Jangan lupa vote, like dan komennya 🫶🏻
***"C'mon, don't act shy. Aku udah lihat semuanya, dan aku mau lihat lagi," kata Hugo, balasnya terkesan menggoda.
Baby menggigit bibir bawahnya, ragu-ragu. Dia tahu dia seharusnya marah, tetapi ada bagian dari dirinya yang merasa senang dengan perhatian itu.
Tidak lama Hugo kembali kirim pesan beberapa kali,
Baby masuk ke kamar mandi dengan perasaan campur aduk, antara marah dan frustrasi. Setelah beberapa saat ragu, dia mengambil satu foto dan mengirimkannya ke Hugo. Selesai melakukan itu, dia menarik napas panjang.
Tak lama, Hugo membalas cepat, "Sexy banget, tapi perut kamu kelihatan beda, kamu agak gendutan."
Membaca pesan itu, emosi Baby langsung naik. Dia mengetik balasan dengan cepat, "Yaudah gausah minta lagi pap begituan! Iya aku gendutan!" Dengan penuh kesal, Baby memutuskan untuk memblokir kontak Hugo. "Arrgh! Dasar cowo nyebelin," gumamnya dengan nada marah.
Setelah menutup chat, Baby memandangi dirinya sendiri di cermin kamar mandi, melihat perutnya yang sedikit membesar. Tangannya otomatis tergerak untuk mengelus perutnya yang semakin tampak berbeda. Wajahnya berubah sedih, dan pikirannya melayang ke arah kehamilan yang baru ia sadari beberapa waktu lalu.
"Kenapa aku jadi kaya gini?" bisiknya pelan sambil terus menatap pantulan dirinya di cermin. Perasaan bersalah, takut, dan kebingungan semakin memenuhi hatinya. Di satu sisi, dia tahu bahwa kehamilannya akan merubah segalanya, tapi di sisi lain, dia masih terjebak dalam hubungan rumit dengan Hugo yang seakan tak pernah memberikan kejelasan.
"Apa yang harus aku lakuin?" gumam Baby sambil menahan air mata yang mulai menggenang di pelupuk matanya. Situasi semakin rumit, dan dia merasa makin tak tahu arah harus melangkah.
***
📍PerthHugo langsung panik saat menyadari Baby memblokirnya. "Shit! Kenapa diblokir?" gerutunya sambil bergegas membuka Instagram, mencoba menghubungi Baby lewat DM.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unseen Love 🔞 [Haruto]
RomanceDia ingat hari terakhir mereka bertemu. Kata-kata Baby masih terekam jelas di benaknya. "Kita cuma FWB, Hugo. Jangan baper, ya." Kalimat sederhana itu menghantamnya lebih keras daripada apa pun. Hugo menelan perasaannya dalam-dalam, memilih untuk pe...