MTT 16

3.5K 209 0
                                    

Ingin menjadi seperti kalian

•••

Feiza menendang bola dari kanan dan ke kiri mencoba untuk menghindari pihak lawan yang ingin merebut bola.

Ketika Feiza kembali bergerak maju, dia dihadang oleh dua orang. Matanya bergerak ke ujung lapangan disana ada Kevan yang sedang memberikan instruksi agar dia menendang bola kearahnya.

Bugh!

Bola menggelinding jauh menuju tempat Kevan sedang berdiri, karena bola berpindah posisi pihak lawan ikut mengejar bola yang terus menggelinding.

Dino yang berada di tim Feiza dan Kevan ikut berlari mendekati gawang musuh, "Van sini!" Teriakannya.

Bola kembali menggelinding ke sisi lain, dan menuju kearah Feiza. Gadis itu dengan gesit menendang bola dan menghindari kaki lawan yang ingin merebut bolanya.

Didepan gawang Feiza menatap Kevan dan mengopernya kearah laki-laki itu, lalu Kevan mengoper kearah Dino.

Dino yang sudah siap siaga dengan cepat menendang bola masuk kedalam gawang.

"Masuk!!" Teriak Dino dengan wajah bahagia.

Wasit meniup peluit, dan menunjuk tim Feiza sebagai pemenangnya.

"Feiza kamu sejak kapan main bola kaki?" Tanya Dino ketika sudah berada di pinggir lapangan.

"Sejak aku kecil, dulu aku sering main bola disini."

Taklama Kevan datang sambil memberikan air kepada Feiza, beserta handuk bersih, "Makasih."

"Aku sering patroli di belakang, disana ada rumah pohon, itu punya kamu?" Kali ini yang bertanya adalah Jion, penjaga gawang tim mereka.

Feiza mengangguk lagi, dia sudah lama tidak ke rumah pohon, pasti rumah pohon sudah tidak sebersih dulu lagi karena Zeyan tidak membersihkannya.

Allean sering main ke rumahnya, tapi dia sudah tidak pernah lagi ke kamp militer.

Allean berkata setelah lulus SMP dia ingin pindah dari rumah ayahnya, sama seperti didalam mimpinya.

"Itu punya aku sama temen-temen aku, sekarang mereka lagi sibuk sama pendidikan jadi gak pernah kesana lagi."

"Kamu baru datang kesini beberapa bulan lalu, jadi belum pernah liat anak lain selain kamu."

Tentu saja karena Zeyan dan Gio sudah berada di kota lain, dan Allean sudah tidak ingin ke kamp militer lagi karena sibuk dengan ujian kelulusan nya.

Hanya Feiza yang bisa bersantai dan mampir ke kamp militer walaupun tidak terlalu sering seperti dulu.

Dino, Kevan, dan Jion sudah sering mendengar tentang sekumpulan remaja yang sering membuat para prajurit pusing karena tingkah mereka.

Salah satunya adalah anak komandan mereka, dan salah satunya lagi adalah cucu Kakek tua.

Yang mereka dengan sekumpulan remaja ini sering membantu para prajurit untuk memecahkan sebuah kasus, bahkan kasus presiden sebelumnya mereka yang memecahkan.

Ketika Dino belum masuk kesini dia sudah mendengar tentang kelompok anak tersebut, banyak warga desa yang menceritakan kelucuan tentang mereka.

Terutama Allean yang pernah membagikan uangnya kepada rakyat miskin, lalu ditarik pergi bersama kedua temannya.

Dino adalah anak desa yang pergi merantau di kota, tidak seperti Kevan dan Jion yang dari kecil sudah hidup di kota.

Ketika dia kecil cita-citanya bukan menjadi seorang tentara, bahkan jauh dari itu, tapi karena kisah lucu yang dia dengar dari dirinya kecil.

Rasa penasarannya membuat Dino ingin menjadi tentara. Dia belajar dengan giat lalu diterima di sekolah khusus militer dengan beasiswa.

"Kamu tau gak, kehidupan kamu itu impian semua orang?" Tanya Dino.

Feiza menoleh, "Setiap orang punya versi kebahagiaan nya masing-masing dan kesedihan masing-masing, ada banyak kesedihan di hidup aku."

"Aku malahan pengen jadi kalian yang hidup sederhana."

"Kenapa kamu mau jadi kami?"

"Karena aku tau bagaimana masa depanku."

Ketika seseorang sudah mengetahui bagaimana keadaannya dimasa depan, rasanya hanya untuk bernafas saja susah. Ada banyak beban dan pemikiran yang harus Feiza pikirkan.

Feiza ingin menjadi mereka yang hidup sejalan dengan takdir, mereka tidak harus memikirkan suatu hal yang bahkan belum terjadi.

Beban berat yang Feiza tanggung selalu menjadi mimpi buruknya disepanjang tidur.

Sampai membuat nya takut menutup mata, takut akan kembali melihat keadaan masa depan.

Melihat masa depan sama seperti melawan takdir, melawan sesuatu yang sudah di tetapkan. Ketika dia mengetahui ayahnya akan meninggal dunia Feiza berusaha kerasa untuk membuat takdir berubah.

Berharap ayahnya tidak pergi, namun karenanya garis takdir yang telah ditentukan menjadi tidak sejalan seperti sebelumnya.

"Kenapa kamu diam?"

Feiza menggeleng lalu memberikan handuk tersebut kepada Kevan, "Ayah kayaknya gak akan pulang dalam waktu dekat."

Dia memasuki ruang ganti untuk mengganti bajunya. Di pinggir lapangan Kevan terdiam memikirkan sorot mata Feiza yang menurutnya tidak biasa.

Ayah Kevan adalah seorang psikolog, dia sudah sering membaca buku mengenai tingkah laku manusia. Ketika melihat Feiza tadi dia seperti mengerti satu hal.

Gadis itu memiliki banyak beban dihatinya, yang membuatnya bingung ingin berjalan kemana, dia seperti ingin berjalan ke kiri namun takut untuk berjalan.

TBC

MY TIME TRAVEL [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang