuh belas tahun?"

"Ayah gak akan tau gimana rasanya ketakutan, ayah gak akan tau gimana rasanya kematian!"

Dada Feiza naik turun karena kekurangan oksigen, dia menarik nafas panjang dan menatap Gintar yang terdiam di tempat.

"Dimata ayah aku hanya anak yang sama seperti beberapa tahun lalu, tapi masa sudah berubah, aku bukan anak kecil berumur tujuh tahun lagi."

"Aku sudah memiliki jalan dan tujuanku sendiri, ayah bisa menghargai keputusanku kan?"

Gintar tertegun menatap putrinya, ternyata benar, dia tidak menyadari jika putrinya itu sudah berumur 17 tahun.

Dia bukan gadis kecil 7 tahun lagi, dia sudah dewasa dan sudah memiliki jalannya sendiri.

"Kamu salah Ifei, ayah tau bagaimana rasanya ketakutan, ayah tau bagaimana rasanya kematian, sebagai seorang tentara kami hidup didampingi ketakutan dan kematian." Jawab Gintar dengan suara pelan.

"Karena ayah tau bagaimana rasanya, ayah gak mau kamu rasain nya, walaupun kamu sudah tujuh belas tahun, selamanya kamu masih putri ayah."

"Ayah masih punya tanggung jawab untuk merawat kamu."

Setetes air mata keluar dari pelupuk mata Feiza, dia memeluk tubuh ayahnya dengan isakan kecil.

"Hiks ayah, maaf.." Feiza mengeratkan pelukannya sambil menggumamkan kata maaf beberapa kali.

Gintar membalas pelukan Feiza, dia menepuk kepala anaknya dengan lembut, "Ifei, lain kali jangan melakukan seperti itu lagi."

Didalam pelukan ayahnya Feiza mengangguk setuju, lagipula setelah kasus Zacky selesai dia tidak ingin lagi ikut campur dan merubah takdir.

"Ayo pulang, bunda kamu udah nungguin di rumah."

***

Setelah bertengkar dengan ayahnya lalu bertengkar dengan bundanya, saat ini Feiza sedang berada didalam kamar.

Sandrina melarang nya keluar dari rumah selama satu minggu, setidaknya sampai kasus Zacky di selesaikan Gintar.

Seharusnya Rifan sudah membawa Zacky menuju kota, didalam kota mereka berdua sudah membuat jebakan.

MY TIME TRAVEL [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang