Jangan lupa vote, like dan komennya 🫶🏻
***"Gue suka bocil,"
Jawab Hugo dengan tawa kecil, jelas-jelas tidak terpengaruh oleh godaan temannya.
Kemudian Hugo pergi meninggalkan Logan yang hanya bisa menggeleng-geleng heran, menatap sahabatnya yang tampaknya sudah terpikat pada sosok Baby lebih dari yang dia sadari.
***
📍Universitas Naraya PuspitaBaby baru saja keluar dari kelas, wajahnya tampak kesal.
"Sialan ya, kenapa gue harus kelompok sama dia deh," gerutunya sambil memasukkan buku-buku ke dalam tas.
Tania, sahabatnya, hanya tertawa puas mendengar keluhan Baby. "Yaudah sih, itu tandanya lo harus baikan," canda Tania, dengan senyum lebar.
"Baikan apaan? Males banget, ewh!" Baby mendengus, menatap Tania dengan tatapan tak percaya.
Namun, ekspresinya seketika berubah saat ia mengecek ponselnya dan melihat pesan dari Hugo:
Wajah Baby langsung berbinar. "Gue duluan ya, nanti chat aja kalo mau main," pamit Baby buru-buru, langsung berlarian meninggalkan Tania yang masih terheran-heran.
"Eh! Kebiasaan banget kan gue ditinggal!"
Tania menggeleng sambil tertawa, tahu betul betapa semangatnya Baby setiap kali bertemu Hugo.
Sesampainya di depan kampus, Baby melihat Hugo yang sedang bersandar di mobilnya, menunggunya dengan senyum khasnya. Baby langsung berlari menghampiri dan memeluknya erat, tanpa peduli pandangan orang sekitar.
"Kenapa mesti lari? Hahaha," kata Hugo sambil mengeratkan pelukannya. Ia mencium rambut Baby dengan lembut.
Baby tersenyum manis, merasa nyaman dalam pelukan Hugo. "Gapapa, kangen aja sama kamu," jawabnya, matanya berbinar bahagia.
Hugo perlahan mengendurkan pelukannya, tangannya mengelus kepala Baby dengan lembut. "Siap dapat hadiah dari aku nggak?" tanyanya penuh teka-teki.
Baby mengangguk penuh antusias, kemudian Hugo menutup matanya dengan kain. Sudah tiga tahun berturut-turut Hugo selalu menyiapkan kejutan untuk Baby di hari ulang tahunnya. Setiap kali Baby merasa sangat spesial, seolah dunia hanya milik mereka berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unseen Love 🔞 [Haruto]
RomanceDia ingat hari terakhir mereka bertemu. Kata-kata Baby masih terekam jelas di benaknya. "Kita cuma FWB, Hugo. Jangan baper, ya." Kalimat sederhana itu menghantamnya lebih keras daripada apa pun. Hugo menelan perasaannya dalam-dalam, memilih untuk pe...