MTT 13

11.3K 647 2
                                    

Kebersamaan

•••

Feiza berjalan memasuki rumah, wajahnya riang dan ceria. Untuk beberapa tahun sebelum dia mencapai usia dewasa Feiza harus mempertahankan sifat masa kecilnya.

Gintar adalah seorang komandan, dia juga sering berkomunikasi dengan psikolog atau psikiater, jika mengetahui sedikit saja perubahan Feiza takutnya Gintar akan menanyakan sesuatu yang tidak ingin Feiza bicarakan.

Saat Feiza melewati ruang tamu, langkahnya dihentikan oleh suara bariton dari Gintar. Tatapan Gintar tajam ketika melihat putrinya itu baru memasuki rumah.

"Ayah udah pulang?" Tanya Feiza dengan cerita.

Feiza berlari kedalam pelukan Gintar, perasaannya sudah tidak seberat bulan lalu, ketika dia melihat mimpi itu rasanya seluruh beban ada di pundaknya.

Memikirkan Gintar yang akan meninggalkan mereka semua, Feiza kembali ketakutan hingga ingin mengeluarkan air mata.

"Ifei, ada yang mau ayah tanya ke kamu." Celetuk Gintar dengan nada lembut agar Feiza tidak terlalu takut.

Feiza menegang, namun ketegangannya dia tutupi sebaik mungkin.

"Ayah mau nanya apa?"

"Kenapa kamu tertarik untuk menyelidiki kasus ini?"

Feiza hanya anak kecil yang baru memasuki kelas 8 SMP, rasanya tidak normal ketika mengetahui jika Feiza lah yang memecahkan seluruh kasus yang bahkan dia sendiri tidak tau ada apa didalamnya.

Feiza, benarkah dia anaknya yang dulu sering menangis karena tidak mau ditinggalkan sendirian?

"Ayah, aku liat catatan ayah di lemari, terus aku ngasih catatan itu ke Zeyan, Zeyan bilang kalo masalahnya berhubungan dengan beberapa kasus di dalam catatan ayah."

"Jadi aku, Zeyan sama Allean main permainan detektif, terus kami nemuin bukti, terus kata Gio dia punya kakak yang jadi korbannya presiden."

"Aku kerumah Gio, kakaknya Gio baik jadi dia nyeritain semua masalahnya ke kami."

Feiza berbicara dengan lancar tanpa gugup sedikitpun, ini pertama kalinya dia berbohong dan kebohongan nya sangat mulus hingga tidak ada celah sedikitpun.

"Kamu main permainan detektif?" Tanya Gintar dan diangguki Feiza.

"Kami bertiga sering keluar masuk kamp, terus kami terinspirasi dari paman Wandi, dia selalu bisa mecahin kasus besar, ayah tau gak cerita dongen superhero yang baru dirilis? Paman Wandi sama ayah mirip sama pahlawan disana!"

Gintar tertawa kecil, dia mengusap rambut putrinya dengan penuh kasih, "Lain kali jangan lakuin hal berbahaya lagi oke?"

"Em, oke!"

"Oh ya, kamu tau dari mana ada catatan di kamar ayah?"

Senyum dibibir Feiza menjadi kaku, dia tertegun sambil menatap mata Gintar.

"Aku mau nyuri uang di lemari ayah, gak sengaja ketemu buku.."

Alis pria itu terangkat keatas, "Buat apa kamu nyuri uang?"

"Maaf ayah, aku mau beli bola buat ulang tahun Allean, uang aku gak cukup terus aku gak berani minta uang banyak-banyak."

"Tapi ulang tahun Allean sebentar lagi, aku gak punya pilihan lain.."

"Maaf Allean." Ringis Feiza dalam hati.

Dia merasa sangat berdosa karena harus membohongi ayahnya atas nama Allean.

Anak itu pasti mengerti posisinya kan? Dia tidak akan mengalahkan Feiza.

"Kalo Ifei mau uang tinggal minta uang aja ke bunda atau ayah, jangan mencuri, mencuri itu gak baik." Ceramah Gintar.

Feiza mengangguk mengerti, dia kembali memeluk tubuh ayahnya, "Aku boleh minta uang kan? Allean sebentar lagi ulang tahun."

Ayah beranak satu itu mengangguk menyetujui, dia mengeluarkan beberapa lembar uang dari dompetnya dan memberikannya kepada Feiza.

"Terimakasih ayah!"

Feiza berlari pergi menuju kamarnya setelah mendapatkan uang dari Gintar.

Setelah Feiza pergi, senyum diwajah Gintar menghilang diiringi helaan nafas kasar.

Dia tau jika Feiza berbohong, dia mengetahui jika Feiza telah menyelinap masuk kekamar hanya untuk mengambil buku itu.

Tapi dari mana Feiza tau jika buku itu terletak didalam lemari? Dia belum pernah mengeluarkan buku itu dihadapan Feiza.

Bibirnya terkatup rapat memikirkan Feiza yang tidak sama seperti beberapa bulan lalu.

Tepatnya setelah Feiza mengurung diri didalam kamar, dia sudah tidak sama lagi.

***

Dirumah pohon sedang ramai karena hadir satu orang lagi, Gio sibuk memakan cemilan sambil membakar beberapa potong daging diatas api.

Sedangkan Feiza dan Allean sibuk bermain ayunan yang tergantung dibawah pohon, ditangan Allean sedang mencekal dua buah apel merah yang terlihat sangat segar.

Sambil memakan Apel, kakinya sambil mengayunkan ayunan dengan pelan, angin sepoi-sepoi membuat rasa nyaman tersendiri bagi keempat remaja itu.

Saat ini Zeyan sedang membersihkan beberapa sampah yang tergeletak di sekitar rumah pohon. Biasanya jika tempat ini kotor hanya Zeyan yang bersedia membersihkan.

Anak itu sangat menyayangi lingkungan yang bersih, bahkan rumah pohon sangat terawat karena perbuatan Zeyan.

Didalam piring terdapat setumpuk daging yang telah matang, Feiza berjalan menuju Gio dan memasukkan satu potong daging ke mulutnya.

Gio tertawa keras ketika melihat Feiza terbatuk karena rasa sambalnya yang sangat pedas.

Karena penasaran Allean ikut memakan satu potong daging dan menaruh sambal diatas daging tersebut.

Wajahnya berkerut karena rasa pedas yang sangat menyengat.

"Ini dicampur larva neraka?" Lirihnya karena merasa sangat kepedesan.

"Jangan dimakan kalo gak tahan." Celetuk Zeyan yang melihat kedua anak itu sangat menderita kepedasan.

"Tapi enak!" Gumam Feiza sambil menikmati beberapa potong daging lagi.

Keempat anak itu menikmati daging bersambal pedas dan jus apel yang dibuat Allean untuk mereka.

Allean mencuil pundak Feiza lalu berpura-pura tidak tau, Feiza yang merasa dijahili mencubit lengan Allean hingga membuatnya meringis kesakitan.

TBC

MY TIME TRAVEL [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang