Chapter 17 : Ldr 🔞

285 7 0
                                    

Jangan lupa vote, like dan komennya 🫶🏻
***

Beberapa hari berlalu, suasana di rumah Jake terasa tegang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Beberapa hari berlalu, suasana di rumah Jake terasa tegang. Hugo datang, dan Baby berada di sana. Mereka saling menatap, tetapi tidak ada satu pun yang berani membuka suara. Hanya suara percakapan santai dari orang tua Baby yang mengisi kekosongan di antara mereka.

"Mama sehat, Go?" tanya Mama Baby, mengalihkan perhatian ke Hugo.

"Sehat, Tan," jawab Hugo sambil tersenyum, meski hatinya terasa berat.

"So... kamu, katanya Jake mau ambil kuliah lagi?" tanya Papa Baby, memperhatikan Hugo dengan seksama.

Hugo hanya tersenyum, merasakan pandangan Baby yang tajam menembusnya. Baby, yang baru mendengar kabar itu, merasa bingung.

"Kuliah lagi? Kok aku tidak tahu ya?" pikirnya dalam hati.

Papa Baby menepuk bahu Hugo sambil senyum bangga, " dari dulu om bangga sama kamu. Udah ganteng terus pintar."

Hugo hanya merespons dengan senyuman melihat sekilas Baby.

***

Di kamar Baby, suasana menjadi lebih tenang. Baby duduk di tepi tempat tidur, menatap Hugo yang berdiri di depan jendela, memandangi pemandangan luar.

"Kamu beneran mau kuliah lagi?" tanya Baby, sedikit berusaha menunjukkan ketertarikan meskipun hatinya berdebar-debar.

Hugo berbalik dan mencoba mengalihkan topik. "Nanti malam jadi kita nonton?" tanyanya, senyum lebar menghiasi wajahnya.

Baby menghela napas, merapikan rambut Hugo sambil sedikit jinjit karena perbedaan tinggi badan mereka.

"Mau ninggalin aku?"

Tanya Baby dengan nada serius, berusaha menelusuri dalam hati apakah Hugo akan pergi begitu saja.

Hugo menatap Baby dengan lembut, kemudian merangkul pinggangnya. "Aku cuma kuliah," jelasnya, tetapi ada ketegangan di antara mereka yang tak bisa diabaikan.

"Tapi jauh kan?" Baby masih tak bisa menyembunyikan rasa khawatirnya.

"Cuma di Perth, tujuh jam doang naik pesawat," kata Hugo sambil berusaha menenangkan. Namun, Baby tampak semakin sedih.

Tanpa berkata-kata, Baby memeluk Hugo erat. "Kami ikut anterin aku ke sana ya," pintanya, berharap Baby akan bersedia untuk mendampinginya dalam perjalanan itu.

"Kapan?" tanya Baby, merasakan jantungnya berdegup kencang, takut jawabannya akan membuat Hugo kecewa.

"Lusa,"

Hugo menjawab, dan Baby terkejut mendengar betapa cepatnya waktu berlalu hingga Hugo harus pergi kuliah.

Baby menarik napas dalam, merasa berat melepaskan Hugo. "Oke, aku ikut," katanya akhirnya, meskipun dalam hati dia tahu bahwa perpisahan ini akan menjadi ujian bagi hubungan mereka.

**

Beberapa hari sebelumnya, di apartemen Hugo, suasana terasa hampa. Dia duduk di meja makan, menatap formulir resmi yang menyatakan bahwa dia lolos seleksi untuk program S2 di University of Western Australia. Hugo tidak percaya dirinya bisa diterima begitu saja. Perasaan campur aduk melanda hatinya, teringat akan kata-kata Baby yang mengatakan bahwa hubungan mereka hanyalah "friends with benefits."

"Apa gue kasih tahu sekarang?" pikirnya, tetapi ragu mengusik pikirannya. "Ah, kayaknya nanti aja."

Keesokan paginya, Hugo jogging di Gelora Bung Karno (GBK) bersama Baby. Dia melihat Baby yang sudah kelelahan setelah satu putaran.

"Aku baru satu keliling aja udah lemes," keluh Baby, menyeka keringat di dahinya.

Hugo hanya tersenyum, menikmati momen bersama Baby. Hari itu, Baby tampak lebih bawel dari biasanya, tak memberi Hugo kesempatan untuk berbicara. "Kamu tahu, paper aku disuruh 5000 kata, ck! Kesel!" katanya, melanjutkan keluhannya.

"Oh iya, abis ini kita ke GI dulu, aku lagi mau makan Kimukatsu," jawab Hugo, meski hatinya sedikit kecewa karena tidak bisa membahas kuliahnya.

Perbincangan mereka tidak menyentuh topik serius sama sekali. Hugo hanya mendengarkan Baby bercerita, sesekali memberikan tanggapan singkat. Dia merasa terjebak antara rasa ingin tahu dan kebahagiaan saat bersama Baby.

Flashback selesai

Kembali ke masa kini, suasana di kamar terasa tegang namun intim. Baby dan Hugo saling bertatapan setelah mengetahui tentang kuliah S2 Hugo. Tanpa berkata-kata, Baby mendekat dan mencium bibir Hugo penuh hasrat. Hugo membalas ciuman itu, merasakan setiap detik yang berlalu antara mereka.

Ketika Baby baru saja mau membuka bajunya, Hugo tiba-tiba menahan gerakannya. "Pintunya belum ditutup, sayang," ucap Hugo dengan nada menggoda.

Baby menoleh, menyadari pintu kamar yang masih terbuka. Dengan senyuman nakal, dia berjalan menutup pintu, memastikan tidak ada yang bisa mengganggu mereka. Kembali ke pelukan Hugo, Baby melanjutkan ciuman yang penuh gairah. Ciuman mereka semakin mendalam, bercumbu cinta tanpa memikirkan dunia luar.

Momen itu menjadi pengingat bagi Hugo akan perasaan yang selama ini dia sembunyikan. Terjebak dalam kerinduan dan keinginan, Hugo tahu bahwa hubungan mereka lebih dari sekadar teman biasa. Dia merasakan ketertarikan yang kuat, tetapi benaknya masih teringat akan pernyataan Baby sebelumnya.

Mereka terus berciuman, saling mengeksplorasi satu sama lain. Hugo tidak bisa menahan diri; perasaannya untuk Baby semakin menguat. "Aku cinta sama kamu...," bisik Hugo di tengah ciuman, tetapi tidak sempat melanjutkan kalimatnya, karena Baby kembali mendekat dan menghempaskan semua keraguan yang ada di antara mereka.

"Apa aku atau... kita bisa bertahan dengan jarak ini?" pikir Baby, sambil menyandarkan kepalanya di bahu Hugo, berharap semua akan baik-baik saja.

 kita bisa bertahan dengan jarak ini?" pikir Baby, sambil menyandarkan kepalanya di bahu Hugo, berharap semua akan baik-baik saja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Tbc...

Unseen Love 🔞 [Haruto]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang