Dia ingat hari terakhir mereka bertemu. Kata-kata Baby masih terekam jelas di benaknya. "Kita cuma FWB, Hugo. Jangan baper, ya." Kalimat sederhana itu menghantamnya lebih keras daripada apa pun. Hugo menelan perasaannya dalam-dalam, memilih untuk pe...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Baby duduk santai di ruang makan, sesekali mengunyah dengan pipi penuh makanan. Hugo datang mendekat, tatapannya lekat pada Baby. Ada sesuatu dalam pandangannya, kehangatan dan kasih sayang yang tak bisa ia sembunyikan. Hugo duduk di samping Baby, memperhatikan wajahnya dengan lembut.
"Udah mau berangkat sekarang?" tanya Hugo sambil menyentuh lembut rambut Baby.
Baby hanya mengangguk, bibirnya penuh dengan makanan, lalu mendadak ia berpindah duduk di pangkuan Hugo.
"Kamu nggak ke mana-mana, kan?" tanyanya dengan suara manja.
Hugo menggeleng, merapikan rambut Baby yang sedikit berantakan. "Malam ini mau di apartemen?" ia bertanya lembut.
Baby menatap Hugo penuh makna, lalu mencium bibirnya sekilas. "Hadiah ultah aku mana?"
Hugo terkekeh, pandangannya melembut. "Ada di apartemen, makanya stay malam ini di apart aku."
Baby tertawa, lalu mencium leher Hugo, membuat Hugo mendesah pelan. Tangannya otomatis merangkul pinggang Baby, seakan tak ingin melepaskannya. Perlahan-lahan, suasana di antara mereka semakin intens. Tatapan mereka saling bertemu, seolah waktu berhenti.
"Anterin aku," bisik Baby sambil menatap Hugo.
Namun, Hugo, yang tak bisa menahan diri, mencium bibir Baby dengan lebih buas. Tanpa sadar, posisi Baby bergeser sedikit, dan sebelum mereka tahu, tubuh mereka sudah menyatu dalam kehangatan yang tak terelakkan.
Baby menggigit bibirnya, menahan erangan saat tubuhnya bergerak menyesuaikan dengan ritme Hugo. Keduanya semakin terhanyut dalam momen itu, napas mereka terengah-engah, mengikuti setiap gerakan yang membawa mereka menuju puncak.
"Mmhh.." keduanya mengerang tapi agak tertahan.
Setelah semuanya selesai, Hugo mengecup kening Baby, napasnya masih tersengal. Baby terkejut, hatinya berdegup kencang. Pipinya memerah, dan tanpa berkata apa-apa, ia beranjak duduk di samping Hugo, merapikan bajunya yang sedikit berantakan. Hugo hanya tertawa kecil, lalu mencium pipi Baby dengan lembut.
"Spot mana pun jadi ya," goda Hugo sambil tertawa kecil.
Baby tertawa kecil, mencubit hidung Hugo dengan gemas. "Dasar kamu!"
***
Di depan kampus, Hugo dengan lembut membantu Baby melepaskan sabuk pengaman. Tangan Hugo bergerak perlahan, sementara Baby memanfaatkan momen itu untuk mencium pipinya dengan jahil.
"Bye, aku kuliah dulu," ujar Baby sambil tersenyum manis.
Hugo mengangguk pelan, senyumnya masih terbayang-bayang momen di ruang makan pagi tadi.
"Kabarin kalau udah selesai ya," balasnya dengan nada tenang, namun matanya memancarkan kasih sayang yang mendalam.
Baby membuka pintu mobil dan melangkah masuk ke kampus. Hugo masih bersmirk, membiarkan pikirannya terhanyutkan dalam bayangan singkat tentang apa yang baru saja terjadi. Mobilnya pun perlahan melaju menjauh dari area kampus.