Jangan lupa vote, like dan komennya 🫶🏻
***Dengan tegas, Alex mengeluarkan kalimat yang membuat suasana menjadi berat. "Baby hamil, dan gue ayahnya..." ucapnya dengan lantang, seakan menegaskan bahwa kehamilan Baby adalah akibat dari perbuatannya.
Deg!
Kejutan melintas di wajah Jake. Dia terdiam sejenak, berusaha mencerna informasi yang baru saja didengarnya. "Hah? Serius?" tanya Jake, matanya membelalak.
Alex merasa tenggorokannya tersumbat, tetapi dia tetap mencoba mempertahankan kebohongannya. Dia tidak ingin Baby jatuh ke tangan Hugo. Namun, tatapan penuh kebingungan Jake membuatnya semakin tertekan.
"Lo sama Baby balikan? Kok gue ga tau?" tanya Jake, mengernyitkan dahi. Ekspresi wajahnya jelas menunjukkan ketidakpahaman atas pengakuan Alex tadi.
Alex terdiam, bingung harus memberikan jawaban seperti apa. Suasana semakin tegang hingga tiba-tiba terdengar suara deru motor mendekat. Suara knalpot khas Ducati. Alex dan Jake sama-sama menoleh ke arah sumber suara, dan mereka melihat Hugo menghentikan motornya di depan rumah Jake.
Baby turun dari motor dengan gerakan hati-hati, terlihat manja. Hugo melepas helmnya, tersenyum, lalu mengusap perut Baby dengan lembut.
"Nanti jemput?" tanya Baby dengan nada manja, membuat Alex semakin merasakan amarahnya mendidih.
Hugo mengangguk sambil tersenyum hangat, lalu membisikkan sesuatu kepada Baby, "Cium boleh, ngga?" godanya, membuat Baby tersipu. Baby mengangguk, tersenyum malu-malu.
Hugo pun mencium pipinya lembut.
Cup!
"Jangan pendem apapun dari aku," tambah Hugo sambil menatapnya dengan tatapan penuh perhatian.
Setelah ciuman itu, Baby berbalik dan baru menyadari kehadiran Alex. Namun, dia tidak menunjukkan reaksi apa-apa, hanya melewati Alex tanpa kata dan masuk ke dalam rumah Jake.
Jake, yang sejak tadi mengamati situasi itu, merasa kebingungan dengan sikap Alex sebelumnya. Dia melangkah mendekat, berusaha menghentikan keganjalan yang dirasakannya.
"Go, sini gue mau ngomong," katanya sambil menatap Hugo dengan pandangan serius.
Hugo yang masih berdiri di dekat motornya mengernyit bingung melihat Jake yang sepertinya ingin membahas sesuatu yang penting. Alex hanya berdiri di sana, diam dan bingung, sementara rasa cemburu serta ketidakpastian semakin membebani pikirannya.
Tanpa peringatan, Hugo melemparkan pukulan keras ke wajah Alex. Pertarungan pun dimulai. Kali ini, Hugo menghajar Alex tanpa ampun. Setiap pukulannya penuh dengan luapan emosi. Alex berusaha membalas, tapi Hugo terlalu cepat dan terlalu kuat. Wajah Alex babak belur, darah mulai mengalir dari hidungnya, matanya bengkak parah, dan bajunya penuh dengan bercak darah. Setiap kali Alex mencoba membalas, Hugo menghantamnya lagi, membuatnya tidak punya kesempatan untuk melawan.
Jake berusaha mendekat untuk meleraikan, tapi sia-sia. Hugo sudah terlepas kendali, dan Alex tidak bisa bertahan lagi. Di tengah kekacauan, sebuah mobil CRV berhenti dengan cepat. Papa Baby turun dari mobil, dan dengan bantuan Jake, mereka berusaha memisahkan Hugo dari Alex yang sudah terkapar di tanah.
Alex yang terluka parah tidak bisa bergerak banyak. Melihat kondisinya, Helen, yang baru datang, segera menelepon ambulans.
***
Sementara itu, di dalam kamar Baby, suasana tidak kalah tegang. Hugo duduk di tepi ranjang Baby, wajahnya masih menunjukkan sisa-sisa kemarahan. Baby mendekat membawa kotak obat.
"Sampai kapan ini terus kayak gini, Go?"
Baby berkata dengan nada frustrasi, menatap Hugo yang diam saja.
"Alex sekarang dirawat! Lihat apa yang kamu lakukan!" lanjut Baby, suaranya meninggi.
Hugo tetap diam, hanya menatap wajah Baby dalam-dalam. Tangannya dengan lembut mengelus perut Baby, seolah mencari ketenangan dari kehadiran kecil di dalam sana.
"Aku ga suka kamu ribut," kata Baby, suaranya melembut namun tetap terdengar kesal.
"Aku juga gak suka dia mencoba ambil kamu," jawab Hugo dengan nada datar tapi tegas.
Baby menggelengkan kepalanya, air mata mulai menggenang di matanya, "Aku juga ga mau balikan sama Alex, jadi kamu gak usah takut."
Hugo menatap Baby lebih dalam, lalu tiba-tiba berkata dengan suara pelan namun penuh perasaan, "Aku sayang sama kamu. Will you marry me?"
Deg!
Baby terkejut mendengar lamaran Hugo, terlebih dalam situasi penuh ketegangan seperti ini. Dia terdiam, mencoba memproses ucapan Hugo di tengah segala kekacauan yang baru saja terjadi.
"Apa?" Kata Baby dengan air mata yang sudah berlinang perlahan di pipi.
Hugo menatap Baby dengan penuh cinta, suaranya rendah dan dalam saat mengulangi pertanyaan yang baru saja dia lontarkan,
"Mau nikah sama aku?"
Baby, dengan air mata yang mengalir di pipinya, tersentak oleh lamaran mendadak itu. Dalam hatinya, perasaan campur aduk antara kebahagiaan, ketakutan, dan kebingungan membanjiri dirinya.
"Apa karena aku hamil? Makanya kamu ajak nikah?" tanyanya dengan suara bergetar, keraguan jelas terlihat di matanya.
Hugo perlahan menggeleng, lalu mencium tangan Baby dengan lembut.
"Hamil atau ngga, aku tetap akan ajak kamu nikah," kata Hugo penuh keyakinan, suaranya begitu tulus.
Baby, yang sebelumnya menangis, sekarang tersenyum haru meskipun air matanya belum sepenuhnya berhenti. "Why? Emang boleh friends with benefits menikah?" candanya, meski masih dipenuhi emosi.
Hugo mengangguk, matanya pun sudah berkaca-kaca, "Boleh, soalnya friends with benefits ini pakai cinta," jawabnya dengan suara penuh kelembutan.
Baby terisak, merasa terharu dengan ketulusan Hugo. Mereka berciuman lembut, ciuman yang penuh kehangatan dan penerimaan. Di sela-sela ciuman itu, Baby akhirnya menjawab,
"Yes, aku mau nikah sama kamu."
Tbc...
KAMU SEDANG MEMBACA
Unseen Love 🔞 [Haruto]
RomanceDia ingat hari terakhir mereka bertemu. Kata-kata Baby masih terekam jelas di benaknya. "Kita cuma FWB, Hugo. Jangan baper, ya." Kalimat sederhana itu menghantamnya lebih keras daripada apa pun. Hugo menelan perasaannya dalam-dalam, memilih untuk pe...